Nama : Arum Vitasari
NIM : 12/339811/PSA/7357
Kali ini saya ingin membandingkan dua sejarawan
besar yang ditinjau melalui kata pengantar dalam karya masing-masing. Dimulai
dari Ricklefs yang merupakan sejarawan Australia yang lebih banyak
mendedikasikan penelitiannya pada sejarah Nusantara, khususnya wilayah Jawa dan
berhubungan dengan Islam. Dalam kata pengantar yang ditulisnya, Ricklefs
menyebutkan bahwa karya yang ditulisnya itu dirancang sebagai sarana untuk
menyelidiki sejarah Indonesia sejak kedatangan Islam. Ricklefs berusaha
menguraikan sejarah secara mendasar sehingga dapat dijadikan sebagai panduan
terhadap sumber-sumber sekunder.
Ricklefs memaparkan pentingnya sumber-sumber
asli dalam negeri maupun catatan-catatan berbahasa asing yang akan dapat memungkinkan
para peneliti untuk merekonstruksi sebagian sejarah, dalam hal ini adalah
sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Penjabaran yang dilakukan oleh Ricklefs
dapat dipahami untuk dapat memudahkan para peneliti, dengan menjabarkannya
secara mendasar dan mudah dipahami. Bahkan Ricklefs juga memberikan
pandangannya, bahwa penulis setiap buku teks sejarah harus memutuskan dan
memilih pada tema-tema penafsiran yang
luas ataukah pada perkembangan peristiwa-peristiwa yang terinci dan terkadang
membingungkan. Ricklefs sendiri memilih narasi rinci dan sebaik mungkin ia
dapat menulis buku dengan mengutamakan bukti sejarah yang terinci. Dengan cukup
tegas, Ricklefs bahkan mengatakan bahwa dalam hal itu ia sama sekali tidak ada
upaya untuk membebankan sintesa baru apapun terhadap sejarah Indonesia,
walaupun ia masih akan menyertakan pandangan-pandangannya di dalam karya
tulisnya.
Sartono sendiri merupakan sejarawan Indonesia
sekaligus seorang pelopor dalam penulisan sejarah dengan pendekatan
multidimensi. Sartono dalam kata yang ditulisnya ini menguraikan bahwa sejarah
sebagai rekonstruksi atau penggambaran dari apa yang terjadi dalam kehidupan
bangsa Indonesia yang sekarang kita jalani ini. Dalam menulis sejarah
Indonesia, Sartono menekankan bahwa cara pendekatannya memang harus
Indonesiasentri dan jangan sampai terpesona pada aneka ragam kisah para elite
ataupun orang besar. Dalam pandangannya, orang-orang kecil juga memiliki
peranan yang penting dalam sejarah. Sartono juga mengungkapkan bahwa ilmu
sejarah tidak hanya sekedar narasi. Dengan pendekatan multidimensi yang
dipeloporinya itulah, sejarah dapat memanfaatkan bantuan dari ilmu antropologi,
sosiologi, maupun ilmu-ilmu lainnya dalam mempelajari sejarah.
Dalam perspektif historis yang dijelaskannya,
bahwa antara proses dan struktur terdapat suatu dialektika, maka segi prosesual
dan struktural akan saling berkait dan saling mempengaruhi. Sejarah yang
ditulis oleh Sartono merupakan sejarah yang total dan menyeluruh yang memandang
perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan. Di sini, kita dapat
melihat bahwa sejarah yang dimaksudkan oleh Sartono bukanlah sejarah yang
dilihat dari kacamata pemimpin semata, namun juga dari kacamata golongan bawah
yang kadang terpinggirkan dalam perkembangan sejarah.
Melalui dua orang sejarawan di atas, yakni
Ricklefs dan Sartono, kita dapat melihat sejarah Indonesia yang ditulis melalui
kacamata dua orang sejarawan dengan latar yang berbeda. Namun, dapat dilihat
terdapat beberapa perbedaan lain. Ricklefs sebagai sejarawan asing yang
meneliti sejarah Indonesia berusaha menyusun sejarah itu berdasarkan dengan sumber-sumber
asli dengan menambahkan pandangan-pandangannya. Hal tersebut kemudian sedikit
mengingatkan kita bahwa Ricklefs merupakan sejarawan asing yang tidak terlepas
dari pandangan neerlandosentris dalam dirinya. Namun, dari buku-buku yang telah
ditulis oleh Ricklef harus kita dapat mempelajari sejarah Indonesia itu sendiri.
Sama halnya dari karya-karya Sartono, kita
mendapat sebuah pengetahuan bahwa sejarah tidak harus diteliti dari segi
politiknya, tetapi juga dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai disiplin
ilmu lainnya. Dalam penelitian sejarah juga dijelaskan pentingnya meneliti dari
semua aspek, tidak hanya dari aspek pemimpinnya, tetapi juga masyarakat dan
semua aspek terkecilnya. Yang sedikit berbeda di sini adalah pandangan sartono
yang menegaskan pentingnya menggunakan pendekatan sejarah yang Indonesiasentris.
Dari kedua sejarawan tersebut, kita dapat
mengambil banyak pelajaran penting mengenai penelitian sejarah itu sendiri.
Serta kita dapat memahami sejarah dari kacamata kedua sejarawan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar