Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Imperialisme dan Hegemoni Pemikiran Bangsa Terjajah


Nama   : Akhmad Ryan Pratama
NIM    : 12/339260/PSA/07260
            Apa yang disampaikan oleh Linda Tuhiwai Smith mengenai dekolonisasi Metodologi  merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji, artikel ini akan membahas salah satu bab yaitu Imperialisme, Sejarah, Penulisan dan Teori yang terdapat dalam buku tersebut. Penulisan bab I dalambuku ini dimulai , dengan sebuah kutipan yang sangat memprovokasi dan menimbulkan polemic bagi sejarawan di negara yang mulai merdeka, yaitu “Segala perlatan yang berasal dari majikan, sangat mustahil dapat digunakan untuk membongkar tulis bagairumah majikan”. (Audre Lorde).
            Pernyataan yang disampaikan oleh Audre Lodre sangat provokatif dan dapat menimbulkan sebuah mitos yang menganggap bahwa historiografi yang dihasilkan oleh masyarakat yang (pernah) terjajah pasti akan selalu dipengaruhi oleh para pemikir sarjana-sarjana colonial. Dan sekali lagi pernyataan tersebut seakan-akan menantang bagaimana para sejarawan di negara yang pernah terjajah untuk mendekonstruksi historiografi mereka dengan mengedepankan objektiftas, namun sangat disayangkan dalam buku ini tidak dijelaskan bagaimana pendekatan yang digunakan untuk mencapai konstruksi dekolonisasi tersebut.
            Permasalahan yang muncul ketika dilakukan dekolonisasi ialah bagaimana seharusnya penulisan sejarah yang harus dilakukan bagi masyarakat di negara yang pernah terjajah?. Sebagai contoh dapat dilihat ketika Indonesia memasuki masa revolusi, dimana para sejarwan Indonesia pada masa itu mencoba untuk menegasikan seluruh anasir-anasir colonial dalam berbagai aspek kehidupan termasuk historoiografi. Sehingga akhirnya berbagai tulisan sejarah yang mengandung substansi nasionalisme sempit yang terjadi di daerah-daerah. Dimana tulisan tersebut dibuat sebagai bentuk eksistensi daerah-daerah di Indonesia dalam menentang colonial. Hal tersebut akhirnya berdampak kepada  
Permasalahan yang timbul ialah bagaimana mendekonstruksi historiografi yang terpengaruh oleh  pemikiran sejarah colonial tersebut?, bagaimana melakukan intepretasi terhadap hampir seluruh arsip yang berbau colonial yang secara otomatis sudah pasti mengandung intepretasi sesuai dengan kemauan rezim colonial. Hakikat yang ingin diungkap dalam buku ini ialah bagaimana sejarawan di negara-negara yang pernah dijajah mampu menghasilkan tulisan sejarah yang tidak lagi membalikkan perspektif dari benar ke salah, dan dari pahlawan menjadi seorang pecundang. Apabila tulisan sejarah masih berkutat kepada permasalahan tersebut tulisan sejarah yang dihasilkan akan selalu bias dengan mengedepankan sentiment nasionalisme yang sedikit sempit. Buku ini masih menyisakan lobang bagaimana seharusnya sejarawan dari negara yang pernah terjajah harus mengintepretasikan sumber-sumber yang dibuat colonial tanpa terpengaruh pandangan-pandangan colonial. Tidak dapat dipungkiri bahwa antara negara terjajah dengan negara penjajah pasti akan selalu berbagi memori kolektif, dan buku ini tidak menjelaskan secara lengkap bagaimana melakukan interpretasi terhadap memori kolektif tersebut tanpa terjebak terhadap dua perspektif yang kontradiktif..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar