Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Anthony H. Johns, The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography


Nama            : Latif Kusairi
Mata kuliah : Historiogarfi

 Tulisan Anthony H. Johns , berjudul Peran Organisasi Struktural dan Mitos dalam Historiografi Jawa (Historiografi Tradisional), berisi ulasan mengenai faktor-faktor kultural yang secara struktur terdapat dalam Serat Pararaton dan Babad Tanah Jawi. Johns yang sarjana barat menjelaskan bahwa muncul sebuah keraguannya, sebuah kebingungan dari seorang sejarawan Eropa terhadap sejarah Jawa seperti dalam contoh di babad dan  serat  yang telah mencampuradukkan antara fakta sejarah dan fiksi sejarah, sehingga menurutnya tidak berguna dalam penelitian secara ilmiah. Johns berpendapat sangat sulit untuk mengukur keakuratan dari peristiwa sejarah itu sendiri dengan subtansi Historigrafi Jawa. Sebagai contoh Johns memaparkan dalam pembuaan Sejarah Melayu mengenai raja-raja Malaka. Diawali dengan invansi Alexander Agung ke India yang mengalahkan Raja Kida Hindi, kemudian menikahi putrinya sehingga mewarisi peradapan besar India dan Persia. Kemudian berlanjut dengan ekspansi menuju wilayah lain dengan proses yang sama sampai ke Nusantara seperti Sriwijaya dan majapahit.
Antitesis dalam  rumusan masalah kemudian muncul berkenaan dengan kandungan nilai pada karya historiografi abu-abu (semi historical exordia) ini adalah; dapatkah karya-karya ini membantu usaha menemukan fakta-fakta yang belum diketahui sebelumnya? Apakah karya-karya ini mendukung fakta-fakta yang telah diketemukan dari sumber-sumber lain? Apakah ini dapat mendukung pemahaman perihal sifat dan fungsi dari institusi-institusi politik yang menaungi wewenang penulis? Apakah para generasi penerus ini tahu bahwa itu hanya upaya dari legitimasi, historigrafi tradisional antara Jawa dan Melayu itu berbeda atau bahkan hanya kelanjutannya.
Johns juga mulai memaparkan Pararaton  yang isinya juga hampir sama. Pengkisahan terhadap pengorbanan Ken Angrok, pendiri Dinasti Singhasari dan Majapahit, sebelum ia naik tahta pada 1222 M. Dilihat dari tulisan itu sudah sangat berkembang dengan pola yang baik.  Masa kecil Ken Angrok mungkin mempunyai kisah yang bisa diterima oleh pola pikir manusia saat ini, dari dilahirkan dari keluarga petani, bertemu Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Namun banyak fiksi sejarah yang kabur dan tidak bisa diterima oleh akal sehat. Misalnya dalam kalimat ” Angrok kecil yang badannya mengeluarkan cahaya, hingga menarik perhatian Ki Lembong, seorang pencuri yang lewat dalam pelariannya”. Apakah mungkin seseorang bisa mengeluarkan cahaya, dan masih banyak lagi, misalnya rahim Ken Dedes mengeluarkan cahaya yang kelak akan memberi keturunan yang sakti.   
Dalam Babad Tanah Jawi juga muncul kekacauan dalam penulisannya, bahwa raja-raja itu selalu menulis sejarahnya dengan pola kultus keturunan dari orang-orang besar . Seperti keturunan Adam, Isa, Muhammad yang sumber sejarahnya sulit untuk dipertangungjawabkan. Dalam Babad Tanah Jawi yang dikeluarkan oleh Sultan Agung itu bisa dilihat bahwa  pola penulisan babad dengan memakai pola dongeng yang mungkin menurut Berg tidak bisa dikatakan sebagai sejarah, karena babad itu ditularkan ke Sultan Agung adalah warisan dari  penguasa sebelumnya. Perbedaan yang paling mencolok dalam Babad Tanah Jawi adalah adanya cerita magic atau bisa disebut ramalan akan kehidupan yang akan datang. Sultan agung juga menambahkan bahwa pola penulisan yang ada dengan menggunakan ilmu masa lalu untuk meramalkan masa depan. Oleh karenanya Berg lebih suka menganggap ini sebagai dongeng.  
Terlepas dari fakta yang banyak mengandung fiksi sejarah tersebut, Johns merasa bahwa historiografi tradisional merupakan banyak mengandung mitos. Muncul percampuradukan mana itu fakta sejarah dan fiksi sejarah. Namun adanya pembagian yang jelas bahwa mana fakta dan nilai, misalnya pararaton yang menjelaskan tentang kepatriotan dari Ken Angrok dengan bumbu-bumbu fiksinya. Inilah yang kemudian membawa John beranggapan bahwa historiografi kita yang semula bersifat mitos tapi sekarang perlu dikaji utamanya dengan kritik sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar