Halaman

Senin, 07 Januari 2013

The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography DalamPandangan Anthony H. Jhons

Nama :Irfanahmad
NIM    :12/338870/PSA/7247

Kekayaan dan keanekaragaman budaya serta warisan karya sastra/tradisi lokal di Indonesia terdapat diberbagai daerah salah satunya di Jawa, tradisi local dalam betuk lisan berkembang dan dinarasikan dari generasi satu kegenarasi berikutnya beragam cerita, seiring dengan perkembangan jaman dan bahasa, mulai dari dongeng, epos kepahlawanan atau cerita yang mengemukakan citra agung seorang tokoh.Terlepas dari jenis ceritanya, tradisi local dalam bentuk lisan tidak terlepas dari mitos, cerita dinarasikan dengan mencampurkan unsur-unsur fiksi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Karya sastra ini dapat berisi tentang asal usul wilayah, sejarah raja-raja, ramalan, atau ajaran moral. Sebagian karya-karya ini cukup banyak dikenal dan dibahas secara akademik.Teks-teks Jawa dan Melayu misalnya, banyak digunakan sebagai sumber sejarah. Teks-teks ini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu sehingga membutuhkan cara-cara khusus untuk memahaminya. Salah satu cirinya adalah mitos-mitos yang mewarnai kisah-kisah pada teks-teks tradisional ini. Anthony John dalam artikelnya, menjelaskan bagaimana mitos digunakan untuk mengisahkan terbentuknya kekuatan politik dalam Pararaton dan Babad Tanah Jawi.
Secara singkat dan jelas Anthony menguraikan isi kitab Pararaton tentang kisah penguasa Singasari, yaitu Ken Arok tokoh yang diyakini mempunyai kharisma yang besar sebagai sosok raja, meskipun berasal dari keluarga petani yang miskin (tetapi titisan dewa Brahma), perjalanan Ken Arok untuk mencapai kekuasaan, Ken Dedes, dan intrik keluarga yang terjadi setelah Kerajaan Singasari berdiri, kemudian runtuh hingga munculnya kerajaan Majapahit. Hindu Mahayana dengan memuja Dewa Siwa juga dipaparkan sebagai kepercayaan masyarakat Singasari.
Silsilah menjadi bagian penting baik dalam teks Pararton maupun Babad Tanah Jawi, namun silsilah pada Babad Tanah Jawi dijelaskan secara lebihpanjang. Pararaton hanya mengisahkan bahwa Ken Arok, pendiri Singasari yang merupakan cikal bakal Majapahit, adalah anak Dewa Brahma dengan perempuan petani bernama Ken Endok. Selanjutnya Pararaton lebih banyak menceritakan tentang bagaimana Ken Arok tumbuh di bawah didikan berbagai macam orang dari perampok hingga pertapa. Babad Tanah Jawi menjelaskan asal-usul raja Mataram lebih jauh ditarik sejakNabi Adam yang diyakini sebagai manusia pertama di bumi. Dalam silsilah ini muncul pula nama-nama dari berbagai “dunia”, tidak hanya dari dunia manusia tetapi juga dari kayangan dan pewayangan. Silsilah menjadi bagian penting dalam teks-teks ini untuk menjelaskan jati diri raja. Dalam silsilah inilah mitos banyak ditemukan. Sebagaimana telahdi sebutkan sebelumnya pendekatan khusus diperlukan untuk memahami mitos-mitosini.
Penjelasan yang Nampak berlebih-lebihan dan tidak masuk akal dalam menjelaskan asal-usul raja merupakan upaya untuk membentuk citra. Raja digambarkan sebagai makhluk yang serbaagung, lebihtinggi dari manusia-manusia lainnya. Dalam Pararaton, Ken Arok disebut sebagai keturunan Dewa Brahma, sedang dalam Babad Tanah Jawi dijelaskan bahwa Panembahan Senapati merupakan keturunan para nabi, dewa-dewa Hindu, Pandhawa, dan para penguasa tanah Jawa. Dengan penggambaran ini raja diberijarak dengan rakyat biasa. Seakan-akan dikatakan bahwa raja bukan manusia biasa, manusia biasa tidak bias menjadi raja, maka manusia harus menjadi luar biasa untuk menjadi raja. Anggapan ini dimaksudkan untuk menjaga kekuasaan karena sembarang orang tidak akan berfikir untuk menjadi raja.
Raja dalam tradisi Jawa adalah penguasa mutlak, maka sering disebut sebagai dewa-raja.Untuk itu Babad Tanah Jawi menggambarkan Panembahan Senapati sebagai keturunan nabi dan paradewa. Dalam Pararaton Ken Arok digambarkan sebagai orang yang dibesarkan oleh perampok dan mendapat didikan dari pertapa untuk dinamisasi kekuatan positif dan negatif, sebagai salah satu aspek penting dalam ajaran Hindu.
Penjelasan mengenai bagaimana mitos membentuk egitimasi kekuasaan dalam arti kelini telah disampaikan secara rinci dan cukup jelas. Anthony Johns dengan cukup baikmenghubungkan mitos-mitos dalam penggambaran asal-usul raja dengan konsep kekuasaan Jawa. Yang belum nampak di sini adalah penggambaran mengenai adanya maksud di balik kata. Teks tradisional Jawa banyak menggunakan simbol-simbol dalam pemilihan kata yang berbeda dan bahkan berbalik maknanya.

Dari artikel tersebut terlihat karya historiografi tradisional di Indonesia, terutama yang menyangkut pendirian sebuah kerajaan, tidak terlepas dari unsure mitos dalam narasi awal ceritanya. Unsur ini dapat memberikan pemahaman yang kurang jelas antara kenyataan dan cerita fiksi. Selain Pararaton dan Babad Tanah Jawi, sebagai mana dalam bagian pertama artikelnya Johns juga menyinggung Sejarah Melayu yang merupakan kronik Kerjaan Malaka, yang bagian awal ceritanya juga dapat menimbulkan keraguan karena ada unsure dongeng dalam narasinya. Selain contoh-contoh karya yang dikemukakannya, contoh lain dengan menggunakan model yang sama salah satunya adalah Hikayat Raja-raja Pasai. Namun demikian, karya historiografi tradisional tidak dapat diabaikan sebagai sumber pemahaman terhadap masalalu setiap daerah di Indonesia sebab merupakan bukti produk budaya. Karya ini memberikan pemahaman bahwa pencitraan terhadap penguasa merupakan hal penting dalam membangun legitimasi penguasa dan daerah kekuasaannya, terlepasdarisubstansinya yang memuatunsurfiksi yang bercampurdenganunsur yang bersifatrasional. Dari karya-karya semacam ini dapat dilihat bahwa antara masalalu dengan masakini dan masa yang akandatang saling terkait untuk menciptakan kesan berkelanjutan dengan tujuan melegitimasi kekuasaan.

Johns, H. Anthony, The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography,The Journal of Asian Studies, Vol. 24, No. 1. (Nov., 1964), pp. 91-99.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar