Halaman

Rabu, 09 Januari 2013

Review Buku Dekolonisasi Metodelogi, Bab 1: Imperialisme, Sejarah, Penulisan dan Teori, Karya Linda Tuhiwai Smith


Nama                           : Irwan
NIM                            : 12/339246/PSA/7258


Buku ini adalah salah satu buku yang mengekspresikan kegeraman dan kegelisahan terhadap imperialism, penulisan sejarah dan teori-teori mengenai dunia masyarakat terjajah oleh orang luar (eropa). Sebagai seorang yang berasal dari wilayah terjajah, Smith tidak bisa menerima vonis dan klaim serta konsep-konsep yang dirumuskan oleh Eropa (colonial) tentang masyarakat dan sejarah masyarakat terjajah yang dilakukan sambil lalu oleh para penjelajah Eropa. Para penjelajah tersebut menurut Smith dibayar dan difasilitasi oleh pemerintahnya di Eropa untuk menemukan dunia baru yang bisa di eksploitasi untuk keuntungan Negara-negara Eropa. Dan akibat imperialisme tersebut juga, konsep “another”  muncul yang membedakan antar sebuah masyarakat dengan masyarakat lainnya, seperti teori-teori perkembangan sebuah masyarakat dari primitive menuju modern. Dikotomi masyarakat primitive identik dengan masyarakat terjajah sementara konsep masyarakat modern adalah masyarakat Eropa sendiri. Cara Eropa sentries yang menegasikan perspektif local, menurut Smith adalah salah satu keburukan dari imperialism Eropa.

Dalam buku ini, Smith menekankan perlunya dekolonisasi dan dekontruksi atas sejarah dan teori-teori yang dibuat oleh kolonial terhadap masyarakat terjajah. Menurut Smith, Imperialisme tidak selesai begitu saja seiring dengan kebebesan dan kemerdekaan wilayah masyarakat terjajah setelah perang dunia ke 2, namun imperialism telah memberi dampak luar biasa pada masyarakat terjajah dalam kultur dan pengetahuan mereka. Imperialisme membuat masyarakat terjajah memandang dirinya rendah dan seakan-akan sejarahnya baru dimulai setelah kedatangan colonial ke tempatnya. Menurut Smith, Imperialisme dilakukan dalam empat cara yaitu;
  1. Imperialisme sebagai gerakan ekspansi ekonomi
  2. Imperialisme sebagai penundukan others
  3. Imperialisme sebagai sebuah konsep, gagasan dan aplikasinya
  4. Imperialisme sebagai pengetahuan diskursif

Menurut Smith, imperialism cara kedua dan ketiga sampai sekarang masih berbekas pada masyarakat terjajah. Imperialism membuat skat-skat pada masyarakat terjajah dan membuat mengaburnya nilai dan kearifan local masyarakat terjajah. Akibat imperialism tersebut, identitas masyarakat terjajah terbagi berdasarkan surat-surat keterangan atau pengakuan dari luar. Sementara imperialisme sebagai sebuah pengetahuan diskursif menjadi salah satu isu menarik bagi Smith dalam mendefinisikan kembali konsep dan dampak dari imperialisme. Smith menyarankan kepada masyarakat terjajah untuk mengkaji kembali imperialisme sebagai pembukaan wacana untuk dekolonisasi dan dekontruksi terhadap konsep masyarakat terjajah yang disusun dan ditulis oleh kaum colonial.  Buku ini sangat provokatif mengajak masyarakat terjajah untuk mendefinisi ulang konsep sejarah dan masyarakatnya serta teori-teori yang berbeda dengan penulisan Eropa. Smith begitu yakin akan kebesaran dan eksistensi masyarakat terjajah tanpa kehadiran kolonial. Dekolonisasi dan dekontruksi sejarah akan mampu memanusiakan kembali masyarakat terjajah setelah sekian lama di dehumaninasi oleh oleh imperialism Eropa.

Proses dehumanisasi masyarakat terjajah bisa kita lihat dalam penulisan dan teori-teori yang ditulis oleh kolonial. Menurut Smith, penulisan dan teori-teori tersebut telah tersebar dan bahkan menjadi paradigma masyarakat terjajah dalam  memandang dirinya. Ironi, dunia pendidikan dan perguruan tinggi menjadi wadah signifikan dalam melestarikan nilai imperialism melalui penulisan dan teori. Oleh karena itu, Smith lebih memfokuskan ajakannya kepada pihak di luar akademis yang tidak terkontaminasi oleh teori dan metodelogi penulisan yang dirumuskan oleh bangsa colonial. Para intelektual terjajah perlu kritis terhadap metodelogi penulisan agar proses dekontruksi bisa dilakukan dengan baik. Menulis bagi Smith bukan saja mendiskripsikan semua peristiwa yang dilihat dan dialami, tetapi juga menganalisa disekitar peristiwa tersebut dan memasukkan nilai-nilai yang sesuai dengan kepentingan bangsa terjajah. Proses dekontruksi menjadi lebih penting ketika dikaitkan dengan kekuasaan sejarah. Menurut Smith, masyarakat terjajah harus merebut sejarah mereka sendiri dari penulisan luar warisan colonial yang sama sekali jauh dari kondisi sebenarnya.

**Terima Kasih**













Tidak ada komentar:

Posting Komentar