Halaman

Kamis, 17 Januari 2013

Memandang sejarah Indonesia lewat dua mata sejarahwan


Nama   : Rika Inggit Asmawati
NIM    : 12/339398/PSA/7286
Sama-sama membahas tentang sejarah Indonesia, baik Sartono Kartodirdjo maupun Ricklefs setidaknya mempunyai cara pandang yang berbeda dalam menghadirkan sejarah. Menurut Sartono Kartodirdjo, sejarah yang hendak dimaksudkan untuk disusun adalah sejarah sejarah total atau menyeluruh yang memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai satu kesatuan.  Salah satu konsep yang mendasari sejarah total ialah konsep kesatuan yang mencakup berbagai unsur dan dimensi. Interaksi antra unsur atau pengaruh timbale balik antara masyarakat dapat mewujudkan kesatuan itu.  Konsep integrasi adalah konsep kunci untuk memahami sejarah Indonesia sebagai sejarah total. Ide kesatuan dalam perkembangannya di waktu yang lalu juga berasal dari mitos, ialah kepercayaan akan  kesatuan bangsa Indonesia.  Hanya lewat pergerakan nasional dan revolusi mitos ini sepenuhnya dapat dijadikan realitas, seperti yang kita hayati dewasa ini. Menurutnya, sejarah nasional sangat penting karena sejarah nasional berfungsi untuk memperkuat dan memelihara kesatuan nasioanal lewat kesadaran nasioanal. Sejarah Indonesia sebagai suatu konstruk berlandaskan konsep geopolitik dan bukan konsep kebudayaan dalam pengertian Toynbee. 
Dalam karyanya, Sartono mengungkapkan bahwa periodisasi tidak digunakan seperti biasanya dalam penulisan sejarah, akan tetapi hanya digunakan sebagai kerangka atau batasan waktu secara kasar. Hal ini sekaligus menjawab kritik yang diberikan Ricklefs dalam kata pengantarnya bahwa dalam sejarah Indonesia tidak memberikan kronologi yang jelas. Sartono memulai tulisannya dengan mengungkap peristiwa-peristiwa ditahun 1500-an, ketika menurutnya Nusantara sedang mengalami proliferasi kekuasaan. Menurutnya, kota pelabuhan sebagai penumpukan barang dagangan, dimana perdagangan internasional diselenggarakan, yaitu lazim disebut emporium. Penulisan sejarah menurutnya lebih memberikan tekanan pada proses sejarah, jadi pada pertanyaan bagaimana terjadinya, dan kurang pada struktur-struktur atau system-sistem. Yang menjadi kunci dalam penyusunan sejarah Indonesia yang Indonesia-sentris adalah peranan politik yang dimainkan oleh pelaku-pelaku Indonesia, baik dalam interaksinya di dalam system social-politiknya maupun dengan factor-facktor dari luar. Sedikit berbeda dengan Sartono, Ricklefs mengungkapkan bahwa penyusunan buku Sejarah Indonesia memulai dengan babakan waktu tahun 1300. Tahun-tahun tersebut menurutnya adalah suatu unit sejarah yang bertalian secara historis, yang dinamakannya sebagai jaman modern. Tiga unsur fundamental memberi kurun waktu sebagai suatu kesatuan historis, yang pertama, terdapat dalam bidang budaya dan agama : islamisasi Indonesia yang dimulai sekitar tahun 1300 sampai sekarang. Yang kedua berdasarkan tema : interaksi antara bangsa  Indonesia dan bangsa-bangsa Barat yang dimulai sekitar tahun 1500 dan tetap berlanjut. Yang ketiga bersifat historiografis : sumber-sumber primer sepanjang kurun waktu ini hampir seluruhnya ditulis dalam bentuk-bentuk bahasa-bahasa Indonesia modern  ( bahasa-bahasa Jawa, Melayu daripada bahasa Jawa Kuno dan melayu kuno ) dan dalam bahasa-bahasa a eropa.
Namun, walaupun begitu, dalam sejarah Indonesia, tidak menyantumkan peran perempuan. Baik secara sadar ataupun tidak, telah mengabaikan realitas historis perempuan sebagai bagian dari proses historis perempuan sebagai bagian dari proses sejarah Indonesia. [1] baik Sartono maupun Ricklefs, tidak mencantumkan peran perempuan dalam kajiannya. Seolah-olah Indonesia ataupun Negara Indonesia hanya diisi oleh satu jenis kelamin saja, yaitu laki-laki, padahal menurut Peter Boomgard yang dikutip Bambang Purwanto, perempuan  mempunyai peran yang cukup menarik dalam Cultuurstelsel.



[1] Bambang Purwanto. 2005. Gagalnya Historiografi Indonesia. Jogjakarta : Ombak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar