12/339283/PSA/7262
Sartono melalui “Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium” mencoba mengungkapkan bagaiman sebuah sejarah Indonesia direkonstruksi dan dilihat dari berbagai aspek. Sartono melihat sudut perkembangan sejarah Indonesia dari aspek-aspek yang berhubungan dengan sistem kehidupan masyarakatnya, seperti struktur ekonomi, sosial dan politik yang mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan tuntutan jaman. Dalam hal ini, Sartono menggunakan konsep integritas untuk melihat bagaimana perkembangan masyarakat Indonesia yang heterogen dapat hidup dalam kesatuan. Sejarah yang menekankan kajian proses tentunya membutuhkan pemaparan yang historis, terutama pada kajian sejarah Indonesia yang sangat kompleks. Ini sangat penting untuk melihat bagaimana unsur kehidupan saling bergantung dan mempengaruhi, sehingga menghasilkan sebuah struktur dan sistem. Dalam kajian ini Sartono mengungkapkan bahwa kajiannya merupakan kajian sejarah total dengan memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai sebuah kesatuan, dan konsep integritas menjadi kunci untuk memahami sejarah Indonesia sebagai sejarah total. Selain itu, kajian mengenai sejarah lokal dirasa penting oleh Sartono untuk membentuk sejarah nasional Indonesia, sebab sejarah nasional memiliki peran yang penting untuk memperkuat dan memeliharan kesatuan nasional melalui sebuah kesadaran nasional.
Historiografi
yang dipandang sebagai usaha untuk menghadirkan realitas dan fakta masa lalu ke
masa kini menurut Sartono memerlukan sebuah metode untuk membuat tulisan
tersebut tidak terjerumus pada masalah yang sering dialami oleh sejarawan,
yaitu masalah subjektivitas. Ini terutama dipengaruhi oleh mitologisasi, sebab
penulisan sejarah tidak lepas dari proses mitologisasi, sebab tak dipungkiri
bahwa unsur-unsur dan sifat-sifat masa lalu dari masyarakat atau budaya yang
ditulis tentunya akan terbawa dan mempengaruhi penulisan sejarah. Sehingga pada
tataran ini, Sartono menekankan bahwa tugas sejarawan haruslah kritis dalam
melihat dan membantu agar penulisan sejarah tidak terlalu jauh masuk ke dalam
lubang subjektivitas.
Sementara
Ricklef melalui karyanya “Sejarah Indonesia Modern” mengajak untuk melihat
sebuah perspektif baru untuk menarasikan sejarah. Ricklef melihat bahwa selama
ini sejarah Indonesia kajiannya hanya menekankan pada masalah seperti
penggambaran peristiwa sejarah yang
tidak kronologis, atau hanya berkutat pada kajian kolonial semata. Namun disini
Ricklef mengklaim bahwa sebuah historiografi membutuhkan sebuah narasi yang
rinci untuk membantu dalam men-generalisi atau membantah generalisasi dari
sebuah peristiwa. Ricklef memberikan penjelasan yang rinci mengenai sejarah
Indonesia dimulai pada tahun 1300, yang menurutnya pada tahun-tahun tersebut
menjadi awal bagi Indonesia dalam memasuki periode-periode modern. Periodisasi
yang dibuat oleh Ricklef pada tulisan ini mendasarkan pada tiga hal, yaitu
islamisasi Indonesia yang dimulai kurang lebih tahun 1300, saling
berpengaruhnya kebudayaan Indonesia dan Barat, serta historiografi dalam sumber
primer seperti bahasa Indonesia Modern. Salah satu hal yang menarik dalam
tulisan Ricklef ini adalah menggunakan sumber-sumber primer yang selama ini
jarang digunakan dalam penulisan sejarah. Namun kajian Ricklef ini
hampir-hampir masih sama seperti kajian sejarah yang lain yang menekankan
kajiannya pada sejarah Jawa, padahal bagian dari Indonesia/ Nusantara tidak
hanya Jawa saja. Ricklef mengakui hal ini, sebab menurutnya Jawa merupakan
representasi dari bangsa Indonesia, sehingga kajian mengenai sejarah Jawa
banyak menjadi bahan pembahasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar