Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Rivew Artikel The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography, Oleh Anthony H. Johns, Sumber:The Juornal of Asian Studies, Vol. 24, No. 1. (Nov., 1964), pp. 91-99.


Nama      : Fatma
NIM       : 12/336677/PSA/07190

            Anthony H. Johns dalam Paper ini membandingkan  Historiografi tradisional jawa yakni Pararaton dan Babad Tanah Jawi . Antony H. Jhons menilai bahwa Pararaton merupakan kualifikasi epistimologi Historiografi Jawa dari Singasari-Majapahit periode (1222-1451). Babad Tanah Jawi, merupakan bentuk historiografi Jawa pada abad ke-17. Menurut Anthony H. Jhons bahwa dimata sebagian besar ilmuwan eropa menganggap kedua historiografi ini hanyalah sebatas dongeng atau  mitos.  Tetapi, ia melihat ternyata ditemukan realitas dan fakta didalam Pararaton dan Babat Tanah Jawi. Anthony H. Jhons juga  melihat hal yang sama terjadi pada penulis-nulis sejarah di Indonesia. Menurutnya Sejarawan Indonesia masih kurang menggunakan mitos sebagai sumber sejarah.
Pararaton dan Babad Tanah Jawi menceritakan tentang penguasa Jawa dizaman yang berbeda. Keduannya memiliki perbedaan dari sudut penceritaan, Pararaton menceritakan bagaimana Ken Arok menjadi pemimpin Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Sedangkan Babad Tanah Jawi menceritakan asal usul Senopati sebagai penguasa Mataram. Pada Kitab Pararaton, sosok Ken Arok tidak memiliki hubungan darah dengan penguasa kerajaan sebelumnya, berbeda dengan Babad Tanah Jawi, sosok Senopati dianggap memiliki trah dengan penguasa kerajaan sebelumnya. Anthony Johns melihat bahwa Pararaton dan Babad Tanah Jawi sebagai bentuk legitimasi kekuasaan penguasa.
Menurut penilaian  Anthony Johns, bahwa cerita tentang Ken Arok sebelum menjadi raja tidak dapat dianggap sebagai sejarah, dalam arti bahwa fakta didalamnya perlu diverifikasi, tetapi cerita setelah Ken Arok diangkat sebagai raja dianggap memiliki nilai sejarah. Untuk membuktikannya, perlu dibandingkan dengan bukti-bukti lain, seperti prasasti dan berita-berita Cina. Kedua kitab ini memiliki persamaan yaitu adanya sinkretisma antara ajaran Hindu-Budha dan Islam. Pararaton menjelaskan bahwa Ken Arok adalah titisan Dewa Brahma.  Babad Tanah Jawi menjelaskan silsilah Senopati berasal dari Nabi Adam sampai Dewa-Dewa. Babad Tanah Jawi mengambarkan adanya sinkertisme ajaran agama Hindu-Budha dengan ajaran Islam.
Mitos dan simbol memainkan peran yang sangat banyak di Babad Tanah Jawi dari pada Pararaton. Babad ditulis oleh Pujangga. Kerajaan di Jawa pada zaman dahulu memiliki Pujangga Istana. Pujangga tersebut menuliskan cerita dalam Babad sesuai dengan kondisi kerajaan. Namun, terkadang Babad dan Pararaton ditulis berdasarkan kepentingan kerajaan pada masa itu.Mitos dalam Pararaton dan Babad Tanah Jawi diinterpretasikan oleh Anthony Johns sebagai bentuk pemahaman Orang Jawa terhadap fungsi penguasa bagi kehidupan manusia, dalam hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos serta sifat keilahian yang dimiliki oleh penguasa. Misalnya, Pararaton menjelaskan bahwa Ken Arok memiliki kualifikasi peran cosmiknya yang mampu melegitimasi dirinya sebagai Raja.
Menurut Anthony H. Jhons bahwa penulis yang tidak menggunakan mitos sebagai sumber sejarah disebut penulis sekuler. Menurutnya, didalam mitos memuat nilai-nilai kultural dalam masyarakat tersebut. Selain itu, perbedaan Pararaton dan Babad Tanah Jawi yaitu pada cara dimana kualitas keduannya diindikasikan, karena  Pararaton hanya menjelaskan secara garis besar sedangkan Babad Tanah Jawi   dijelaskan lebih terstruktur. Setelah membandingkan kedua Historiografi tradisional tersebut, Anthony Johns berkesimpulan bahwa Babad Tanah Jawa memiliki persamaan dari Babad yang telah ada sebelumnya, seperti Babad Demak dan Babad Pajang. Akan tetapi telah dilakukan penyesuaian sesuai dengan kontek  jiwa zamannya (zeith geiz). Anthony Johns menunjukan bahwa Pararaton dan Babad Tanah Jawi telah menjelaskan  kesinambungan dan perubahan dalam masyarakat Jawa. Anthony H. Johns juga melihat bagaimana mitos mempengaruhi pemikiran penulis sejarah.  
Mitos harus dilihat dari dua sisi, pertama dari sudut pencerita dan orang yang mempercayai mitos. Pararaton dan Babad Tanah Jawi ditulis untuk melegitimasi kekuasaan Raja-Raja pada masa itu. Sehingga, masyarakat jawa mempercayai bahwa Raja mempunyai kekuatan lain diluar kemampuan manusia biasa. Keberadaan Mitos dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dipandang sebagai cerita dongeng belaka. Mitos dalam Pararaton dan Babad Tanah Jawi tetap dipercaya oleh masyarakat jawa sebagai eksistensi penguasa atau raja. Oleh karena itu, menurut Anthony H. Jhons Mitos dapat dijadikan sumber sejarah karena memuat realitas dan fakta pada zamannya. Artikel ini telah menginspirasi sejarawan baik didalam maupun diluar negeri untuk menjadikan naskah sebagai sumber sejarah. Secara tersirat Anthony H. Jhon mengajak sejarawan untuk menulis sejarah menggunakan sumber-sumber  lokal.

  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar