Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Studium General: Sebuah Pencerahan Baru dalam Penulisan Sejarah


Fatma Saudo
12/336677/PSA/07190
Studium General dilaksanakan Senin, 20 Desember 2012 oleh Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada di Ruang Multimedia, Lantai 2 Gedung Margono. Kegiatan ini menghadirkan dua pemateri yaitu  Guo Quan Seng kandidat Phd dari University of Chicago dan Michael Vann, Ph. D dari Sacramento State University. Dari kedua pemateri ini saya mendapat banyak pengetahuan baru mengenai permasalahan yang dihadapai sejarawan, metodologi penelitian  sejarah yang jarang dihadirkan dalam penulisan sejarah. Selain  itu, keduanya juga telah memberikan pencerahan baru akan tema-tema  dalam penulisan sejarah.
Guo Quan Seng, dalam studium general ini membicarakan aktivitas sejarawan khususnya aktivitas dia sebagai seorang sejarawan. Menurutnya, menjadi sejarawan sangat mengasyikan karena kita bisa bebas mengekspresikan pengetahuan yang kita miliki. Namun, persoalan subjektifitas yang sering dihadapi seorang sejarawan adalah salah satu hal yang tidak dapat dihindari. Tetapi, hal ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan sejarawan dalam melihat realitas. Selain itu, ia menceritakan tentang penulisan sejarah di Singapura. Seng, menulis gerakan sosial masyarakat Singapura, Malaysia dan Kalimantan. Ia berpandangan bahwa gerakan sosial sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu Negara.
Michael Vann membawa materi “Methodological Adventure in the Archives, Sewers, and Funny Pages of Colonial Vietnam.” Topik penelitian adalah Kolonialisme Prancis di Hanoi. Vann, menjelaskan tentang dampak dari penguasaan kolonial prancis di Hanoi, peran bangsa Kolonial dalam Transformasi sebuah kota. Penciptaan dua kota kolonial berdasarkan polarisasi ras dan supremasi kulit putih. Vann, juga menjelaskan  kehidupan sehari-hari masyarakat di kota kolonial. Menurut saya yang menarik dari penjelasan Vann adalah sumber yang ia gunakan dalam meneliti Kota Kolonial Hanoi. Ia menghadirkan peta, gambar-gambar kartun,  monumen-monumen dan koran-koran untuk menjelaskan keberadaan Kolonial di Hanoi, Vietnam. Menurutnya, peta dapat menjelaskan  perubahan Kota Kolonial dari sebelum mereka datang sampai Hanoi berubah menjadi kota Kolonial di Vietnam. Ia juga melihat bagaimana kampanye pemberantasan hama tikus di Hanoi 1902 oleh pemerintah Kolonial, sebagai bentuk pembatasan kekuasaan negara dalam Kota Kolonial.
Secara tersirat perbedaan kedua pemateri ini adalah dari cara mereka memandang dan menganalisis peristiwa sejarah. Seng, menggunakan perspektif global dalam memandang peristiwa. Sedangkan, Vann, mengunakan perspektif mikro history. Hal inilah yang membedakan keduanya dalam penulisan sejarah. Namun, menurut saya keduanya telah memberikan pencerahan baru dalam penulisan Sejarah.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar