Halaman

Jumat, 25 Januari 2013

Syed Farid Alatas. 2010. Diskursus Alternatif dalam Ilmu Sosial di Asia: Tanggapan Terhadap Eurosentrisme. Jakarta: Mizan Publika.


Ghifari Yuristiadhi (12/340109/PSA/07394)

====================================================================

Tulisan ini merupakan review bagian dua dari buku yang berjudul Diskursus Alternatif dalam Ilmu Sosial di Asia: Tanggapan Terhadap Eurosentrisme karya Syed Farid Alatas. Secara umum ada keterkaitan antara tulisan Syed Farid Alatas ini dengan tulisan yang saya review sebelumnya yakni bagian III Decolonizing Methodologies and Indigenous People yang ditulis Smith Linda Tuwai (1999). Smith berkesimpulan bahwa terjadi penjajahan pikiran dan pengetahuan dari Barat melalui program-program pertukaran pelajar hingga beasiswa. Bedanya, buku ini lebih memotret kondisi Ilmu Sosial secara umum yang berkembang di Asia dan negara-negera Dunia Ketiga lainnya yang cenderung inferior dengan pakem-pakem keilmuan dari Barat.

Penulis mencoba menganalisa dengan pisau metaanalisis. Metaanalisis dipilih karena hingga saat ini belum menjadi sebuah wilayah penyelidikan yang terdefinisikan dengan tepat, baik dari filsafat maupun sosiologi ilmu sosial. Salah satu yang melatarbelakanginya adalah serangan hebat pada kurun 1980-an juga kemiskinan relatif teori di kebanyakan Dunia Ketiga. Telaah-telaah ilmu sosial di Dunia Ketiga dianggap tidak penting sebagian karena wataknya yang polemis dan retorik, ditambah denga nkonseptualisasi yang tidak memadai.

Metaanalisis dan Variasinya
Ritzer (1988) sebagaimana dikutip Alatas, mendefinisikan metaanalisis sebagai telaah reflektif mengenai struktur yang mendasari sebuah disiplin. Telaah metaanalisis tidak hanya melibatkan telaah teori dan konsep (metateori), tetapi juga mencakup metode (metametode), data (analisis metadata), dan bidang-bidang substantive dalam sebuah disiplin. Pokok persoalan metaanalisis yang bertujuan menyusun asas dan persyaratan  analisis dibedakan dengan metaanalisis yang menelaah unsur-unsur karua ilmiah yang berkembang dalam disiplin tersebut (teori, konsep, metode, data, subbidang dalam sebuah disiplin.

Masih menurut Ritzer, di dalam ilmu sosiologi, terdapat sejenis metaanalisis berupa metateori yang mempelajari “teori, teoritisi, komunitas teoretisi, maupun konteks sosial dan intelektual yang lebih luas daripada teori dan teoritisinya”. Telaah reflektif tentang ilmu sosial non-Barat adalah sebuah proyek luas yang tidak dibatasi pada telaah teori dalam masyarakat ini, melainkan terhadap ilmu sosial secara umum. Maka, ragam metaanalisis ini diarahkan untuk mempelajari teori, konsep, metode, data, subbidang dalam sebuah disiplin, maupun konteks sosial, intelektual dan politik dalam ilmu sosial secara umum. Meskipun demikian, orientasi khusus metaanalisis dalam telaah kali ini berfokus pada keadaan ilmu sosial.

Teori-teori Ilmu Sosial: Tipologi Metaanalisis
Perhatian terhadap masalah relevansi dan irelevansi, baik yang tersirat maupun tersurat, melahirkan perumusan sejumlah perspektif teoritis mengenai keadaan ilmu sosial di Dunia Ketiga. Dalam menilai ilmu sosial Barat secara kritis, harus ditekankan bahwa sebagai teori tersebut tidak secara sengaja membahas masalah relevansi (dan irelevansi), meskipun telah menunjukkan persoalan yang secara jelas menyiratkan adanya suatu bentuk irelevansi antara teori dan metode dari suatu konteks sosio-historis ketika ditetapkan di tempat lain.

Lebih lanjut, teori-teori tersebut termasuk ke dalam suatu variasi metaanalisis. Maka, teori-teori ilmu sosial semacam itu dipandang sebagai metaanalisis ilmu sosial, lantaran berada di wilayah pinggiran atau non-Barat. Watak refleksinya mencakup seluruh rentang ilmu sosial – teori, telaah empiris dan pengumpulan data, metodologi, serta ilmu sosial terapan.

Untuk kepentingan penelitian ini, dikembangkanlah sebuah tipologi metaanalisis dengan menggunakan dua dimensi internal-eksternal dna kognitif-institusional. Internal mengacu pada faktor-faktor yang berhubungan dengan riset, konstruksi teori, metodologi, telaah empiris dan ilmu sosial terapan. Eksternal menunjuk pada faktor-faktor di luar diskursus, namun mempengaruhi ilmu sosial. Kognitif berhubungan dengan aspek-aspek ideal ilmu sosial seperti gagasan, teori, konsep, dan nilai. Sedangkan institusional merujuk pada komponen struktural, baik di dalam maupun di luar ilmu sosial yang menentukan aktivitas ilmiah ilmu sosial.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar