Halaman

Rabu, 09 Januari 2013

Historiografi Indonesia; Pemikiran Sartono Kartodirjo dan M.C. Ricklef


Nama                           : Irwan
NIM                            : 12/339246/PSA/7258


Tulisan ini mengeksplorasi pemikiran dan pandangan dua sejarawan besar terhadap historiografi Indonesia, keduanya berbeda secara signifinikan dalam memandang konsep historiografi Indonesia seperti; sejarah sebagai sebuah kesatuan total, periodesasi sejarah dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut terjadi dikarenakan cara pandang kedua sejarawan tersebut terhadap sejarah Indonesia dan oleh konsepsi-konsepsi peristiwa dan sejarah berbeda. Pandangan keduanya bisa kita lihat dalam uraian pengantar (Sartono Kartodrjo, 1987) dan prakata (M.C. Rocklefs, 1981)untuk masing-masing buku yang ditulisnya. Namun di sisi lain keduanya sepakat dengan agama sebagai suatu pengikat kebudayaan dan politik di Nusantara, bahkan Sartono dengan tegas mengatakan bahwa konflik yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh faktor ekonomi dan politik dibandingkan dengan factor perbedaan etnik. Hal tersebut menurut Sartono disebabkan oleh factor agama yang mempersatukan perbedaan antar etnis.

Dalam prakata bukunya, Ricklefs mengambil periode abad 14 M (tahun 1300 M). sebagai awal sejarah modern Indonesia, meski ia mengakui bahwa sejarah Indonesia tidak dimulai pada era tersebut. Sejarah Indonesia telah dimulai sejak abad 5 M, dimulai dengan kerajaan Kutai di Kalimantan timur. Namun menurut Ricklefs, setidaknya ada tiga unsur mengapa abad ke 14 M dianggap sejak permulaan sejarah modern Indonesia, yaitu;
  1. Unsur budaya dan agama Islam
  2. Unsur topic, yang dimaksud oleh Ricklefs di sini adalah periode interaksi dan saling member pengaruh antara masyarakat Indonesia dengan orang-orang barat.
  3. Historiografi, maksudnya dalam periode inilah masyarakat di Indonesia mulai menulis sejarahnya secara eksklusif menggunakan bahasa Indonesia, baik itu dengan bahasa Melayu maupun bahasa Jawa.

Ketiga unsur tersebut di atas menurut Ricklefs telah menjadikan sejarah Indonesia sebagai sebuah unit yang padu, dengan kata lain Ricklefs berpandangan bahwa Indonesia sebagai sebuah kesatuan budaya dan politik dan berkembang menjadi sebuah negara, sesungguhnya dimulai sejak periode ini. Dalam bukunya ini, Ricklefs tidak menegasikan keberadaan kerajaan besar di Nusantara pada abad-abad sebelumnya seperti Majapahit, namun pembahasan tentang eksistensi kerajaan hanya terbatas pada peran dan posisinya dalam kelangsungan dan eksistensi emporium Islam pada periode setelahnya.

Diakui oleh Ricklefs, bahwa bukunya tersebut hanya membahas tentang sejarah masyarakat Indonesia dengan wilayah pulau Jawa saja, namun Ricklefs punya argument tentang pilihannya tersebut, yaitu;
  1. Sejarah Jawa lebih banyak dikaji oleh sejarawan dibandingkan dengan sejarah kepulauan lainnya di Indonesia.
  2. Penduduknya mewakili lebih separuh dari masyarakat Indonesia
  3. Pulau Jawa menjadi pusat dari kebanyakan sejarah politik, baik di masa kolonial maupun masa kemerdekaan
  4. Wilayah penelitian Ricklefs terpusat di pulau Jawa, mungkin ini merupakan subjektifitas dari Ricklefs.

Basis argumentasi Ricklefs berdasarkan empat alasan tersebut di atas, menurut saya menimbulkan beberapa pertanyaan kritis tentang sejarah modern Indonesia, terutama pada pointer ketiga. Menurut saya pulau Jawa bisa dijadikan sentral sejarah politik Indonesia sejak abad ke 19, namun jauh sebelumnya banyak beberapa daerah lainnya di Nusantara (terutama sejarah Islam) yang berkontribusi terhadap terbentuknya kesatuan politik dan budaya Indonesia.

Berbeda dengan Ricklefs, Sartono Kartodirjo tidak terlalu memperhatikan periode dalam penulisan bukunya. Dalam kata pengantarnya (1987), lebih menekankan pembahasannya pada sejarah social yang di dalamnya mencakup proses perkembangan masyarakat Indonesia baik pada aspek politik, ekonomi dan sosialnya. Sartono menggambarkan sejarah sebagai proses kompleks yang di dalamnya memuat interaksi antara berbagai unsur dan saling memberi pengaruh antara berbagai aspek kehidupan masyarakat. Proses sejarah seperti berlandaskan pada system atau struktur yang ada dalam masyarakat tersebut.

Sartono mengatakan  bahwa sejarah yang ditulisnya adalah sejarah menyeluruh yang memandang perkembangan masyarakat Indonesia sebagai sebuah kesatuan berdasarkan proses yang terjadi. Sartono tidak memaksakan bahwa konsep kesatuan telah terbentuk, namun sebagai sebuah proses, kesatuan Indonesia bertransformasi dari bentuk sederhana menjadi kompleks (termasuk kemudian menjadi nasional Indonesia). Proses terbentuknya kesatuan ini (integrasi), menurut Sartono tidak bisa dilepas dari faktor komunikasi yang terjadi antar masyarakat budaya Indonesia, dan dengan komunitas lainnya seperti Islam dan Barat. Proses komunikasi terjadi lewat perkawinan, perang, perampokan, perbudakan, perdagangan, pelayaran, diplomasi dan persekutuan. Dengan kata lainnya Sartono, menilai bahwa konsep integrasi dimulai oleh proses komunikasi yang merupakan pusat kontak antar unsur-unsur  yang menghasilkan interaksi dan saling memberi pengaruh. Dengan proses ini pula kebudayaan bangsa-bangsa di Nusantara tersebar ke berbagai wilayah nusantara lainnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar