Halaman

Jumat, 11 Januari 2013

DEKOLONISASI METODOLOGI (LINDA UHIWAY)-BAB II MENELITI LEWAT MATA IMPERIALISME


NAMA           : HERVINA NURULLITA
NIU                 : 12/339971/PSA/07380

Secara Umum buku ini mencoba mengkonstruksi bentuk-bentuk penjajahan pinggiran, tidak hanya dari sejarah tetapi juga politik, sosiologi, sastra dan lain-lain, namun hal yang paling berpengaruh adalah sejarah. Pada bab II ini penulis mengemukakan bahwa umumnya penelitian terpusat pada teori pengetahuan empirisme dan paradigma positivisme. Positivisme menerapkan pandangan-pandangan tentang bagaimana cara dunia alamiah dikaji dan dipahami bagi dunia sosial. Dalam dunia penelitian, bagi pribumi (bangsa terjajah) penelitian Barat hanya merupakan sebuah konsep tentang ruang, waktu, dan pelbagai teori yang saling berlainan dan bersaing. Sedangkan menurut Barat, penelitian Barat (bangsa penjajah) lebih unggul dari penelitian pribumi karena Barat sudah meneliti dan mengeksploitasi berbagai macam jenis penelitian.
Bangsa terjajah sering menyebut Barat sebagai sebuah kohesif orang-orang, praktek, nilai dan bahasa. Sementara pengertian tentang ide oleh Barat direpresentasikan dengans angat penting karena pada umumnya teori Barat didukung oleh sistem klasifikasi dan representasi dan oleh pandangan-pandangan tentang sifat manusia, moralitas dan nilai manusia, konsepsi ruang dan waktu serta konsepsi gender dan ras.  Menurut Nandy, yang menjelaskan bahwa kolonisasi merupakan “budaya bersama” bagi bangsa penjajah dan bangsa terjajah. Bangsa terjajah sama-sama memakai bahasa kolonisasi, sama-sama mempunyai pengetahuan tentang penjajah mereka. Penjajah mempunyai bahasa dan pengetahuan yang sama tentang kolonisasi. Adapun konsep Barat tentang ras dan gender terlihat sangat rumit. Gender tidak hanya mengacu pada peran perempuan saja namun juga mengacu pada hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pada abad ke-19 peran perempuan masih didominasi oleh kaum laki-laki.
Konsep penelitian Barat juga bertumpu pada ide-ide kultural tentang manusia dan hubungan antara individu dengan kelompok di mana ia tinggal. Sementara itu konsepsi Barat tentang ruang dan waktu terkodekan dalam bahasa, filsafat dan ilmu pengetahuan. Dalam pemikiran Barat ruang sering diartikan sebagai sesuatu yang statis dan terlepas oleh waktu. Hal ini memunculkan penjelasan dunia sebagai sebuah “wilayah statis”, terdefinisikan sempurna, pasti dan tidak politik yang sangat relevan dengan kolonialisme dan dikategorikann dalam tiga konsep yaitu garis, pusat dan luar. Garis dipakai untuk memetakan wilayah, mensurvey tanah, menetapkan gtapal batas, dan menandai batas kekuasaan kolonial. Pusat adalah orientasi pada sistem kekuasaan. Luar smenempatkan orang dan wilayah dalam suatu hubungan oposisional terhadap pusat kolonial. Sedangkan konsep terhadap waktu dihubungkan dengan aktivitas sosial bagaimana orang lain mengorganisir kehidupan sehari-hari. Barat beranggapan bahwa pribumi tidak menghargai waktu. Hal ini didasarkan atas perbandingan antara Barat dengan pribumi dalam memanfaatkan waktu. Bangsa Barat terutama pada saat revolusi industri benar-benar memanfaatkan waktu dengan sedemikian hingga untuk mendapatkan hasil (upah) yang tinggi. Sementara mereka melihat pribumi tidak melakukan aktivitas seperti yang mereka lakukan. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Sebagai contoh saja seorang petani. Ia berangkat ke sawah pagi-pagi sekali dan pulang petang. Apakah hal tersebut yang dianggap tidak mengahargai waktu?
Jadi kesimpulan pada bab ini adalah Barat masih menganggap pribumi masih jauh di bawah bangsa Barat dan tidak mempunyai kredibilitas yang cukup dalam sebuah penelitian. Namun dari pernyataan tersebut hendaknya pribumi terdorong untuk melakukan sebuah penelitian sendiri dari sumber-sumber lokal yang berasal dari lingkungan sekitar sehingga tidak melulu menggunakan sumber-sumber dari bangsa Barat. Dari penelitian pribumi tersebut diharapkan merubah mindset kita selama ini bahwa sebuah penelitian sejarah selalu dilihat dari prespektif Barat. Sementara kekurangan dari buku ini adalah bahasanya yang sulit untuk dipahami pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar