Halaman

Selasa, 08 Januari 2013

Textual Empire,Sex, Race and The Contract



Nama              : Hendra Afiyanto
NIM                : 339981
Mata Kuliah  : Historiografi


Artikel berjudul Textual Empire,Sex, Race and The Contract sangat menarik untuk dipahami. Adanya keterikatan antara Gender dan Ras dengan perjanjian universal dan teori ekonomi umum. Pengaplikasian teori ekonomi tidak berlaku lagi ketika diterapkan pada jenis kelamin dan ras, tetapi lebih pada perjanjian dengan prinsip yang tepat. Maksud dari perjanjian ini adalah kewajiban untuk memenuhi perjanjian, seperti contoh dalam kontrak social biasanya hubungan ekonomi ditandai dengan perjanjian pertukaran ataupun perlindungan yang menguntungkan. Peristiwa semacam ini dapat dicontohkan dengan adanya perjanjian antara East Indian Company (EIC) dengan Sultan di Asia Tenggara. Inti perjanjian ini adalah sang sultan meminta bantuan dan perlindungan dari Inggris sebagai gantinya sultan harus mau meninggalkan “kekuasaannya” dan mau memberi sedikit daerah kekuasaannya. Anderson dalam pandangannya menilai bahwa kedudukan sultan bukan berarti di bawah Inggris, tetapi lebih pada rasa menghormati sahabat dan mengakui hak-hak negara tetangga. Gagasan tentang perjanjian social ini mungkin dapat mencerminkan adanya pemikiran baru bahwa dalam kegiatan ekonomi tidak semata-mata karena keuntungan tapi juga moralitas. Peristiwa ini sungguh merupakan sebuah transformasi besar, yaitu muncullya konsep moralitas dalam ekonomi liberal.
Adanya persepsi seperti di atas banyak memunculkan rasa keberatan pada diri Symes, dkk. Bahwa perjanjian tidak sebagai jaminan keuntungan bersama, apalagi memperlakukannya secara sederajat. Asumsi seperti ini coba dijelaskan oleh dugaan sejarah Locke. Dia menjelaskan bahwa diduga sebelumnya  adanya konsep patriarchal (konsep bapak dan anak). Inggris yang saat itu diumpamakan sebagai bapak memiliki anak yang terletak jauh di Sumatera. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya hubungan yang intens sejak abad ke 17 antara EIC dengan Kesultanan Barus dan Siak.
Symes punya pandangan bahwa berkembangnya ekonomi sangat tergantung pada populasi dan berkembangya populasi bergantung pada reproduksi seksualitas wanita, karena menurutnya lebih banyak orang lebih baik. Tapi adanya pernyataan seperti ini membuat wanita menyesali kemampuan reproduksinya. Raffles pernah mengatakan bahwa perkembangan populasi bukanlah sesuatu yang sebaiknya dikurangi dan berkurangnya populasi adalah memang berakibat pada berkurangnya penguasaan akan perdagangan, sehingga berdampak pada menurunnya kemampuan mengendalikan perekonomian.
Jika kita bandingkan antara Historiografi Tradisional Indonesia dengan Historiografi Modern memiliki banyak sekali perbedaan. Historiografi tradisional lebih berupa karya sastra serta banyaknya kekaburan antara fakta dan fiksi. Sedangkan historiografi modern lebih menekankan pada aspek kronologis dalam narasinya serta banyaknya terminology yang digunakan.                                                                                                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar