Halaman

Jumat, 26 Oktober 2012

PERAN STRUKTUR ORGANISASI DAN MITOS DALAM HISTORIGRAFI JAWA

Nama               : Derta A
                        : 339987
  PERAN STRUKTUR ORGANISASI DAN MITOS 
DALAM HISTORIGRAFI JAWA
Oleh Anthony H. John
A.    Ringkasan
Artikel ini membahas tentang isi pararaton dan  babad tanah jawi, fungsi dari keduanya persamaan dan perbedaan dari keduanya dan bagaimana sikap kita terhadap kedua sumber semi sejarah tersebut.
Pararaton
Bagian yang penting dari Pararaton adalah cerita mengenai perjalanan hidup Ken Arok, pendiri kerajaan Singhasari dan Majapahit, sebelum ia menerima tahta tahun 1222. yang menceritakan bagaimana rengkarnasi Ken Arok sampai ia menjadi raja, menawarkan untuk mengorbankan dirinya sendiri pada Yamadipati, selanjutnya dijanjikan akan dilahirkan kembali sebagai Raja Singhasari.
Perjalanan hidup Ken Arok penuh dengan liku-liku, dimana liku tersebut mengikuti apa yang diyakini sebagai persyaratan seseorang dinggap pantas menjadi raja. Dimulai dari kelahirannya yang merupakan reingkarnasi dari dewa Wisnu (akan menunjukkan sifat kedewaan dalam diri Ken Arok), kemudian diceritakan setelah lahir tubuhnya dapat memancarkan cahaya, kemudian pengadopsiannya oleh Ki Lembong (seorang pencuri) yang diyakini mempunyai kekuatan-kekuatan yang luar biasa yang tentunya akan diwarisi oleh Ken Arok. Setelah menginjak dewasa, Ken Arok berubah menjadi orang yang baik dan bertemu dengan sekelompok orang yang berbeda (diyakini sebagai pola kehidupan pahlawan-pahlawan Jawa). Diteruskan lagi dengan dengan keberhasilannya menikahi Ken Dedes, yang akan menjadikan dia cakravatin (penguasa alam) dan akan menurunkan raja-raja tanah Jawa.  
Semua cerita perjalanan hidup Ken Arok di atas, memang pantas untuk dipaparkan dalam pararaton mengingat fungsinya sebagai legitimasi kekuasaan, bukti pemberkatan atas kekuasaannya dan bukti yang menunjukkan bahwa ia memang memiliki kualifikasi untuk menjadi raja serta menyesuaikan dengan konsep raja bagi masyarakat Jawa (Raja dipandang sebagai wakil Tuhan, jadi sudah seharusnya kalau ia mempunyai kelebihan-kelebihan).

Babad Tanah Jawi
 Babad Tanah Jawi juga memiliki fungsi yang sama dengan paraton, tetapi tokoh yang diceritakan di sini adalah Senopati, pendiri kerjaan Mataram yang dimulai dari percampuran antara nabi-nabi umat Islam dan Dewa-Dewa Hindu yang kelak akan menurunkan para Pandawa (nenek moyang raja-raja Jawa). Semua itu intinya iingin menunjukkan sesuatu yang luar biasa (keturunan nabi dan dewa adalah orang yang sangat luar biasa, yang ditujukan pada Senopati). Kemudian dilanjutkan dengan pengadopsiannya oleh Sultan Pajang, Jaka Tingkir dan ayahnya, Ki Ageng Sela adalah orang yang langsung mengantarkan Jaka Tingkir menjadi raja Pajang (keduanya ingin menunjukkan bahwa ia adalah pewaris kerajaan yang sah). Dilanjutkan dengan jatuhnya bintang saat ia terbangun dari tidurnya (ramalan bahwa kelak ia akan menjadi raja). Perkawinannya dengan Nyi Loro Kidul yang menyebabkan ia dapat mengendalikan seluruh roh di tanah Jawa.
Babad tanah jawi lebih mementingkan geneologis, dimana faktor keturunan dianggap sangat penting untuk menentukan apakah seseorang pantas menjadi raja atau tidak. Babad tanah jawi juga lebih merupakan percampuran antara unsur lokal dengan unsur Islam.   
   


B.     Kelebihan Artikel
·         Dalam artikel ini Anthony John memaparkan dengan cukup jelas mengenai isi dari paraton dan babad tanah jawi itu sendiri, sehingga saya dapat lebih mengerti isi dari keduanya.
·         Anthony John adalah orang yang cukup cerdas, dimana ia dapat mengkaitkan antara fungsi raja bagi masyarkat jawa, untuk mengkaji paraton dan babad tanah jawi, sehingga kita dapat melihat bahwa apa yang diceritakan dalam keduanya adalah sesuatu yang sangat wajar.
·         Artikel yang ditulis oleh Anthony John ini bukan artikel yang menunjukkan skeptimisme. Artinya ia masih menawarkan suatu solusi untuk kita dalam menghadapi sumber semi histori semacam ini. Hat tersebut dapat tidak lihat di ahir bagian dari artikel ini: “only a careful weighing of the evidence and readiness to experiment in the use of analytic concept tasted over a wider area can determine whether such a point of depater represents a new and  "frutful approach to the study of Javas’s past, or yet another yet end”.  Yang intinya dengan melakukan pengujian yang lebih mendalam lagi, maka akan diketahui bahwa apakah isi dari pararaton dan babad tanah jawi adalah fakta sejarah ataukah hanya mitos (artinya, karena mitos ya sudah tidak usah diuji kebenarannya).     
C.    Kekurangan Artikel
·         Anthony John ini merupakan seorang penulis orientalis yang kurang konsisten atau dapat juga disebut sebagai keberpihakan yang sangat terlihat, menurut saya tentunya. Hal tersebut dapat kita lihat dari ungkapannya “And although from the time of Demak inward the Hindu-Javanese tradition gradually reasserted itself, yet the forms it took were influenced bu the beliefs and lower level”. Intinya John menganggap bahwa penulisan sejarah Demak dan setelahnya yang telah dipengaruhi unsur Islam dianggap sebagai tulisan yang lower level/ levelnya rendah. Ketidak konsistenannya terlihat ketika dia menawarkan jalan tengah seperti yang telah saya tulis di atas, terhadap isi dari paraton untuk dilakukukan pengujian ulang, mengapa tulisan sejarah dari Demak ke depan langsung dijudge sebagai lower level. Padahal jika kita dari segi “mitos” sama saja, keduanya memaparkan banyak cerita yang kurang bisa diterima akal sehat.  Atau dengan bahasa yang lebih tegas, menurut saya ini adalah bukti ketidaksukaan Anthony John terhadap Islam.
·         Anthony John tidak memasukkan konsep tentang mitos dan narasi (yang merupakan produk dari bahasa/ dapat kita artikan sebagai sesuatu yang kita tangkap/tertulis), sehingga artikel ini menjadi kurang menantang dan kurang membuat pembacanya berfikir lebih dalam. Menurut Purwanto (2006:9-10) sejarah sebagai representasi masa lalu tidak hanya ditentukan oleh bahasa, karena naratif yang merupakan produk dari bahasa, hanya ada jika terdapat realitas (terkadang kita sebut sebagai pengalaman) di masa lalu itu. Jika kita berlandas pada pendapat itu, maka bisa saja apa yang ditulis dalam pararaton dan babad tanah jawi adalah benar, yang tentunya dampak positifnya akan membuat pembaca semakin penasaran untuk menyediki kebenaran isi dari pararaton maupun babad tanah jawi melalui berbagai pendekatan.   

Referensi


Purwanto, Bambang. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?!. Yogyakarta: Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar