Reni
Widiastuti
12/339283/PSA/7262
Nusantara
tidak bisa dilepaskan dari hal-hal yang berkaitan dengan maritim, apalagi
karena wilayahnya yang berupa kepulauan yang dikelilingi oleh lautan. Kekuatan
maritim yang kuat menjadi sebuah keharusan bagi VOC yang menduduki Nusantara.
Hal inilah yang dibahas dalam salah satu edisi dalam edisi proyek seri
terjemahan karangan Belanda. Van Leur dan F.R.J Verhoeven dalam tulisannya
membahas mengenai teori Mahan mengenai kekuatan maritim dan keterkaitannya
dengan sejarah Indonesia.
Dalam
tulisannya yang berjudul “Mahan di Meja Baca Hindia (Mahan op den Indischen
Lessenaar)”, Van Leur berbicara mengenai kekuatan maritim yang dimiliki oleh
VOC ketika berada di Nusantara. Pada masa pendudukan Belanda, VOC datang tidak
hanya sebagai organisasi dagang saja, namun juga sebagai alat perang. Bahkan
pada awal-awal kedatangannya, VOC atau dalam teks ini disebut dengan Kumpeni
lebih banyak melakukan peperangan dibandingkan perdagangan. Seiring berjalannya waktu VOC berkembang
menjadi sebuah negara lautan yang memiliki kapal dan armada maritim yang
tangguh, ini digunakan untuk berperang melawan musuh dan melindungi jaringan
perdagangan VOC dari gangguan musuh. Bahkan berdasarkan penuturan Van Leur
keberadaannVOC sebagai alat perang telah berhasil mematahkan kekuasaan Portugal-Spanyol
di dunia timur dan mendapat kekuasaan khusus dari raja-raja untuk melakukan
perniagaan. Van leur dalam tulisannya ini mencoba memperlihatkan kekuatan
maritim yang dimiliki VOC merupakan armada maritim yang kuat dan hebat. Van
Leur juga benar-benar mengagungkan konsepsi yang dikemukakan oleh Mahan
mengenai kekuatan maritim, seperti dalam kalimatnya :
“Cara
Mahan memperlakukan sejarah umum dengan tepat dan terang dalam metodenya ini
adalah, seperti telah dikatakan, suatu bukti keunggulannya. Konsepsi Mahan
tentang naval power dengan demikian ternyata telah terkesan kuat oleh suatu
kurun waktu tertentu.
Kehebatan
armada laut VOC dapat sedemikian hebat, bahkan dapat mengalahkan Spanyol dan
Portugis, karena memiliki organisasi yang baik dan terpusat. Padahal jika
dilihat dari peralatannya, Spanyol dan Portugis memiliki perlengkapan maritim
yang lebih bagus dan armada maritim yang lebih kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
historiografi kolonial benar-benar memandang bahwa kolonial terlihat baik.
Tentu saja dari “kacamata” orang-orang Belanda.
Tulisan
Van Leur yang mengagungkan kehebatan kekuatan maritim, bahkan mensyaratkan agar
metode Mahan ini dijadikan acuan dalam penulisan sejarah maritim VOC ini
ternyata mendapat “tanggapan” dari F.R.J. Verhoeven dengan tulisan berjudul
“Terpesona oleh Mahan (In de Ban van Mahan)”. Menurutnya, tulisan Van Leur
tersebut yang mengagung-agungkan teori Mahan terlalu berlebihan. Padahal teori
Mahan ini tidak sepenuhnya tepat dan relevan. Verhoeven juga menganggap bahwa Van Leur telah lalai dengan tidak bisa
membedakan antara “sea power” dengan “naval power”.
Kedua
tulisan ini memberi gambaran bagaimana sejarah maritim, terutama yang
berhubungan dengan nusantara menurut sudut pandang Belanda. Historiografi
kolonial yang membahas tentang masalah maritim pada masa kolonial ini merupakan
salah satu tema yang menarik, karena selama ini tema historiografi mengenai
kolonial dan Belanda lebih banyak membahas tentang peristiwa serta aktivitas
yang ada di darat saja. Historiografi dengan tema maritim selama ini sering
terlupakan, padahal jika ada lebih banyak kajian mengenai aktivitas maritim
seperti tulisan Van Leur dan Verhoeven ini akan menambah khasanah historiografi
maritim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar