Halaman

Rabu, 16 Januari 2013

“Teori Mahan dan Sejarah Kepulauan Indonesia”


Reni Widiastuti
12/339283/PSA/7262

Nusantara tidak bisa dilepaskan dari hal-hal yang berkaitan dengan maritim, apalagi karena wilayahnya yang berupa kepulauan yang dikelilingi oleh lautan. Kekuatan maritim yang kuat menjadi sebuah keharusan bagi VOC yang menduduki Nusantara. Hal inilah yang dibahas dalam salah satu edisi dalam edisi proyek seri terjemahan karangan Belanda. Van Leur dan F.R.J Verhoeven dalam tulisannya membahas mengenai teori Mahan mengenai kekuatan maritim dan keterkaitannya dengan sejarah Indonesia.

Dalam tulisannya yang berjudul “Mahan di Meja Baca Hindia (Mahan op den Indischen Lessenaar)”, Van Leur berbicara mengenai kekuatan maritim yang dimiliki oleh VOC ketika berada di Nusantara. Pada masa pendudukan Belanda, VOC datang tidak hanya sebagai organisasi dagang saja, namun juga sebagai alat perang. Bahkan pada awal-awal kedatangannya, VOC atau dalam teks ini disebut dengan Kumpeni lebih banyak melakukan peperangan dibandingkan perdagangan.  Seiring berjalannya waktu VOC berkembang menjadi sebuah negara lautan yang memiliki kapal dan armada maritim yang tangguh, ini digunakan untuk berperang melawan musuh dan melindungi jaringan perdagangan VOC dari gangguan musuh. Bahkan berdasarkan penuturan Van Leur keberadaannVOC sebagai alat perang telah berhasil mematahkan kekuasaan Portugal-Spanyol di dunia timur dan mendapat kekuasaan khusus dari raja-raja untuk melakukan perniagaan. Van leur dalam tulisannya ini mencoba memperlihatkan kekuatan maritim yang dimiliki VOC merupakan armada maritim yang kuat dan hebat. Van Leur juga benar-benar mengagungkan konsepsi yang dikemukakan oleh Mahan mengenai kekuatan maritim, seperti dalam kalimatnya :
“Cara Mahan memperlakukan sejarah umum dengan tepat dan terang dalam metodenya ini adalah, seperti telah dikatakan, suatu bukti keunggulannya. Konsepsi Mahan tentang naval power dengan demikian ternyata telah terkesan kuat oleh suatu kurun waktu tertentu.
Kehebatan armada laut VOC dapat sedemikian hebat, bahkan dapat mengalahkan Spanyol dan Portugis, karena memiliki organisasi yang baik dan terpusat. Padahal jika dilihat dari peralatannya, Spanyol dan Portugis memiliki perlengkapan maritim yang lebih bagus dan armada maritim yang lebih kuat. Hal ini menunjukkan bahwa historiografi kolonial benar-benar memandang bahwa kolonial terlihat baik. Tentu saja dari “kacamata” orang-orang Belanda.

Tulisan Van Leur yang mengagungkan kehebatan kekuatan maritim, bahkan mensyaratkan agar metode Mahan ini dijadikan acuan dalam penulisan sejarah maritim VOC ini ternyata mendapat “tanggapan” dari F.R.J. Verhoeven dengan tulisan berjudul “Terpesona oleh Mahan (In de Ban van Mahan)”. Menurutnya, tulisan Van Leur tersebut yang mengagung-agungkan teori Mahan terlalu berlebihan. Padahal teori Mahan ini tidak sepenuhnya tepat dan relevan. Verhoeven juga menganggap  bahwa Van Leur telah lalai dengan tidak bisa membedakan antara “sea power” dengan “naval power”.

Kedua tulisan ini memberi gambaran bagaimana sejarah maritim, terutama yang berhubungan dengan nusantara menurut sudut pandang Belanda. Historiografi kolonial yang membahas tentang masalah maritim pada masa kolonial ini merupakan salah satu tema yang menarik, karena selama ini tema historiografi mengenai kolonial dan Belanda lebih banyak membahas tentang peristiwa serta aktivitas yang ada di darat saja. Historiografi dengan tema maritim selama ini sering terlupakan, padahal jika ada lebih banyak kajian mengenai aktivitas maritim seperti tulisan Van Leur dan Verhoeven ini akan menambah khasanah historiografi maritim.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar