Ghifari
Yuristiadhi (12/340109/PSA/07394)
Tulisan ini
merupakan review perbandingan dua artikel yang merupakan bagian “Kata
Pengantar” dalam buku Sejarah Indonesia
Modern 1400-2004 karya MC. Ricklefs (2004) dan Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 karya Sartono Kartodirjo (1987).
Satu hal yang menarik dalam membandingkan keduanya adalah penggunaan kata
“modern” oleh Ricklefs dan “baru” oleh Sartono. Bisa digeneralisasi bahwa
sebenarnya antara keduanya membawa ide yang sama terkait konsepsi bahwa buku
yang mereka tulis adalah era baru dalam sejarah Indonesia.
Masalah
Periodesasi
Ricklefs memilih periodesasi dalam kurun modern Indonesia
dimulai pada 1200, sedangkan Sartono memilih 1500. Ada tiga alasan utama
mengapa Ricklefs memilih periode 1200 sebagai gerbang Indonesia Modern.
Ketiganya disebut Ricklefs sebagai unsur fundamental yang memberikan kesatuan
historis pada periode ini. Pertama, unsur kebudayaan dan agama, terutama proses
Islamisasi yang berlangsung dari kurun itu sampai saat ini. Kedua, unsur topik
saling pengaruh antara orang Indonesia dan Barat yang mulai tahun 1500 sampai
sekarang. Ketiga, historiografi kaitannya dengan sumber-sumber primer sepanjang
periode ini ditulis hampir secara ekslusif dalam bahasa Indonesia modern (Jawa,
Melayu, dan seterusnya, bukan Jawa Kuno ataupun Melayu Kuno) dan dalam
bahasa-bahasa Eropa. Kesimpulan Ricklefs bahwa antara tahun 1300 sampai kurang
lebih 1500, ketiga unsur-unsur itu muncul dan terus ada sejak saat itu.
Sedangkan
Sartono, 1500 dimaknai sebagai proses mula integrasi progresif di Nusantara.
Sartono mencontohkan, interaksi antar-unit pada kurun itu terjadi lewat
komunikasi, mulai dari hubungan perkawinan, perang, perampokan, perbudakan,
pelayaran, perdagangan, diplomasi dan persekutuan. Proses lain yang terjadi
para kurun 1500 adalah proliferasi kekuasaan dengan fakta terjadinya penumpukan
barang dagangan dalam rangka penyelenggaraan perdagangan internasional. Pada
perkembangannnya, penguasa setempat kemudian ikut mengambil bagian dalam
pelayaran dan perdagangan. Perdaganan itulah yang membuka interaksi kultural
dengan dunia luar yang membawa ideologi, sistem kepercayaan, sistem politik,
dan pelbagai unsur kebudayaan lainnya seperti kesenian, kesastraan, filsafah
dan lainnya. Inilah yang disebut Sartono sebagai faktor eksogen. Faktor
tersebut ternyata membawa implikasi pada internal masyarakat antara lain
krisis, konflik, perpecahan dan pergolakan. Inilah yang disebutnya sebagai
faktor endogen. Sartono melihat bahwa faktor eksogen mempengaruhi faktor
endogen dan telah menjadi pola umum bahwa eksistensi luar atau asing membawa
ketidakstabilan masyarakat, perubahan selalu merusak status quo.
Tujuan Penulisan
Ricklefs menuliskan dengan gamblang latar belakang
ditulisnya buku ini dalam prakata edisi pertama (1981), antara lain karena
kebutuhan mahasiswa yang ingin serius menyelidiki sejarah Indonesia sejak
kedatangan Islam. Karya-karya sejarah Indonesia pada kurun 1981 masih sangat
spesifik, banyaknya karya-karya ini yang ditulis dalam bahasa asing, dan
sulitnya akses ke beberapa tema sejarah Indonesia yang disajikan di buku ini.
Literatur ada ada jelang tahun 1981 juga terlalu menekankan aspek kolonial.
Selain itu, kronologi yang disusun oleh karya-karya yang ada sebelunmnya tidak
memberikan kronologi yang jelas terkait dengan sejarah Indonesia. Secara umum,
hadirnya buku ini menurut Ricklefs ingin memberikan narasi yang mendasar tetapi
rinci tentang sejarah Indonesia sejak tahun 1300 dan menjadi pengantar isu-isu
penting pada periode tersebut dan panduan terhadap sumber-sumber sekunder
paling penting yang diterbitkan.
Sedangkan Sartono, sejak awal juga menyatakan bahwa dalam
buku ini dia menulis total history of
Indonesia karena memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai satu
kesatuan. Konsep kesatuan inilah yang digunakan sebagai kerangka yang mencakup
segala aspek perkembangan historis pada periode 1500-1900 itu. Sartono juga
menyampaikan apa yang akan diuraikan dalam buku ini sebagai sebuah rekonstruksi
atau penggambaran perkembangan kehidupan bangsa Indoensia. Dalam perkembangan
itu, antara proses dan stuktur terjadi dialektika dan keduanya menjadi saling
mengait dan mempengaruhi. Namun, apa bila melihat gejolak yang muncul pada diri
Sartono ketika dia memilih untuk keluar dari tim penulisan Sejarah Nasional Indonesia lah yang menjadi dorongan besar mengapa
dia harus segera menyaipkan buku “tandingan”-nya ini.
Penutup
Meskipun seorang asing, keindonesiaan Ricklefs tidaklah bisa
diragukan. Karyanya Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 menjadi magnum opus dan
pembuktian bahwa dia mengenal Indoenesia secara komprehensif. 1200 yang
dipilihnya sebagai patokan membuka periode modern Indonesia menarik untuk
diperhatikan. Sedangkan Sartono Kartodirjo yang semua orang mengenalnya sebagai
peletak dasar pendekatan ilmu sosial dalam sejarah mampu mendebat karya
sejarawan orde baru yang sangat rezim-sentris dengan cara yang sangat elegan.
Buku Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 memberikan
perspektif yang komprehensif terkait sejarah Indonesia. Gerbang “baru” yang
dipilihnya pada kurun tahun 1500. Antara keduanya punya subjektivitas
perspektif (istilah Bambang Purwanto) yang berbeda. Satu titik temu keduanya
bahwa era “modern” dan “baru” mempunyai ciri-ciri menjadi titik tolak dalam
perubahan yang komprehensif dalam sejarah Indonesia selanjutnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar