Halaman

Jumat, 11 Januari 2013

REVIEW STADIUM GENERAL


NAMA                       : HERVINA NURULLITA
NIU                             : 12/339971/PSA/07380


Sejarah adalah adalah peristiwa masa lampau dan merupakan produk kekinian. Dalam menjelaskan sejarah yang menurut sebagian besar orang awam adalah sesuatu yang membosankan perlu adanya sebuah cara penulisan sejarah yang dapat menghadirkan sebuah peristiwa sejarah yang menarik para pembaca. Pada kesempatan ini Guo Quan dan Michael G. Vann memberikan sebuah tawaran atau warna baru dalam penulisan sejarah yang berbeda dari kebanyakan sejarawan. Pada kuliah umum yang dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2012, terdapat dua narasumber yaitu Seng Guo Quan (Chicago University) dan Michael G. Vann (Sacramento University). Dalam kuliah tersebut Seng Guo Quan menjelaskan mengenai “History as Curiosity and History as Activism”, yaitu sejarah sebagai keingintahuan dan sejarah sebagai aktivitas. Beliau menjelaskan mengenai Sejarah Singapura. Pada tahun 1990an ada seorang tokoh bernama Lim Cing Song yang mengawali gerakan sosial di Singapura. Menurut pemahaman saya dari apa yang disampaiakan Seng Guo Quan, Lim Cing Song seperti Sukarno-nya Singapura. Ia adalah seorang pemuda (aktivis) dari Singapura yang giat melakukan sebuah gerakan pembaharuan. Lim Cing Song ingin merubah sejarah dengan idenya. Seng Guo Quan menjelaskan adanya gerakan sosial yang dipelopori oleh para pemuda Singapura. Gerakan-gerakan sosial tersebut beliau sebut sebagai aktivitas sejarah. Beliau juga menjelaskan mengenai gerakan sosial di India yang dipelopori oleh seorang tokoh bernama Guha. Kemudian Seng Guo Quan juga menyebut seorang tokoh bernama E.P Thompson seorang Marxisme yang menurutnya juga merupakan tokoh dalam pembaruan suatu Negara. E.P Thompson adalah seorang intelektual dalam Partai Komunis Inggris pada tahun 1957. Hal yang dapat saya tangkap dari penjelasan beliau bahwa gerakan sosial di suatu Negara kadang memang dibutuhkan sebagai pencarian identitas suatu bangsa dan pembentukan Negara (nation) itu sendiri. Dengan adanya gerakan sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mengubah struktur dari suatu Negara tersebut dan otomatis akan membentuk sebuah “bentuk” yang baru dari “nation” yang mereka kehendaki. Dari sini juga dapat diambil kesimpulan tentang penjelasan awal Seng Guo Quan tentang Sejarah sebagai keingintahuan dan sejarah sebagai aktivitas. Sejarah sebagai keingintahuan diwujudkan oleh para pelajar tersebut dalam melakukan suatu gerakan yang dilatarbelakangi oleh rasa keingintahuan dari para pelajar untuk membentuk bangsa. Dan rasa keingintahuan tersebut diejawantahkan dalam sebuah gerakan sosial, untuk mengubah negaranya.
Sedangkan G. Vann menjelaskan mengenai French Colonial In Hanoi. Beliau memulai penelitiannya menggunakan metodologi yang berbeda dari kebanyakan metodologi sejarah yang selama ini digunakan. Beliau menyebut metodologinya tersebut dengan methodological adventures. Beliau memulai penelitiannya dengan berkutat pada arsip dan menggunakan data seperti gambar-gambar kartun. Beliau menggunakan kartun sebagai sumber yang terlihat sangat menyenangkan. Gambar kartun yang digunakan adalah gambar yang populer pada saat itu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian proses penelitian sejarah semakin menyenangkan dan tidak membosankan seperti yang selama ini kita ketahui. Selain kartun beliau juga berkutat pada berbagai jenis peta dan lukisan serta symbol-simbol monument yang ada di Vietnam. Selain itu Vann juga menjelaskan penekanannya pada micro history. Micro History pada saat ini mulai ditulis oleh para sejarawan karena selama ini terutama di Indonesia “sejarah adalah milik orang besar”. Sehingga perlu adanya dekonstruksi bahwa sejarah juga milik masyarakat kecil.
Dari kedua narasumber tersebut dapat saya tarik kesimpulan bahwa keduanya ingin memberikan suatu metode baru dalam penulisan sejarah sehingga sejarah lebih menarik dan dapat duterima oleh semua pihak. Seng Guo Quan lebih menekankan pada studi kasus tentang gerakan sosial yang ada di Singapura sedangkan Vann lebih menekankan pada penggunaan sumber yang berupa gambar dan symbol sehingga penelitian sejarah lebih menarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar