Halaman

Jumat, 25 Januari 2013

MERANGKAI SERAK SEJARAH DENGAN SUMBER-SUMBER SEDERHANA NAN ‘REMEH’


Ghifari Yuristiadhi (12/340109/PSA/07394)

Sejarah tidak melulu ditulis berdasarkan sumber-sumber resmi arsip pemerintah ataupun militer. Sumber-sumber kecil, yang jarang menjadi bagian yang diperhatikan sejarawan seharusnya sudah mulai dilirik. Dalam kuliah umum di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, 20 Desember 2012 silam, Michael G. Vann (Amerika Serikat), Associate Professor di Sacramento State University mencoba menawarkan alternatif terkait sumber penulisan sejarah, yakni menggunakan sumber-sumber kartun. Sedangkan Guo Quan Seng (Singapura), kandidat Ph.D. di University of Chicago menyampaikan apa yang dipahaminya tentang makna sejarah dan bagaimana memilih topik-topik sejarah sosial yang menggambarkan kehidupan masyarakat ‘tak berkelas’. Jauh di luar mainstream penulisaan kebanyakan orang yakni sejarah politik yang berisi kisah-kisah ‘goliath’ (baca: orang besar). Tulisan ini hanya akan merespon pemaparan Vann.

Sumber-sumber ‘Remeh’
Vann yang karya-karya akademiknya sangat identik dengan kajian sejarah kolonialisme Perancis di Vietnam, memberi contoh tulisan yang disampaikannya pada kuliah umum itu yang berjudul Rat, Rice, and Race. Dia mencoba memaparkan sebuah kajian metodologis pemilihan sumber penelitiannya yang ditulisnya pada 2003 silam itu. Menurut Vann, kartun yang muncul dalam surat kabar, majalah ataupun media cetak lain itu dipengaruhi oleh jiwa zaman yang hadir saat kartun itu dibuat. Di balik kelucuan yang dihadirkan oleh kartun itu, topik atau tema tertentu sesuai jiwa zaman hadir dalam setiap kartun yang dibuat. Dengan kata lain, ada mentalitas masyarakat ataupun orang yang menggambar kartun itu yang tersirat dari goresan-goresan di kartun itu.

Menurut Vann, secara tidak langsung, kemunculan kartun-kartun itu juga bisa dimaknai sebagai humor kolonial yang mencerminkan kegagalan kolonialisme membangun mentalitas koloni. Pihak yang terjajah masih mampu membangun identitas sebagai the colonized melalui kartun-kartun yang mereka ciptakan. Selain itu, meskipun orang-orang Vietnam itu dalam posisi terjajah, namun mereka sebenarnya masih memiliki kebebasan, yakni kebebasan berekspresi yang dituangkan melalui kartun. Dari kartun itu, mereka bebas menyuarakan aspirasi sampai membahas hal-hal tabu seperti rasisme kulit putih Amerika dan kulit ‘coklat’ Indo-China dan tentunya seksualitas. Hal ini senada dengan konsep ‘Historiografi Baru’ yang digaungkan Bambang Purwanto, Ratna Saptuari dan Henk S. Nordolt yang mendorong penggunaan sumber-sumber kecil yang jarang dilirik orang seperti film, iklan surat kabar dan sebagainya untuk menyusun narasi sejarah Indonesia. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar