Halaman

Rabu, 16 Januari 2013

Kata Pengantar dalam karya: M.C. Ricklefs dan Sartono Kartodirjo


Nama : Arum Vitasari
NIM    : 12/339811/PSA/7357

Kali ini saya ingin membandingkan dua sejarawan besar yang ditinjau melalui kata pengantar dalam karya masing-masing. Dimulai dari Ricklefs yang merupakan sejarawan Australia yang lebih banyak mendedikasikan penelitiannya pada sejarah Nusantara, khususnya wilayah Jawa dan berhubungan dengan Islam. Dalam kata pengantar yang ditulisnya, Ricklefs menyebutkan bahwa karya yang ditulisnya itu dirancang sebagai sarana untuk menyelidiki sejarah Indonesia sejak kedatangan Islam. Ricklefs berusaha menguraikan sejarah secara mendasar sehingga dapat dijadikan sebagai panduan terhadap sumber-sumber sekunder.
Ricklefs memaparkan pentingnya sumber-sumber asli dalam negeri maupun catatan-catatan berbahasa asing yang akan dapat memungkinkan para peneliti untuk merekonstruksi sebagian sejarah, dalam hal ini adalah sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Penjabaran yang dilakukan oleh Ricklefs dapat dipahami untuk dapat memudahkan para peneliti, dengan menjabarkannya secara mendasar dan mudah dipahami. Bahkan Ricklefs juga memberikan pandangannya, bahwa penulis setiap buku teks sejarah harus memutuskan dan memilih pada  tema-tema penafsiran yang luas ataukah pada perkembangan peristiwa-peristiwa yang terinci dan terkadang membingungkan. Ricklefs sendiri memilih narasi rinci dan sebaik mungkin ia dapat menulis buku dengan mengutamakan bukti sejarah yang terinci. Dengan cukup tegas, Ricklefs bahkan mengatakan bahwa dalam hal itu ia sama sekali tidak ada upaya untuk membebankan sintesa baru apapun terhadap sejarah Indonesia, walaupun ia masih akan menyertakan pandangan-pandangannya di dalam karya tulisnya.
Sartono sendiri merupakan sejarawan Indonesia sekaligus seorang pelopor dalam penulisan sejarah dengan pendekatan multidimensi. Sartono dalam kata yang ditulisnya ini menguraikan bahwa sejarah sebagai rekonstruksi atau penggambaran dari apa yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia yang sekarang kita jalani ini. Dalam menulis sejarah Indonesia, Sartono menekankan bahwa cara pendekatannya memang harus Indonesiasentri dan jangan sampai terpesona pada aneka ragam kisah para elite ataupun orang besar. Dalam pandangannya, orang-orang kecil juga memiliki peranan yang penting dalam sejarah. Sartono juga mengungkapkan bahwa ilmu sejarah tidak hanya sekedar narasi. Dengan pendekatan multidimensi yang dipeloporinya itulah, sejarah dapat memanfaatkan bantuan dari ilmu antropologi, sosiologi, maupun ilmu-ilmu lainnya dalam mempelajari sejarah.
Dalam perspektif historis yang dijelaskannya, bahwa antara proses dan struktur terdapat suatu dialektika, maka segi prosesual dan struktural akan saling berkait dan saling mempengaruhi. Sejarah yang ditulis oleh Sartono merupakan sejarah yang total dan menyeluruh yang memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan. Di sini, kita dapat melihat bahwa sejarah yang dimaksudkan oleh Sartono bukanlah sejarah yang dilihat dari kacamata pemimpin semata, namun juga dari kacamata golongan bawah yang kadang terpinggirkan dalam perkembangan sejarah.
Melalui dua orang sejarawan di atas, yakni Ricklefs dan Sartono, kita dapat melihat sejarah Indonesia yang ditulis melalui kacamata dua orang sejarawan dengan latar yang berbeda. Namun, dapat dilihat terdapat beberapa perbedaan lain. Ricklefs sebagai sejarawan asing yang meneliti sejarah Indonesia berusaha menyusun sejarah itu berdasarkan dengan sumber-sumber asli dengan menambahkan pandangan-pandangannya. Hal tersebut kemudian sedikit mengingatkan kita bahwa Ricklefs merupakan sejarawan asing yang tidak terlepas dari pandangan neerlandosentris dalam dirinya. Namun, dari buku-buku yang telah ditulis oleh Ricklef harus kita dapat mempelajari sejarah Indonesia itu sendiri.
Sama halnya dari karya-karya Sartono, kita mendapat sebuah pengetahuan bahwa sejarah tidak harus diteliti dari segi politiknya, tetapi juga dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu lainnya. Dalam penelitian sejarah juga dijelaskan pentingnya meneliti dari semua aspek, tidak hanya dari aspek pemimpinnya, tetapi juga masyarakat dan semua aspek terkecilnya. Yang sedikit berbeda di sini adalah pandangan sartono yang menegaskan pentingnya menggunakan pendekatan sejarah yang Indonesiasentris.
Dari kedua sejarawan tersebut, kita dapat mengambil banyak pelajaran penting mengenai penelitian sejarah itu sendiri. Serta kita dapat memahami sejarah dari kacamata kedua sejarawan tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar