Halaman

Selasa, 08 Januari 2013

JARINGAN LOKAL ABDULLAH SUNGKAR DALAM PERISTIWA LAMPUNG 1989



TUGAS
 HISTORIOGRAFI
Oleh    : Rohmat Pujiono
NIM     : 12/340312/PSA/07407                                                           

JARINGAN LOKAL ABDULLAH SUNGKAR DALAM PERISTIWA LAMPUNG 1989

Perspektif baru penulisan sejarah Indonesia memang perlu dilakukan karena menyangkut fakta yang ada dan bebas dari legitimasi seperti halnya peristiwa jaringan lokal Abdullah Sungkar dalam peristiwa lampung 1989. Ada hal yang perlu diperhatikan dalam peristiwa ini seperti halnya peran orde baru yang menganggap gerakan abdullah Sungkar sebagai pemberontak yang berbahaya dan mengacaukan keamanan negara padahal gerakan ini hanyalah kelompok kecil. Mereka tidak memiliki jaringan nasional, regional, maupun internasional. Warsidi dan teman-temannya oleh pihak militer dituduh melakukan kegiatan subversif untuk menggulingkan pemerintahan Suharto agar bisa mendirikan sebuah negara islam. Bagi saya tuduhan ini sangat berlebihan karena mereka hanyalah penentang kebijakan asas tunggal Pancasila dan pendukung gagasan negara islam dan bukanlah untuk mendirikan negara islam tetapi membangun sebuah perkampungan yang menjamin para warganya menerapkan syari’at islam dalam kehidupan sehari-hari yang menurut saya ini adalah kebebasan dalam beragama dan menjadi hak asasi manusia. Memang salah satu masalah besar dalam penulisan sejarah adalah darimana harus dimulai? Dalam peristiwa Lampung misalnya darimana harus mulai suatu rekonstruksi?  disini perspektif baru penulisan sejarah Indonesia menjadi sangat penting karena sejarah Indonesia pada masa orde baru sangat memihak penguasa dan mementingkan kepentingan penguasa. Jaringan lokal Abdullah Sungkar dalam peristiwa Lampung 1989 menjadi hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan karena ini terjadi pada masa orde baru dan saya yakin banyak peristiwa lain yang hampir sama terjadi di Indonesia pada saat itu.
Warsidi lahir dan besar di lingkungan NU yang pada akhirnya menjadi penentang praktik keagamaan islam tradisional NU, terutama untuk memperoleh kemempuan supranatural seperti kebal senjata, memberi kesembuhan, atau meramal. Praktik ini merupakan lahan subur bagi pertumbuhan ideologi ratu adil. Orientasi keagamaan Warsidi lebih dekat dengan pemikiran Muhammadiyah, Al-Irsjad, dan persatuan islam. Ketiga organisasi islam ini sejak awal pendirian dikenal sebagai pendukung utama gerakan pemurnian agama islam. Mereka secara langsung menuduh para ulama yang kemudian bergabung kedalam NU sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kemunduran umat islam di Indonesia. Warsidi dan teman-temannya juga menempatkan pemerintah orde baru sebagai perusak kemurnian agama islam kerena memaksakan penerapan ideologi pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Sehingga kelompok Warsidi dan teman-temannya melakukan penentangan kepada pemerintah orde baru. Mereka melarikan diri ke Lampung dan ingin mendirikan kampung islam di cihideung sebuah wilayah pinggiran desa raja basa kecamatan way Jepara kabupaten Lampung tengah. Perkampungan Cihideung dihancurkan yang menyebabkan  Warsidi dan sebagaian temannya terbunuh.  
Dari uraian diatas dapat kita ketahui dari beberapa hal mengenai historiografi yang mana seorang sejarawan tidak boleh terpaku saja pada sumber yang didapat tapi harus melakukan yang namanya kritik sumber. Peristiwa yang dipaparkan diatas penting untuk pengkajian historiografi indonesia dimana kita ketahui bahwa pada masa orde baru seorang sejarawan menulis sesuai dengan kepentingan pemerintah. Seandainya ada yang berani menentang itupun akan diberi sanksi oleh pemerintah atau bahkan diberedel. Kasus di Lampung tahun 1989 itu menjadi penting untuk diperhatikan karena menyangkut perspektif baru penulisan sejarah Indonesia yang bebas dari keperpihakan dan melihat fakta yang ada. Uraian diatas ada yang mengatakan bahwa tuduhan yang berlebihan dalam kasus tersebut dimana pemerintah menuduh bahwa gerakan itu akan membentuk negara islam. Padahal gerakan itu hanya membangun sebuah perkampungan yang menjamin para warganya menerapkan syari’at islam dalam kehidupan sehari-hari. Banyak dari kejadian yang mirip seperti ini terjadi di Indonesia pada masa orde baru yang terdiri dari kegiatan agama, sosial, politik dan lain-lain. Kita sebagai sejarawan harus jeli untuk menganalisis permasalahan seperti itu, karena banyak sekali kejadian sejarah di negeri ini yang belum terungkap dan banyak yang masih berpihak pada penguasa saja. Saya setuju dengan pemikiran penulis yang memberikan perspertif baru disini, dimana penulis memberikan gambaran yang sesuai dengan pemikiran yang bebas dari keberpihakan pemerintah. Penulis memaparkan dengan cara yang berbeda dan menganalisis dengan cermat kejadian jaringan lokal Abdullah Sungkar dalam peristiwa lampung 1989. Penulis memberikan pemikiran baru dalam penulisan sejarah yang lebih relevan menurut saya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar