Nama : Selfi Mahat Putri
Nim : 10/306215/PSA/02239
Menarik
menyimak dua pengalaman sejarawan ini pada stadium general yang dilakukan pada
tanggal 20 Desember 2012. Gua Quan Seng, seorang sejarawan Singapura yang
sedang melakukan studi di Chicago University Amerika dengan ketertarikannya
pada studi mengenai gerakan sosial dan Michael G.Vann, seorang sejarawan
Amerika yang memiliki minat pada microhistory.
Bagaimana mereka berbagi ilmu akan pengalaman yang mereka lakukan saat
melakukan penelitian.
Seng
menempatkan history as activism yaitu
bagaimana dia memandang sejarah dari perspektif kelas pekerja melalui
gerakan-gerakan sosial yang terjadi untuk melihat sebuah negara. Seperti
seorang aktivis yang mencoba melakukan perubahan dalam tatanan yang sudah ada,
itu yang dilihat oleh Seng dan ini merupakan salah satu bentuk sejarah
alternatif untuk sejarawan melihat masa lalu. Jadi, seperti yang dikatakan oleh
Seng bagaimana sejarah ditempatkan sebagai karir dan sekaligus keingintahuan
supaya sejarah pun menjadi menarik.
Kemudian,
dilanjutkan oleh Vann yang menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukannya di
Vietnam. Pemaparan yang disertai dengan slide-slide foto ini begitu menarik
karena banyak hal yang tak terduga. Bagaimana bisa menemukan sejarah
ditempat-tempat tak terduga dan melakukan petualangan dalam menemukan
arsip-arsip. Vann yang mengambil topik penelitian “French Colonial Hanoi” ini
melihat beberapa hal: dampak kolonial Perancis di Hanoi, bagaimana transformasi
kotanya, dan bagaimana kehidupan sehari-hari kota kolonialnya. Tulisannya
mengenai of rats, rice and race: the
great Hanoi Rat Massacre, an Episode in French Colonial History. Memberikan
kita gambaran bahwa microhistory
merupakan suatu pilihan sejarah yang menarik.
Banyak hal yang dapat dilihat dan
dijelaskan dari sejarah orang-orang kecil atau orang-orang pinggiran yang
selama ini belum begitu diminati oleh kalangan sejarawan. Munculnya perpektif baru dalam penulisan
sejarah membuat khazanah historiografi kita menjadi kaya. Tulisan-tulisan
seperti Bambang Purwanto, Menulis
Kehidupan sehari-hari Jakarta: Memikirkan kembali Sejarah Sosial Indonesia. Ia
melihat bahwa sejarawan tak lagi tergantung pada sumber-sumber formal yang
berlaku. Berbagai sumber simbolik seperti patung, lukisan, karikatur dan ruang
dapat digunakan sebagai sumber sejarah. oleh karena itu beberapa elemen yang
berkaitan dengan orang kebanyakan seperti di Jakarta, gubuk roet, ruang tempat
tinggal dan coretan serta gambar yang ada di dinding sekitar mereka merupakan
refleksi simbolik dari kenyataan sosial dari kehidupan mereka sehari-hari. Jean
Gelman Taylor, Aceh: Narasi foto
1873-1930 dan Henk Schulte N dan Fridus S, Don’t forget remember me: Arsip audiovisual kehidupan sehari-hari di
Indonesia pada abad ke-21. Beberapa contoh ini merupakan suatu bentuk baru
perubahan dalam penulisan sejarah.
Narasi sejarah yang berkutat pada tokoh-tokoh
besar, Negara, Pahlawan dan Politik mulai digantikan dengan sejarah orang-orang
kecil atau pinggiran, sejarah kehidupan sehari-hari, dan hal remeh temeh yang
dulunya tak pernah diangkat. Perubahan ini terjadinya sejalan terjadinya
perubahan penguasa dan jiwa zaman. Dimana masa Orde Lama sejarah Indonesia
berkisah seputar nation-state guna
membangkitkan kesadaran sejarah untuk memperkokoh identitas nasional. Pada masa
Orde Baru, negara malah mengambil kendali yang begitu kuat dalam historiografi
Indonesia. Historiografi hanya berupa “pesanan” penguasa sehingga segala
peristiwa yang ditulis hanya yang diingini penguasa. Sejarah yang tidak sesuai
dengan keinginan penguasa dihilangkan bahkan dihapus dalam ingatan kolektif
masyarakat. Sehingga banyak peristiwa sejarah terutama sejarah mengenai
kekerasan yang luput dalam historiografi Indonesia.
Begitu
kuatnya penguasa mengendalikan sejarah membuat sejarah hanya berada pada posisi
atas, sehingga masyarakat kecil yang juga memiliki sejarah tak pernah
tersentuh. Oleh karena itu, pemaparan dari Seng dan Vann yang memberikan kita
sebuah alternatif dalam penulisan sejarah. Membuka wacana dan pemikiran kita
mengenai betapa pentingnya kita melihat micro
history karena masyarakat kecil dan kehidupan sehari-hari merupakan sejarah
tak kalah penting dan menariknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar