Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

TEMPAYAN KALIMANTAN MENURUT SEBUAH TEKS MELAYU TAHUN 1839.


Nama               : Latif Kusairi                                    
NIM                : 12/340076/PSA/07391

Berbicara tentang barang-barang perdagangan dalam proses dagang masa lampau mempunyai kekhasan tersendiri. Para pedagang dari Cina umunya banyak berdagang yang barang antik, seperti guci, kai sutera, piring, dll. Hal itu ajar karena sebagai komoditi yang ada di daerahnya untuk dijual kedaerah lain. Tulisan dari Henri Chambert dan Marie France Dupoizat, sebenarnya merupakan hasil pengamatannya pada tentang tempayan yang banyak diketemukan di Kalimantan. Teks tentang tempayan di Kalimantan dapat di kategorikan sebagai benda yang menarik dan langka sehingga fungsi tempayan berubah dari asalnya menjadi barang hiasan. Dalam banyak hal, sampai beberapa tahun lalu saya melakukan kunjungan ke Kalimantan banyak orang yang mempunyai tempayan dibuat untuk hiasan dalam rumahnya. Tulisan yang diketemukan oleh penulis yang disebutkan bernama(Mahbub) sebagai pengarangnya, meupakan hasil dari kontruksi atas model-model gambar tempayan.
Bila diamati Mahbub adalah pedagang besar yang berusaha untuk menjual tempayan berikut gambar dan model tempayan agar bisa menjelaskan secara luas makna, fungsi dan mistis yang ada dalam tempayan itu agar pembeli bisa puas terhadap barang yang dibelinya. Konteks pedagang besar yang saya semantkan ke Mahbub karena selain dia jual tempayan dia juga mempunyai teks( gambar) tempayan yang mungkin biasa dipeajari oleh pedagang kecil agar bisa tahu tempayan lebih detail. Perdagangan tempayan di Sintang ini sebenarnya sudah tidak lagi jalur perdagangan langsung dari Campa (Cina) . Data ini diperkuat oleh C. Kater bahwa ada pedagang yang membeli tempayan belangga dari Semarang. Memang dilihat dari segi geografis, Sintang berada di daerah dalam dan bukan salah satu pelabuhan besar.

Tempayan:Asal-usul dan Guna
Seperti yang telah dijelaskan dalam buku. Tempayang merupakan salah satu perabot rumah tangga yang fungsinya di sekarang cenderung untuk menyimpan air. Memang mula-mula tempayan ini dibuat bangsa Cina, dan akhirnya dibuat oleh bangsa AsiaTenggara. Fungsi yang ada dalam tempayan ini akhirnya berubah seiring keunikan dan kekhasan akan bentuknya yang bagus. Misalnya untu menyimpan abu jenazah, tulang- tulang jenazah ataupun untuk menyimpan harta yang berharga (emas)dari pemiliknya. Dalam masyarakat Kalimantan, atau di Sintang ini fungsi dari tempayan juga berubah. Tempayan banyak digunakan oleh warganya di luar menyimpan air, konon motif gambar yang ada di dinding depan tempayan juga mempunyai arti tersendiri bahkan punya daya mistis yang cukup tinggi. Sepertia apa yang digambarkan bahwa motif naga yang di asumsikan punya fungsi antara si hidup dan si mati. Beralihnya fungsi inilah yang menyebabkan tempayan mempunyai nilai dan lebih tinggi dan harga semakin naik. Status inilah yang kemudian selain punya nilai yang tinggi rupanya banyak tempayan yang palsu.
Peran tempayan yang begitu istimewa dalam tatanan sosial membuat orang cenderung mengumpulkannya sebagai simbol martabat dan telah diamati. Guilleminet dan Grabowski dalam penelitiannya juga mengelompokkan tempayan yang ada di Kuala Kapuas berdasarkan nilai dan kegunaanya, juga mencoba bagaimana tempayan bisa digunakan oleh warga tersebut.
Perbedaan mendasar dari teks yang di tulis ini mempunyai uraian lebih bagus dan lebih tua dari apa yang diamati Guilleminet dan Grabowski. Penulis ini juga mengutamakan bentuk, ukuran, warna, jumlah pegangan, mutu glasir dan hiasannya yang banyak digemari di Kalimantan.  Misalnya saja gusi yang banyak dicari warga karena bentuk dan modelnya sangat baik. Selain itu ada juga tempayan gelagiu yang bisa dilihat dan mengitrepretasikan betapa terlatihnya sang pembuatnya. Saya melihat bahwa tulisan ini mencoba untuk menela’ah ulang pola perdagangan di Nusantara dan mencoba menganalisa barang dagangan yang digemari oleh penduduk suatu tempat. Bisa dilihat bahwa di Jawa banyak piring-piring Cina dijadikan hiasan dinding yang kemunginan barang ini sangat laku di pasaran Jawa karena sangat unik,dan di daerah aliran Sungai Kapuas ini justru tempayan yang banyak di sukai warganya.

Naskah Melayu dan Pengartiannya

            Apa yang ditulis dalam artikel ini, merupakan bentuk bahwa tempayan yang merupakan barang biasa saja karena fungsinya hanya digunakan untuk menyimpan barang dan air. Pada waktu membawa barang dagangan kemudian menjadi sebuah barang antik. Tempayan ini kemudian memiliki fungsi lebih karena bagi warga kalimantan bisa digunakan untuk menyimpan abu jenazah. Kemudian tempayan akan diperjualbelikan sebagai barang antik. Polesan lain dengan menambah guratan dan lukisan pada tempayan tersebut sehingga punya nilai lebih dan adanya kepercayaan bagi yang memilikinya.  Rupanya jiwa zaman akan berubah menempatkan barang dan kegunaanya. Dalam sejarah, barang seperti Tempayan ini bisa dikategorikan sebagai sumber sejarah, jadi sumber tidak harus teks. Barang mati dengan berbagai motif akan bisa dijadikan sumber dan bisa dilihat arus perjalanan sejarah masa itu dari masa ke masa. 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar