Nama :
Septi Utami
Nim : 12/339799/PSA/7354
Pada
tulisan Rickleft di dalam Prakata Edisi Pertama nya, jelas mengungkapkan bahwa
buku yang berjudul “Sejarah Indonesia Modern” ini telah menghadirkan teks-teks
yang berupa data tentang sejarah Indonesia. Ricklefs berpendapat bahwa
pembahasan interpretatif atau mengistimewakan tema-tema konvensional akan lebih
menarik dibandingkan dengan sekedar membahas peristiwa-peristiwa terperinci
atau disebutnya dengan narasi terperinci. Hal ini sangat berbeda dengan tulisan
Sartono dalam kata pengantarnya di buku “Pengantar Sejarah Indonesia Baru” yang
lebih menekankan pada suatu cerita lokal dan mengangkatnya sebagai dasar
pijakan untuk melihat sejarah Indonesia. Sedangkan apabila menelisik lebih
dalam tentang tulisan Sartono, dapat dilihat bahwa kekuatan dari seorang
sejarawan merupakan explanasi atau penjelasan yang berarti bahwa tanpa hadirnya
penjelasan maka tulisan sejarah hanya merupakan bentuk penulisan ulang dari
data-data yang di ambil dari teks.
Buku
Ricklefs telah membawa suasana baru untuk merangkum sebuah tulisan yang
bergenre sejarah konvensional Indonesia dengan beberapa pembabakan atau
periodisasi, dari kehidupan masa pra-Islam, perkembangan sejarah
kerajaan-kerajaan Islam, dan selanjutnya. Akan tetapi dalam tulisan Sartono
tidak mempergunakan periodisasi terperinci tersebut, hal ini dikarenakan bahwa periodisasi
hanya digunakan sebagai kerangka atau batasan waktu secara kasar. Penekanan
terhadap proses dialektis dan struktur sangat berpengaruh dalam tulisan Sartono
sehingga proses kegiatan manusia dalam kesehariannya dapat tergambar dan tidak
meluluh dalam pembabakan periodisasi. Struktur dan juga sistem merupakan
landasan yang digunakan Sartono untuk memperolek suatu bentuk dialektis, dan
ini akan berpengaruh pada proses serta struktur tersebut. Dalam struktur
sendiri tidak banyak mencantumkan tentang soal proses kecendrungannya, akan
tetapi pola-pola tindakan para pelaku terhadap kejadian-kejadian yang
berlangsung merupakan bentuk struktur ini.
Kembali
pada tuliosan Ricklefts dimana kita tahu bahwa penghadiran sejarah Jawa lebih
menarik untuk dibahas Ricklefs dibandingkan dengan sejarah daerah lain di
Indonesia. Ricklefs berupaya menghadirkan sejarah daerah lain akan tetapi,
dalam kelanjutannya dia banyak terganjal dengan kurang data sebagai pendukung
tulisan, sedangkan data-data ini meluluh pada pentingnya nilai-nilai yang akan
hadir ditulisannya.oleh karenanya, keabsenan sejarah daerah lain seperti
Sumatra sendiri yang dinilai memiliki sumber hikayat tidak terlalu dianggap
menghadirkan sebuah data yang faktual. Selain itu, ada kecendrungan melihat
bahwa tulisan Ricklefs ini sebagai pegangan para penguasa untuk menghadirkan
sejarahnya sendiri bukan melihat sejarah dalam bentuk perspektif di masyarakat
sesunggunya. Di dalam tulisan Sartono yang sangat berbeda dengan pendapat
Ricklefs ini, dimana sejarah kehidupan sehari-hari diperjuangkan untuk
menjadikan sejarah bukan milik penguasa melainkan Indonesia yang berarti bahwa
rakyat lah pendukung utama sejarah.
Terkesan
kurang memperhatikan beberapa hal di dalam penulisan sejarah yang berkaitan
dengan sejarah lokal serta kecendrungan teks sebagai kunci utama penjelas tidak
membuat tulisan Ricklefs hilang penggemar. Hal ini dikarenakan bahwa tulisan
ini telah memberikan nuansa baru tentang masa sebelumnya dalam menulis sejarah.
Selain itu, membuat cerita-cerita sejarah konvensional sangat terperinci dan
dijadikan satu dalam bentuk “Sejarah Indonesia Modern”. Akan tetapi, dalam
perkembangannya tulisan Ricklefs ini telah berbeda pada masanya dimana
penekanan terhadap sejarah-sejarah lokal sangat dibutuhkan. Ini merupakan upaya
untuk melihat sejarah Indonesia di dalam perspektif lainnya, sehingga memulai
dengan konsep berbeda ditekankan Sartono dalam tulisannya. Konsep yang dicoba
dalam penggambaran “Pengantar Sejarah Indonesia Baru” oleh Sartono adalah
perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan atau integritas dari
suatu bangsa. Konsep ini sebagai bagian yang hakiki dari bentuk sejarah total
yang hendak menampik anggapan sejarah Indonesia yang menyeluruh adalah jumlah
dari beberapa sejarah lokal serta regional. Akan tetapi, salah satu konsep
sejarah lokal adalah konsep kesatuan yang mencakup berbagai unsur serta dimensi
dimana unsur yang berkaitan adalah penekanan pada komunikasi serta timbulnya interaksi
satu dengan lainnya. Konsep ini digunakan sebagai alat analisa serta kerangka
teoritis agar pemahaman tentang cerita masa lalu saat jaman kerajaan dimana
mitos banyak digunakan. Oleh karenanya penulisan seperti ini tidak terlepas
pada mitologisasi atau pengkristalan metode, yang dapat membuat cerita sebagai
mitos tersebut dikonstruksikan sebagai uraian realitas dalam arti objektif.
Metode kritis yang dihadirkan mitologiasi ini dapat menolong para penulis
sejarah agar tidak terjerumus lebih dalam tentang
subjektivitas-subjektivitasnya.
Sedangkan pada tataran berikutnya, mitos inilah yang akan dilacak
keberadaannya sebagai bentuk integritasnya pada cerita sejarah Indonesia saat
ini dimana kehadiran gambaran serta proses jaman ke jaman dapat terlihat.
Dalam
kelanjutanya, konsep integritas ini pula dapat dipakai sebagai paradigma
berfikir dalam menerangkan relevansi antara sejarah lokal dan sejarah Indonesia
sebagai suatu sejarah umum dengan sifat nasional. Peranan VOC merupakan ukuran
dalam penggambaran sejarah nasional masa Hindia-Belanda akan tetapi apabila
melihat dari pendapat Sartono maka pentingnya sikap skeptis dalam membuat
keberlangsungan sangat dibutuhkan. Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
tentang bagaimana atau mengapa proses kejadian ini berlangsung dapat membawa
pencarian lebih lanjut tentang kehadiran cerita dengan sifat Nerlandosentris
tersebut. Pendapat Sartono tentang hal ini lebih jauh mencoba menghadirkan
cerita keseharian sebagai bentuk integritas bangsa dan bukan meluluh pada penjabaran
data-data kolonial semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar