Nama : Rika Inggit Asmawati
NIM : 12/339398/PSA/7286
Natural History : sumbangsih
orang british terhadap historiografi Indonesia
Karena Indonesia dikuasai Belanda, maka banyak dugaan
yang sering muncul bahwa sumber tertulis dan documenter tentang sejarah modern
Indonesia ditulis dalam Bahasa Belanda. Tentu saja benar bahwa dibandingkan
dengan bacaan Belanda yang luas sekali itu sumbangan berbahasa Inggris terhadap
penelitian tentang Indonesia tidak banyak. Namun hendaknya, orang tidak lupa
bahwa awal yang serius dari historiografi Indonesia terutama bukan terdapat
pada karya-karya para ahli ketimuran yang pertama di Leiden, melainkan dalam
buku sejarah tebal yang diterbitkan oleh para sarjana Inggris seperti Marsden,
Raffles, dan Crawfurd. Karya-karya mereka merupakan suatu kumpulan yang
mengesankan dari bahan documenter Inggris mengenai berbagai segi sejarah Indonesia.
( Soedjatmoko, dkk : 1995)
Mary Catherine Quilty dalam Textual Empires, khususnya di
Bab 1, Natural Histories : New Ways of Knowing, membahas
tentang bagaimana orang-orang british seperti Symes, Marsden, Raffles, Crawfurd dan Anderson menuliskan dan mempublikasikan
pengetahuan tentang Asia Tenggara.
Mereka meyakini bahwa tesk-teks mereka dapat meningkatkan pengetahuan
baru masyarakat dunia tentang Asia Tenggara. Tulisan Marsden, tentang History
of Sumatra, kemudian Raffles dengan History of java, dan tulisan Symes, serta
Anderson,sangat menarik karena tema yang dipilih adalah tema yang dekat
lingkungan, alam dan kehidupan masyarakat. ditulis dengan metode ilmiah yang
berkembang saat itu, sehingga diniliai bahwa tulisan mereka adalah tulisan yang
paling objektif.
Namun, jika dicermati Dari sisi historiografi, keempat
penulis Inggris tersebut, memiliki kesamaan. Walaupun mengambil tema yang
berbeda, namun keempatnya sama-sama menulis dengan sudut pandang orang eropa
dan umumnya mereka menulis tentang Asia Tenggara, mempunyai ideology
tersendiri. Berkaitan dengan keinginan Eropa untuk melakukan kolinialisasi di
Asia, maka tulisan mereka terhadap asia tenggara berusaha untuk
mempresentasikan kekayayaan, keeksotisan Asia. Ini kemungkinan juga akan
menjadi pertimbanagan apakah sebuah daerah pantas atau tidak untuk
diekpsloitasi.
Umumnya, orang-orang Perancis dan Inggris ( begitu pula
orang Jerman, Rusia, Spanyol Portugal, Italia dan Swiss ) memandang dunia Timur
berdasarkan suatu tadisi yang mereka yakini selama ini. Tradisi tersebut
bernama orientalisme, suatu cara untuk memahami dunia Timur yang didasarkan
pada keeksotisannya di mata orang Eropa. Bagi orang-orang Eropa, Timur tidak
hanya bersebelahan dengan kawasan mereka.
Lebih dari itu, orang Eropa selalu menganggap Timur sebagai jajahan
mereka yang terbesar, terkaya, dan tertua selama ini. Timur juga dianggap
sebagai sumber bagi peradaban dan bahasa Eropa, saingan atas budaya Eropa dan
sebagai bagian dari imajinasi Eropa yang terdalam. Timur adalah “yang lain” (
the other ) bagi Eropa. ( Said, 2010).
Konsekuensi logis yang muncul dari cara pandang orientalisme ini adalah menimbulkan
pandangan bahwa barat adalah superior, sedangkan Timur adalah inferior. Oleh
karena itu, penulisan Sejarah Asia Tenggara tidak lagi dilihat secara objektif,
karena sejarah ditulis berdasarkan satu sudut pandang saja. Tidak mengherankan kemudian bila ditemukan
dalam tulisannya, Anderson menyebut tentang adanya “kanibalisme” di Batak, atau
mungkin juga pandangan penulis yang lain tentang dunia bar-bar untuk
merepresentasikan dunia Timur.
Tetapi, terlepas dari cara pandang orientalisme yang
digunakan para peneliti inggris terssebut, baik Symes, Marsden, Raffles dan
Anderson telah menyuguhkan suatu historiografi yang menarik, dimana tema-tema
politik tidak lagi menjadi pilihan utama dalam tulisannya. Lebih dari itu,
walaupun dengan beberapa kekurangan dalam penyajian tulisannya, misalnya buku
History of Java nya Raffles yang terkesan hanya menuliskan data-data saja,
tanpa ada pemaknaan terdapat fakta, namun para peneliti Inggris ini setidaknya
telah melampaui apa yang telah dihasilkan sejarahwan Indonesia pada masa
sekarang, bahwa sejarah tidak hanya ditulis berdasarkan tema politik saja,
tetapi sejarah bisa juga meliputi beberapa aspek mikro yang sering terlupakan
dari pandangan orang-orang Indonesia itu sendiri.
Daftar bacaan :
Quilty,
Mary, Textual Empires.. (Australia : monas university. 1998)
Soejatmoko,dkk,
Historiografi Indonesia : Sebuah Pengantar
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka, 1995)
W.
Said, Edward. Orientalisme. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar