Nama : Rika Inggit
Asmawati
NIm :
12/339398/PSA/7286
Perkembangan historiografi
sekarang yang memperbolehkan penggunaan sumber-sumber tradisional sebagai
sumber sejarah telah memberikan angin segar bagi dunia historiografi. Dewasa
ini, mulai ditemukan sejarahwan yang mulai berani menggunakan sumber lokal
sebagai sumber penelitiannya. Walaupun, sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam
sumber lokal sering kali diketemukan cerita-cerita yang bersifat khayali, namun
sumber lokal masih merupakan rujukan sejarahwan dalam melakukan pelacakan jejak
sejarah.
Sumber
tradisional digunakan untuk melengkapi ruang-ruang kosong yang tidak bisa diisi
dengan sumber lain yang telah digunakan. Karena, dalam sumber tradisional,
hikayat misalnya dapat memberikan gambaran tentang kehidupan politik dan
social, bahkan tentang beberapa aspek kehidupan sehari-hari.
Artikel Ruang Politik dalam Hikayat Hang Tuah
membahas tentang ruang-ruang politik Kesultanan malaka yang dikunjungi Hang
Tuah. Tulisan ini sangat menarik, karena Hendri Chambert-Loir dalam meneliti
tentang perjalanan politik yang dilakukan Hang dengan membandingkan antara perjalanan Hang Tuah
dalam Hikayat Hang Tuah dengan beberapa
sumber lain misalnya Sulalat al-Salatin
alias Sejarah Melayu. Daya tarik dalam tulisan ini adalah bagaimana Hendri
Chambert-Loir menemukan perbedaan-perbedaan serta kontradiksi-kontradiksi dalam
sumber rujukan utama dalam sejarah melayu, dan kemudian dia mencoba untuk memperbandingkannya
tanpa terburu-buru melakukan justifikasi manakah sumber yang merujuk ke fakta
maupun ke fiksi. Tentu saja, sumber yang paling banyak dikaji adalah sumber Hikayat Hang Tuah, dan tanpa
menggabaikan sumber lain, Hendri Chambert-Loir berusaha untuk melakukan
interpretasi serta menggabungkan kedua sumber, dan tidak mempermasalahkan hikayat
yang berisi banyak muatan cerita yang khayali, sehingga kedua sumber yang
digunakan dapat saling melengkapi, dan
dapat sedikit mengisi ruang kosong yang ditinggalkan sejarahwan yang lalu.
Salah satu
Kontradiksi yang berusaha dimunculkan Hendri Chambert-Loir adalah misalnya dalam Hikayat Hang Tuah, tokoh utama Hang Tuah melakukan banyak
perjalanan politik Misalnya, di Melayu, Hang Tuah mengunjungi negri Pahang,
Terengganu,Lingga, Singapura, bahkan, perjalanan Hang Tuah mencapai Tiongkok,
India Selatan, Tanah Suci, Mesir dan Turki. bahkan Hang Tuah lah yang memegang
peran utama dalam semua misi dan perjalanan tersebut, Sedangkan dalam Sulalat al-Salatin, alias Sejarah
Melayu, Hang Tuah hanya mengunjungi beberapa negeri saja, bahkan tidak pernah
memimpin utusan sendiri.
Hendri
Chambert-Loir menyadari bahwa dalam hikayat, fakta dan fiksi tercampur dalam
narasi yang panjang,dan hampir sulit dibedakan antara kenyataan dan khayalan-
yang sebenarnya memungkinkan untuk dilakukan identifikasi satu persatu, tetapi
Hendri Chambert-Loir lebih memfokuskan pada permasalahan dasar hikayatnya . Baginya,
yang terpenting dalam sumber Hikayat Hang
Tuah dapat mengungkapkan bahwa melalui cerita hikayat tersebut, kerajaan
malaka berusaha untuk membangun jaringan terhadap Negara-negara lain. Jaringan
ini tidak hanya dimaksudkan untuk perdagangan saja, tetapi lawatan yang
dilakukan Hang Tuah ini, juga bersifat politis. Misalnya, disuatu bab,
diceritakan tentang lawatan Hang Tuah ke Majapahit. Lawatan ini akhirnya
diakhiri dengan pernikahan antara Sultan Malaka dengan putri majapahit raden
Galuh Emas. Konsekuensi dari pernikahan ini, kelak Raden Bahar, putra sulung
sultan malaka menjadi raja di Majapahit menggantikan kakeknya yang meninggal
dunia. Sehingga hierarki antara kedua kerajaan itu terbalik. tetapi, pada
bagian ini, Hendry Chambert-Loir kurang jeli dalam memberikan penekanan pada
maksud raja malaka menikahi putri majapahit. Padahal pernikahan politik dalam
biasanya memang sengaja dilakukan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih, Hendry
Chambert-Loir dalam hal ini hanya menjelaskan pernikahan terjadi karena putri
majapahit cantik lagi bangsawan. Tetapi, Hendry Chambert Loir kurang kritis
dalam menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang mendasari raja malaka menikahi
purti majapahit. Bahkan, Hendry Chambert Loir kemudian menjelaskan antara
hierarki malaka dan majapahit di tulisan akhir dari bab ini,
Tetapi, lebih
dari itu Hendry Chambert Loir sangat cerdas saat harus memberi jarak antara
fakta dan fiksi dalam hikayat, sehingga Hendry Chambert-Loir mampu memberikan
gambaran konsepsi orang melayu tentang dunia geografis serta kekuatan-kekuatan
politik yang mereka hadapi. dia sangat kritis dalam melakukan kritik sumber Hikayat Hang Tuah. bahkan, dia berani
menyampaikan argumentasinya, bahwa dalam satu tahap penyusunan teks Hikayat Hang Tuah yang kita kenal
sekarang ini, pernah terjadi penyalinan dari berbagai naskah lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar