Halaman

Kamis, 17 Januari 2013

Review Pendahuluan “Diskursus Alternatif Dalam Ilmu Sosial Asia”. Syed Farid Alatas


Nama  : Selfi Mahat Putri
Nim     : 10/306215/PSA/02239
Alatas dalam bukunya ini menyorot mengenai masalah-masalah yang melingkupi ilmu sosial di Asia yang masih dalam dominasi dari sumber peradaban pengetahuan, yakni Barat. Adanya kecendrungan dari ilmu sosial di Asia ini yang mengagungkan Barat sebagai kiblat dari pengetahuan. Oleh karena itu, Alatas dalam bukunya ini ingin menyajikan banyak ilustrasi mengenai berbagai upaya guna mewujudkan ilmu sosial yang secara sadar hendak mengimbangi ilmu sosial Eurosentris. Meskipun diakui keberadaan karya-karya semacam itu, konteks yang dominan tetaplah Eurosentrisme.
Buku ini bertujuan mengungkapkan masalah dan isu utama di seputar seruan diskursus yang menghadirkan dirinya sebagai alternatif dari diskursus Eurosentris dan Orientalis. Ada empat isu yang dikemukakan dalam buku ini:
1.      Pertentangan antara ilmu sosial nativis dan ilmu sosial otonom
2.      Perlunya konseptualisasi yang tepat mengenai relevansi
3.      Dampak relasi antara diskursus dan kuasa terhadap diskursus alternatif
4.      Pengajaran ilmu sosial dalam batas-batas persyaratan diskursus alternatif.
Alatas melihat bahwa Barat masih menjajah Asia dalam ilmu pengetahuan, mereka seperti menciptakan struktur kebergantungan akademis dan berusaha memonopoli penyebarluasan ide-ide ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Dominasi itu terlihat diberbagai aktivitas ilmu sosial. Dimana pada tingkat abstrak dan teoretis, ide-ide dari Amerika, Inggris dan Prancis banyak diimpor, dipasarkan dan dikonsumsi di Universitas-universitas Asia dan di lingkaran kaum terpelajar Asia.
Ilmuwan sosial di Asia cenderung mempelajari masyarakatnya sendiri, dan secara umum berkutat dengan riset empiris yang terkait dengan kebijakan. Akibatnya karya mereka kekurangan perspektif perbandingan dan hanya memberi kontribusi pas-pasan terhadap teori. Sehingga memunculkan ketergantungan pada ide-ide dari buku dan jurnal ilmiah yang diterbitkan universitas-universitas Amerika, Inggris dan Prancis. Ini akhirnya menciptakan ketergantungan ilmuwan sosial terhadap pemikiran-pemikiran barat sehingga meminggirkan bahkan bisa menenggelamkan ide dan konsep lokal, regional, dan ulayat yang ada di Asia.
Menurut pemikiran Vico dalam Edward W Said, Orientalisme menegaskan bahwa “manusia mengukir dan menciptakan sejarahnya sendiri”, bahwa apa yang bisa mereka ketahui merupakan sesuatu yang telah mereka ciptakan.  Jika kita membawa asumsi ini pada konteks  yang lebih luas, seperti geografi maka dapat dikatakan bahwa manusia menciptakan lokalitas, wilayah dan sektor-sektor geografisnya sendiri, seperti ketika mereka menciptakan “Barat” dan “Timur” sebagai akibat dari faktor geografis, kultural dan historis. Proses penciptaan ini membuat Barat dan Timur memiliki sejarah, pemikiran, kosakata dan citranya sendiri.
Sayangnya, ilmuwan sosial di Asia seakan belum siap untuk menciptakan ide, konsep dan teori baru yang dapat menggantikan teori-teori dan pandangan dari pemikiran barat, kita seakan hanya “prajurit yang mengikuti perintah komando” tak ada kritikan dan sanggahan hanya mengikuti tanpa tahu itu benar atau salah. Padahal tak semua teori dan konsep dari Barat itu bisa dipergunakan oleh ilmuwan sosial Asia karena latar belakang sejarah, budaya dan kondisi Barat yang berbeda dengan Asia sehingga hal itu tidak bisa digeneralisasi. Contoh sederhananya saja, ketika Barat memandang konsep bersih dengan orang Asia hal itu pasti berbeda, mandi bukanlah hal penting di Eropa karena mereka tidak ada budaya mandi setiap hari tetapi ini menjadi berbeda dengan orang Asia yang melihat kebersihan badan itu dari mandi. Inilah konsep sederhana yang ternyata tidak bisa kita lihat seragam.
Alatas memperkenalkan “diskursus alternatif” sebagai sebuah kategori yang mencakup karya para pengarang dari berbagai disiplin ilmu sosial yang kebanyakan ingin menghapuskan kolonialisme akademis, irelevansi ilmu sosial Euro-Amerika, seraya mengungkapkan perlunya menciptakan kondisi yang memunculkan ilmu sosial alternatif ditengah masyarakat non-Barat.

















8 komentar:

  1. http://student.blog.dinus.ac.id/fadhilnurmahardi/2015/04/28/pangkat-rekursif/
    http://student.blog.dinus.ac.id/dewanggapradeta/2015/04/21/menentukan-jam-is-ampm/
    http://student.blog.dinus.ac.id/pujiamimutiara/2016/07/26/mengintip-metode-pengajaran-anak-usia-dini-jepang/
    http://student.blog.dinus.ac.id/hasanjepang00669/2016/10/24/teknik-senam-jari/

    BalasHapus
  2. history of tokyo
    http://student.blog.dinus.ac.id/mataharilanangpanggulu/2016/10/13/sejarah-singkat-tokyo-%e6%9d%b1%e4%ba%ac/

    BalasHapus
  3. Hawker semarang
    http://student.blog.dinus.ac.id/c11eddomarselo28/2016/10/19/5-top-jajanan-enak-di-kota-semarang/

    BalasHapus
  4. keren banget nih inovasi banget
    http://rindra.blog.dinus.ac.id/2016/09/01/alat-tanam-benih-jagung-dengan-tuas-pengungkit-dan-mekanik-pembuat-lubang/

    BalasHapus
  5. the State University of indonesia's best 2017
    http://student.blog.dinus.ac.id/kampusswastaterbaikdiindonesia/2017/09/22/universitas-negeri-terbaik-di-indonesia-2017/

    BalasHapus
  6. the most expensive campus in indonesia
    http://student.blog.dinus.ac.id/kampusswastaterbaikdiindonesia/2017/09/21/kampus-termahal-di-indonesia/

    BalasHapus
  7. best universities in indonesia, 2017
    http://student.blog.dinus.ac.id/kampusswastaterbaikdiindonesia/2017/09/20/10-universitas-terbaik-di-indonesia-2017/

    BalasHapus
  8. best private University 2017
    http://student.blog.dinus.ac.id/kampusswastaterbaikdiindonesia/2017/09/19/universitas-swasta-terbaik-2017/

    BalasHapus