Halaman

Kamis, 17 Januari 2013

Natural Histories : New Ways of Knowing(Dalam Buku Textual Empires). Oleh : Mary Chatherine Quilty


Nama  : Selfi Mahat Putri
Nim     : 10/306215/PSA/02239

Tulisan Mary Catherine Quality dalam buku yang berjudul “Textual Empires” sangat menarik untuk dibaca. Membahas mengenai  lima orang penulis yaitu William Marsden, Michael Symes, Thomas Stanford Raffless, Jhon Crawfurd, dan John Anderson yang telah berkontribusi dalam historiografi di kawasan Asia Tenggara. Bagian pertama tulisannya dia memulai mengenai “Sejarah Alam : Cara Baru Untuk Mengetahui”.  Dalam tulisannya, Mary menyebutkan seorang tokoh penting dalam penulisan sejarah alam yaitu William Marsden yang telah menulis “History of Sumatra”.

History of Sumatra karya Marsden adalah karya klasik mengenai salah satu pulau utama di Indonesia, Sumatra. Karya ini tetap menarik dan penting untuk dibaca hingga saat ini, walaupun dari segi usia sudah ketinggalan zaman karena telah terbit sekitar tiga abad yang lalu, pada abad ke-18.  Marsden mampu menceritakan mengenai pengamatan yang dia lihat dan temukan selama perjalanan tugasnya di Sumatra dalam tulisan yang begitu menarik. Perkenalan yang lama dengan pribumi, pengetahuan yang luas mengenai bahasa, gagasan dan adat istiadat mampu menggambarkan mengenai sejarah alam di Sumatra yang meliputi nama dan lokasi pulau atau wilayah, letak geografis, geologi, botani, zoologi, pegunungan dan gunung berapi, danau, sungai, lautan, musim, tanah, mineral, dan sebagainya. Sementara sejarah sosial budaya meliputi bahasa, demografi, antroplogi, dan pemerintahan. Ini merupakan catatan yang luar biasa di zaman tersebut.

History of Sumatra yang ditulis oleh William Marsden bukan dalam kapasitasnya sebagai seorang akademisi  atau sejarawan profesional, melainkan sebagai sebuah proyek penulisan ilmiah untuk kepentingan pemerintah Inggris. William Marsden adalah seorang residen EIC yang berdinas dikompeni Hindia Timur. Pada tahun 1685-1825 Inggris membangun koloni di Bengkulu dengan mendirikan perusahaan dagang bernama EIC yang berpusat di Benteng Malborough. History of Sumatra tidak lepas dari kepentingan Inggris di Bengkulu sebagai daerah koloni yang potensial, buku tersebut juga ditulis pada periode yang sama masa pemerintahan Inggris di Bengkulu.

Penulisan buku tersebut tidak lepas dari tujuan-tujuan eksploitatif perusahaan dagang Inggris, khususnya di wilayah pantai Barat Sumatra. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan John Bastin bahwa periode-periode akhir abad ke 18 adalah sebuah masa dimana Inggris membidik wilayah dan penduduk di Asia Tenggara untuk memperluas industrialisasi di Inggris dari hasil komoditas bahan material koloninya sebagai pasaran potensial dalam rangka menyediakan bahan-bahan untuk industri manufaktur (Bastin:1957).

Tulisan Marsden mengenai Sumatra tidak dapat dilepaskan dari usaha-usaha untuk memuluskan imperialisme Inggris di daerah koloninya, walaupun pada kenyatannya Inggris ‘hanya’ mendapatkan hasil dari produksi lada untuk komoditas eksport, tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan untuk membangun kedudukannya di Bengkulu. Ini berarti bahwa semua jenis dari konsep dan representasi yang digunakan dalam teks-teks literatur, catatan perjalanan, memoir, dan studi akademik melalui disiplin ilmu humaniora dan sosial dapat dianalisa sebagai sebuah pengertian untuk memahami pembiasan praktek ideologi dari kolonialisme (Young:1995).

History of Sumatra sebagaimana telah disinggung diawal, menghabiskan 1/3 dari kajiannya untuk membahas aspek-aspek geografis, terutama yang berhubungan dengan potensi kekayaan alam beserta komoditas perdagangan. Pada akhir lampirannya, dengan ilustrasi sederhana Marsden juga menggambarkan berbagai hasil potensi alam untuk komoditas dagang seperti lada, damar, buah-buahan khas Sumatra dan lain-lain. Kekayaan alam Sumatra bukan hanya dihasilkan dari varietas flora dan faunanya yang berasal dari hutan, kekayaan dari perut bumi berupa emas, timah, tembaga, bijih besi dan lain-lain adalah objek dari tujuan-tujuan eksploitatif bagi upaya kolonialisasi diwilayah-wilayah Timur. Geografi pada dasrnya merupakan materi penunjang bagi pengetahuan mengenai Timur .(Said:1985).



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar