Halaman

Selasa, 08 Januari 2013

STADIUM GENERAL: PENULISAN SEJARAH YANG TERLUPAKAN


Nama                 : Wahyu Setyaningsih
NIM                  : 12/339547/PSA/07317
Prodi                  : Ilmu Sejarah
Mata Kuliah       : Historiografi
Dosen                : Dr. Sri Margana

---

 
            Pada tanggal Studium Generale, yang diadakan hari Kamis, 20 Desember 2012 di Ruang Multimedia, Gedung Margono, FIB, UGM, akademisi dan sejarawan Guo Quan Seng, MA dari Singapura dan Prof. Dr. Michael G. Van dari Sacramento University USA membagikan pengalaman penelitian sejarah yang mereka lakukan. Mereka memberikan gambaran beragamnya tema-tema penelitian sejarah dan metodologi penelitian sejarah.
            Seng berbicara mengenai pengalamannya ketika S1 dan S2 yaitu tentang sejarah gerakan sosial. Dia menggunakan literatur seperti IP. Thomson tentang social working class dan Guha tentang social movement di India. Munculnya perjuangan kelas di India yang selanjutnya membentuk nation state India. Kalau di Indonesia dia umpamakan seperti Sartono Kartodirjo. Dia membicarakan tentang sejarah aktivitas. Dia menampilkan sejarah orang-orang biasa, bukan dari kekuasaan. Selain itu dia juga berbicara tentang hukum bagi orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda. Inilah yang disebut sebagai sejarah mikro.
            Vann berbicara tentang “Methodological Adventures in The Archives, Sewers and funny pages of Colonial Vietnam”. Ia juga berbagai pengalamannya dengan menceritakan pengalamannya ketika melakukan penelitian sejarah di Vietnam, di Hanoi. Penelitian Van berawal dari kantor arsip, setiap hari ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca arsip-arsip berbahas Perancis, mengamati peta, dan statistik pajak. Hingga suatu ketika Vann mengalami sebuah kejenuhan, ia merasa jenuh dengan rutinitas penelitian yang ia lakukan, setiap hari harus membaca arsip. Maka, tiba-tiba muncullah sebuah ide yang tidak ia duga, ia kembali mencermati jaringan saluran air bawah tanah yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Perancis. Dengan menggabungkan konsep dasar dalam penelitiannya bahwa Pemerintah Kolonial Perancis diidentikkan dengan modern, dan modern sangat dekat dengan kebersihan. Namun dengan mencermati data-data yang ia dapati ia menemukan sebuah ironi yang cukup mematahkan mitos, bahwa dengan adanya modernitas yang dibawa oleh Perancis mampu membuat Hanoi menjadi lebih beradab dan bersih. Dari data yang ia dapatkan menunjukkan bahwa ternyata saluran air bawah tanah yang semula dibangun sebagai upaya untuk menjaga kebersihan di Kota Hanoi malah berbuah menjadi petaka. Ribuan bahkan puluhan ribu tikus berkembang biak di sana dengan sangat cepat. Van menemukan hal itu dengan mengalkulasikan jumlah tikus yang dibunuh yang setiap harinya mengalami peningkatan. Ia pun akhirnya mendapatkan ide untuk menuliskan mengenai pembantain tikus dan ironi kebersihan di Hanoi.
            Van berbicara tentang tikus di Hanoi, ia mengatakan bahwa sanitasi yang buruk memunculkan bertambahnya jumlah populasi tikus di Hanoi. Selain itu, ia berbicara tentang akibat dari kolonisasi yang dilakukan Perancis, adanya transformasi kolonial di sebuah kota yang menyebabkan polarisasi rasial dan supremasi kulit putih, dan ia juga membicarakan tentang kehidupan sehari-hari dari pemerintah kolonial di kota. Selain itu, ia juga membicarakan tentang modernitas sebuah kota Hanoi. Dia membicarakan tentang penjahit yang mana ia merupakan simbol modernitas, mengalami ketidaksamaan rasial, diabaikan dari proyek-proyek kolonial. Selain itu, para penjahit juga mengalami krisis kesehatan, mereka juga mengalami pembunuhan secara besar-besaran, mereka dijadikan buruh, dan di Hanaoi juga ada berternah tikus.
Van juga membicarakan tentang gender pada masa Kolonial di Hanoi, bagaimana cara ia melakukan analisis dengan pengkatagorian. Demografi pada masa kolonial pun dilihat dari keseimbangan gender. Selain itu, yang menarik bagi saya adalah sumber kalikatur dan kartun yang digunakan dalam penelitian di Hanoi. Van juga memberikan saran agar seorang sejarawan dalam memaparkan sumber harus dilakukan secara jujur, meskipun sulit.
Dengan demikian, stadium general yang kemarin dilakukan itu memberikan inspirasi baru dalam menulis sejarah, jangan melupakan hal-hal yang kecil yang ada di sekitar kita, jangan hanya menulis sejarah dari kalangan elit saja, tetapi mencoba mengembangkan penulisan sejarah secara mikro histori seperti apa yang telah disampaikan oleh Van dan Seng. Selain itu yang tidak kalah penting bagi seorang sejarawan adalah ketika memaparkan sumber-sumber sejarah, ia harus jujur jangan melakukan interpretasi yang subyektif sekali, dan jangan ada kepentingan yang lain dibalik penulisan sejarah, dan juga menjadi seorang sejarawan harus tekun berkutat dengan yang namanya sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar