Halaman

Jumat, 11 Januari 2013

MEMULIAKAN, MENGUTUK DAN MENGANGKAT KEMBALI PAHLAWAN NASIONAL: KASUS TAN MALAKA, oleh HARRY A. POEZE - Dalam Prespektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia


NAMA           : HERVINA NURULLITA
NIU                 : 12/339971/PSA/07380


Tan Malaka adalah tokoh radikal kiri yang ditangkap secara paksa pada tanggal 21 Februari 1949 di desa dekat lereng Gunung Wilis Kediri. Tan Malaka ditembak mati dan dikubur secara cepat dan hingga sekarang kematiannya masih menyisakan kisah misteri. Tan Malaka menjadi penggerak Persatoean Perdjoeangan, sebuah gerakan perlawanan yang menentang perjanjian apapun dengan Belanda kecuali kemerdekaan 100%. Atas gerakannya tersebut Tan Malaka dijebloskan dalam penjara pada September 1948. Dalam kekecewaanya terhadap Sukarno, Hatta, Sjahrir dan Amie Sjarifudin, dalam penjara ia tetap menulis. Ia mengecam keras pemimpin RI dengan menulis sebuah buku bejudul Dari Pendjara ke Penjara dan bab mengenai Sukarno dicetak terpisah sebagai brosur dan diberi judul Dari Ir. Sukarno sampai ke Presiden Sukarno. Karya monumental Tan Malaka adalah Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika) yaitu cara berpikir yang menurut Tan Malaka harus dimiliki masyarakat Indonesia. Setelah dibebaskan dari penjara, pada tanggal 7 Nopember 1948, Tan Malaka mendirikan Partai Murba, namun partai ini tidak banyak berkembang. Pada pemerintahan yang baru (Desember 1949) Partai Murba mencoba meminta kepada pemerintah untuk mengursut kasus kematian Tan Malaka, namun hal tersebut sia-sia karena Partai Murba merupakan partai pinggiran yang tidak punya wakil di parlemen. Pada saat Sukarno meluncurkan rencanany untuk mengganti Demokrasi Parlementer dengan Demokrasi Terpimpin, Partai Murba mendukung Sukarno. Dengan demikian, Sukarno memberikan jabatan yang tinggi pada tokoh-tokoh Partai Murba. Dengan lenyapnya “cap” ebagai partai ilegal, partai Murba dapat melakukan kampanye. Dan pada tanggal 28 Maret 1963 Sukarno mengangkat Tan Malaka menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Pada masa orde baru keberadaan Partai Murba terkesan ditutup-tutupi. Pada tahun 1977 dan 2003 nama Tan Malaka tidak ada dalam Album Pahlawan Nasional Bangsa. Karya
Dalam artikel ini Harry A. Poeze mencoba mengangkat seorang tokoh sayap kiri Indonesia yang tidak begitu diperbincangkan jasanya pada masa Sukarno maupun Suharto. Walaupun sebenarnya jika kita telaah secara mendalam seperti yang telah diungkap Poeze dalam tulisan ini, Negara Indonesia membutuhkan pemimpin seperti Tan Malaka yang mempunyai pandangan jauh kedepan bagi masa depan Indonesia. Poeze mengutip dari sebuah karya yaitu buku Safrizal Rambe tentang Pemikiran Politik Tan Malaka bahwasanya Tan Malaka menggabungkan nasionalisme, islam dan komunisme dalam pandangan politiknya. Hal ini menunjukkan bahwa semangat nasionalisme Tan Malaka sangat patut untuk mendapatkan apresiasi dari para petinggi Negara ini dan seluruh masyarakat Indonesia dalam upayanya untuk membentuk Negara Indonesia. Dan masih banyak lagi karya-karya lain yang membahas mengenai peran serta pemikiran-pemikiran brilian Tan Malaka tentang ideologi dan filsafat mengenai Indonesia.
Namun, terlepas dari itu semua, Tan Malaka adalah orang yang tersingkirkan dari nama-nama orang penting dalam awal pembentukan negara ini. Yang menjadi pertanyaan paling mendasar adalah mengapa pada zaman Sukarno dan Suharto Tan Malaka disingkirkan? Menurut saya ini dikarenakan oleh Sukarno menganggap bahwa Tan Malaka akan membahayakan dirinya karena keduanya mempunyai ideology yang berbeda mengenai pembentukan Negara Indonesia. Ideologi Sukarno adalah marhaenisme sedangkan Tan Malaka berideologi komunis. Selain itu Tan Malaka tidak menyukai cara Sukarno dalam mewujudkan kemerdekaan dengan cara diplomasi, ia menggunakan cara konfrontasi untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Karena tindakan-tindakannya tersebut, maka Tan Malaka dianggap sebagai kaum oposisi.
Kematian Tan Malaka yang sampai sekarang masih menjadi misteri menunjukkan bahwa pemerintah (sekarang) juga tidak peduli terhadap tokoh bangsa yang bernama Tan Malaka. Hingga Poeze mencoba untuk membangkitkan kembali tentang semangat Tan Malaka yang pernah ada. Poeze memulainya dengan bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tan Malaka (LPPM Tan Malaka). Mereka mengadakan acara seminar mengenai Tan Malaka pada masa perjuangannya. Pada tahun 2005 seusai seminar tersebut dilaksanakan Menteri Sosial menyambut baik jika Tan Malaka masuk dalam jajaran pahlawan nasional Indonesia. Seminar tersebut membawa perubahan yang sangat besar karena dengan diselenggarakannya seminar tersebut nama Tan Malaka mulai diperhatikan di Negara ini. Berkat jasa Poeze lah nama Tan Malaka mulai diperhitungkan dalam jajaran pahlawan Nasional Indonesia. Selain itu atas jasa Poeze tersebut membuka lembaran baru mengenai penulisan sejarah Indonesia. Terutama minat dari keluarga Tan Malaka serta masyarakat adat Minangkabau yang semula tidak mempunyai minat sama sekali dalam penulisan sejarah Tan Malaka, kini atas kebanggaannya memiliki tokoh seperti Tan Malaka mereka mulai mengusahakan agar Tan Malaka dikenal sebagai tokoh radikal kiri namun juga sebagai pahlawan adat minagkabau islam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar