Halaman

Senin, 07 Januari 2013

Perspektif Relevan Penulisan Sejarah Indonesia


Perspektif Relevan Penulisan Sejarah Indonesia
(Telaah Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium Jilid I Sartono Kartodirjo dan Sejarah Indonesia Modern M.C Rieklefs
Haris Zaky Mubarak
HZM
Ø  Overview
            Dalam perspektif Sartono Kartodirjo sejarah Indonesia adalah suatu rekonstruksi atau penggambaran bagaimana kehidupan bangsa Indonesia  mengalami perkembangan yang mampu menunjukkan sistem kemasyarakatan dengan struktur ekonomi,sosial dan politiknya. Perkembangan historis diuraikan sebagai proses yang kompleks sehingga secara jelas interaksi pelbagai unsur-unsurnya,saling pengaruh dan saling ketergantungan antara pelbagai aspek kehidupan masyarakat itu. Pendekatan yang mencakup dari pelbagai dimensi ini didasarkan pada pengertian bahwa masyarakat Indonesia dipandang sebagai satu kesatuan dimana terjadi interaksi dan jaringan yang menghasilkan sistem atau struktur. Antara proses dan struktur ada dialektika maka segi prosesual dan struktural saling kait mengkait dan saling mempengaruhi. Sejarah seperti ini dikatakan Sartono Kartodirjo sebagai sejarah total atau menyeluruh yang memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai satu kesatuan. Sebagai konsep kesatuan yang dikembangkan. Perkembangan dari unit terkecil sampai yang besar. Sartono Kartodirjo menilai bahwa ada konsep-konsep yang seharusnya yang dapat dipakai sebagai desain besar untuk menerangkan bahwa sejarah Indonesia merupakan penyatuan dari sejarah lokal atau dalam hal ini konteks Nusantara pada masa lalu dengan sejarah dari bangsa dan negara Indonesia itu sendiri. Sejarah Indonesia sebagai suatu konstruk berlandasan konsep geopolitik dan bukan dalam konsep kebudayaan,dalam penilaian Sartono Kartodirjo konsep kebudayaan memiliki perluasan yang sangat besar dan melampaui ruang lingkup geopolitik Indonesia karena konteks kebudayaan  didalam perspektif geopolitis Indonesia masih bersifat heterogen atau plural maka menurut Sartono Kartodirjo harus ada kerangka nasional sebagai pendorong dalam kesadaran homogenitas. Oleh karenanya dalam karyanya ini periodesasi tidak digunakan sebagaimana penulisan sejarah lazimnya yang menentukan periodesasi secara ketat tetapi periodesasi itu hanya digunakan sebagai kerangka atau batasan waktu yang masih kasar,karena lebih ingin melihat proses dialektika antara proses dan struktur.
            Berbeda dengan Sartono Kartodirjo, MC.Rieklefs ingin menyelidiki sejarah Indonesia sejak kedatangan Islam dengan kronologi dan menggunakan narasi yang mendasar sejak tahun kurang lebih 1300 sebuah pengantar dari pelbagai isu penting dan menarik dari periode tersebut.Rieklefs pun mengkritik bahwa penulisan sejarah yang ada selama ini kadang kala terlalu menekankan aspek kolonial ataupun semata keunikan Indonesia yang dengan kata lain bisa dikatakan Indonesia sentris.dan tidak memberikan kronologi yang jelas dari peristiwa tersebut. Rieklefs mendasarkan sumber-sumber penulisan sejarahnya berdasarkan prasasti-prasasti tertua dari kepulauan Indonesia seperti misalnya tujuh buah Yupa yang ada di Kalimantan Timur yang bertarikh kurang lebih 400 tahun yang lalu.Rujukan dalam bahasa Cina kuno yang memungkinkan untuk merekonstruksi sebagian besar dari sejarah kerajaan - kerajaan pra Islam di Indonesia yang mencakup beberapa kerajaan besar zaman kuno. Menurut Rieklefs periode sejak tahun kurang lebih 1300 telah menjadi sebuah unit sejarah yang padu yang dalam buku ini disebut sebagai sejarah Indonesia modern. Sub-sub periode penting tercermin kedalam bagian bab-bab.Tiga unsur fundamental memberikan kesatuan historis yaitu unsur kebudayaan dan agama, yakni pertama, Islamisasi yang dimulai tahun kurang lebih 1300 hingga kekinian. Yang kedua, unsur topik yang saling pengaruh antara orang Indonesia dan orang Barat yang dimulai tahun kurang lebih 1500 dan masih berlanjut kekinian. Yang ketiga, historiografi yang melihat keberadaan sumber-sumber primer sepanjang periode yang ditulis secara khusus dalam bahasa Indonesia moedern (Jawa, Melayu dan lainnya bukan Jawa Kuno ataupun Melayu Kuno) dan dalam bahasa orang Eropa yang hadir dalam periode kurang lebih 1300 sampai kurang 1500, unsur - unsur ini terus muncul. Dan Rieklefs ingin lebih mengutamakan bukti sejarah yang terinci. Rieklefs ingin lebih mengutamakan porsi pembicaraan menyangkut sejarah Jawa dengan berbagai alasan seperti  pertama, karena Jawa lebih banyak dikaji, kedua karena karena jumlah penduduk yang banyak,ketiga ,karena Jawa telah menjadi pusat politik baik dimasa kolonial maupun kemerdekaan dan yang terakhir karena Rieklefs ingin mendasari penelitiannya memang terpusat di Jawa. Rieklefs mengakui bahwa dalam karyanya ini banyak yang merupakan uraian atau ringkasan dari karya orang lain.Karya Rieklefs ini pun dalam beberapa pembahasannya hanya semata - mata mengulang ataupun menambah dari kesalahan beberapa buku karya orang lain yang terlah terbit sebelumnya.
Ø  Making Connections
                        Beberapa hubungan yang bisa diamati dalam dua telaah prakata ataupun kata pengantar yang dikemukakan baik oleh Sartono Kartodirjo maupun Rieklefs            adalah kedua penulis sejarah ini sudah berani mengemukakan metode dan             metodologi sejarahnya dan keinginan apa yang ingin dihadirkan dalam karyanya.        Apakah ingin   terlihat sebagai sebuah karya yang sangat Indonesia Sentris dengan          melihat segala sesuatunya sebagai sebuah konsep penyatuan seperti yang            dilakukan oleh Sartono Kartodirjo ataukah sebagai sebuah kronologi yang        melihat pada evidensi yang ada saja dengan berangkat dari bukti - bukti yang ada            seperti halnya prasasti yang   digunakan Rieklefs dalam menuliskan Sejarah         Indonesia Modern.
                        Kritik yang ingin Saya berikan, Sartono Kartodirjo dalam karya ini memang           ingin mengemukakan          sekaligus memberi contoh bagaimana sejarah total yang     dimaksudkannya itu             diimplementasikan dan ingin memberi value dalam sebuah             penulisan sejarah dengan pesan nasionalistis yang dipahami secara subyektif oleh     Sartono Kartodirjo sendiri. Dia mentotalkan dari keseluruhan evidensi-evidensi yang           terjadi sebagai sebuah peristiwa yang sesungguhnya terjadi setiap hari dengan             keberagaman yang diterima   dalam perjumpaan yang berbeda oleh masing-masing         orang sebagai bagian dari pola besar yang dikonklusikan secara umum. Meskipun           hal ini sering masuk dalam perdebatan kalangan sejarawan, Saya kira Sartono         Kartodirjo memang tidak pernah ingin memahami bagaimana prosesual itu    terjadi. Sebagai sebuah peristiwa sejarah tidak selamanya bisa disatukan dalam    generalisasi. Jelas sangat terlihat adanya jurang pemisah yang luas bahwa sejarah      yang harusnya terjadi secara prosesual harus digantikan dengan deskriptif yang      hanya melihat dalam pandangan umum kemudian mengkategorisasi berdasar          kemutlakan intepretasi sejarawannya semata. Adapun Rieklefs yang menulis        sejarah Indonesia modern nyatanya dalam prakatanya tidak terlalu      menjelaskan bagaimana Indonesia mengalami kemodernannya. Apakah hanya Jawa          saja yang dikatakan sebagai Indonesia modern. Rieklefs ingin menyatakan bahwa    tidak ingin memakai istilah Jawa Kuno tapi Ia sendiri menggunakan istilah modern             hanya untuk membedakan istilah yang dipopuliskan penulis sejarah sebelumnya.Hal        inilah yang juga dapat dikritik bagaimana sejarah ternyata masih terjebak dalam      dikotomi versus dan selalu melihat dalam perspektif hitam dan putih, serta masih          terjebak dalam penulisan yang dikatakan baru tapi sesungguhnya masih berupa perulangan dan hanya mengganti sampulnya semata.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar