Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Kata Pengantar dan Pembacaan Karya Historiografi


Nama   : Akhmad Ryan Pratama
NIM    : 12/339260/PSA/07260
            Seringkali kita meremehkan serta melewatkan untuk membaca sebuah kata pengantar dalam sebuah buku. Namun ternyata terdapat beberapa hal yang menarik yang menurut saya dapat dipelajari dari sebuah kata pengantar dalam sebuah buku atau karya historiografi. Sebagai contoh bagaimana kata pengantar yang ditulis oleh Sartono Kartodirjo dan Ricklefs dalam bukunya yang berjudul Indonesia dari Emporium ke Imperium dan Sejarah Indonesia Modern. Dalam kata pengantarnya Sartono Kartodirjo menjelaskan minat kajiannya terhadap sejarah Indonesia dengan melakukan sebuah rekonstruksi secara utuh. Sartono Kartodirjo tampaknya berusaha untuk menggambarkan bagaimana sejarah-sejarah yang terdapat di wilayah nusantara dan bagaiman wilayah-wilayah itu mengalami suatu dinamisasi dan perkembangan sehingga akhirnya dapat menjadi Indonesia yang seperti ini. Dalam kata pengantarnya, Sartono Kartodirjo menyebutkan bahwa dalam buku yang ditulisnya akan memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan, sehingga sartono kartodirjo menggunakan sebuah konsep integrasi yang ia tafsirkan dengan menganalisis aspek-aspek kesamaan cultural, social, dan ekonomi. Namun menurut saya aspek integrasi yang paling ditonjolkan oleh Sartono Kartodirjo ialah adanya konsep emporium, bagaimana wilayah-wilayah di Nusantara tersebut sudah terhubung dengan aktivitas perdagangan.
            Sementara Ricklefs dalam kata pengantarnya menyebutkan bahwa tulisan yang akan dibahasnya akan menitikberatkan pembahasannya hanya kepada pulau Jawa,bukan ke seluruh wilayah nusantara. Ricklefs memberikan 4 argumentasi mengapa penelitiannya hanya difokuskan untuk membahas pulau Jawa. Pertama terkait ketersediaan sumber, diamana Ricklefs beranggapan bahwa kajian mengenau pulau Jawa sudah banyak dilakukan sehingga data-data penelitian sebelumnya mengenai Jawa sudah cukup banyak tersedia. Kedua Karena jumlah penduduknya sudah lebih dari separuh penduduk Indonesia dan sudah bisa dianggap untuk merepresentasikan seluruh penduduk Indonesia. Ketiga ialah Jawa telah menjadi pusat-pusat politik dari masa kerajaan, colonial, hingga pasca proklamasi kemerdekaan. Keempat ialah kedekatan emosional pribadi Ricklefs sendiri yang menurut saya lebih bersemangat untuk meneliti pulau Jawa.  
Menurut saya dengan membaca kata pengantar dalam sebuah historiografi setidaknya akan membantu kita memahami historiografi tersebut secara lebih komperhensif. Dengan membaca sebuah kata pengantar setidaknya ada beberapa manfaat yang dapat diambil, yang pertama menurut saya ialah bagaimana kita dapat mengetahui setidaknya tujuan dari untuk apa buku ini ditulis atau historiografi ini dilakukan. Dalam kata pengantar biasanya sang penulis akan dengan lancar menjelaskan alasan atau latar belakang mengapa buku ini ditulis dan penelitian ini dilakukan. Dengan memahami motivasi atau tujuan dari penulis setidaknya kita mampu mengimajinasikan bagaimana latar belakang penulis serta mungkin dapat menerka apa idea atau gagasan yang ingin disampaikan oleh penulis akibat terpengaruh oleh latar belakangnya. Selain itu dengan membaca kata pengantar setidaknya pembaca mengetahui konsep atau kerangka teori yang digunakan dalam menyusun historiografi tersebut, bagaimana penulis mengambil sudut pandang dalam melakukan penelitian tersebut sekiranya juga dapat dilihat dengan memperhatikan teori atau konsep yang digunakan. Membaca kata pengantar juga membuat kita mampu mengimajinasikan mengenai jiwa zaman yang sedang dialami seorang penulis ketika ia melakukan penelitian ini. Sehingga dengan takaran yang tepat kita dapat menilai tulisan ini sesuai dengan konteks zamannya, karena seperti yang dikatakan oleh oleh Heraclitus,”Everything is changing!” (Panta Rei). Sehingga sangat tidak relevan apabila kita membandingkan sebuah tulisan yang ditulis pada masa itu dengan nilai-nilai yang berlaku pada masa ini.
Kesimpulan yang ingin saya tambahkan setelah membaca kedua artikel ini ialah bagaimana kita bisa menilai sebuah tulisan sejarah yang mengusung sebuah grand narasi besar yaitu sejarah Indonesia, yang kemudian ditulis oleh dua orang penulis yang memiliki perbedaan kebangsaan, konsep dan latar belakang serta motivasi mengapa mereka melakukan penelitian tersebut. Seperti yang terjadi dengan Ricklefs dan Sartono Kartodirjo, dengan membaca latar belakang mereka kita dapa melihat konsep serta perspektif yang digunakan dalam melakukan dua penelitian yang memiliki tema yang sama. Seperti Sartono Kartodirjo dengan sangat jelas mengakui dalam kata pengantarnya bahwa tulisan yang ditulisnya mengandung filsafat-filsafat Indonesia-sentris yang akan menghancurkan mitos-mitos sejarah nerlandosentris dengan melakukan usaha yang melenyapkan pembentukan konsep integritas nusantara baru dilakukan setelah orang Eropa datang khususnya VOC. Sartono Kartodirjo berusaha untuk menghilangkan mitos-mitos itu dengan mengatakan bahwa jauh sebelum bangsa Eropa datang kepulauan Nusantara sudah terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan internasional yang akhirnya membentuk konsep emporium. Sementara menurut saya Ricklefs berusaha menenpatkan dirinya dengan kaca mata seorang akademisi dengan menggabungkan berbagai macam sumber yang digunakan dalam menyusun tulisan tersebut. Ricklefs juga tidak secara tegas menyebutkan afiliasi filsafat sejarah yang ia gunakan dalam melakukan penelitian tersebut, apahkah Ricklefs seorang yang mendukung Nerlandosentris ataukah pendukung Indonesia-sentris, atau bukan keduanya. Penilaian mengenai filsafat sejarah yang terkandung dalam tulisan Ricklefs saya rasa hanya dapat dikembalikan kepada para pembaca yang membaca tulisannya.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar