Halaman

Senin, 07 Januari 2013

Dekolonisasi Dalam Historiografi


Telaah Mendekolonisasi Metodologi
Imperialisme, Sejarah, Penulisan dan Teori
Linda Tuhiwai Smith

Oleh Haris Zaky Mubarak




Ø  Overview

            Dalam buku ini, Linda Tuhiwai Smith yang menggunakan perspektif sebagai seseorang dari bangsa terjajah ingin menunjukkan adanya pengertian baru ”penelitian” dengan sisi dinamika kolonialisme dan imperialisme.Oleh karena itu menurut Linda Tuhiwai Smith penelitian dalam bahasa bangsa terjajah telah memberikan kenangan buruk karena menciptakan sejarah serta realitas yang berbeda dalam hal rasa kemanusiaan. Hal ini menurutnya adalah konsekuensi logis dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dan para intelektual barat.
            Konstruksi sejarah yang selama ini dipahami, para peneliti dan intelektual Barat diasumsikan bahwa mereka mengetahui segala hal tentang bangsa terjajah meski lewat perjumpaan sesat dengan salah seorang dari bangsa terjajah. Para peneliti dan intelektual Barat mengklaim bagaimana tamsil dari bangsa terjajah dan menolak orang – orang yang ingin mengembangkan gagasannya. Dengan kata lain para peneliti dan intelektual barat menolak kemungkinan dari kalangan bangsa terjajah inti mampu menciptakan budaya dan bangsanya sendiri. Artinya konstruksi sejarah dari bangsa terjajah “dipaksakan” untuk mengikuti sistem dan kehidupan dari pemikiran para peneliti dan intelektual barat. Cara pandang tersebut diinfiltrasikan dalam pengetahuan, menghimpun ,mengklasifikasikan dan merepresentasikan dengan cara para peneliti dan intelektual barat,melalui perspektifnya kemudian diberikan lagi kepada bangsa terjajah.
            Sebagaimana Edward Said yang dicontohkan Linda Tuhiwai Smith bahwa adanya narasi sejarah karya dari para peneliti dan intelektual barat yang diwacanakan dalam konstruksi barat mengenai eksistensi “other”. Hal ini kemudian diimplementasikan dalam doktrin, penginstitusian dalam birokrasi dan budaya kolonial. Linda Tuhiwai Smith ingin menunjukkan bagaimana penelitian dalam penulisan sejarah  sebuah ajang pertarungan dari perspektif kepentingan barat dan dengan kepentingan sebaliknya yang merupakan sebuah perlawanan.
             Imperialisme telah berhasil membingkai sekaligus membelokkan pengalaman - pengalaman masyarakat di negara - negara Selatan (negara - negara jajahan).[1] Konteks masa lalu kolonial yang lekat dengan perjuangan dan upaya untuk hidup survive. Pengalaman hidup imperialisme dan kolonialisme memberikan suatu pemahaman dimensi lain dari pemahaman istilah imperialisme.
            Ada empat konsep yang sering dibicarakan dalam wacana masa lalu kolonial yakni imperialisme, sejarah, penulisan dan teori. Selain juga ada konsep self determination atau menentukan nasibnya sendiri atau dengan kata lain populis dimaknai sebagai “kedaulatan” yang belakangan dari perspektif bangsa terjajah dipermasalahkan. Oleh karena ditafsirkan mampu menggugah perasaan, sikap, emosi serta membungkam pengetahuan dan budaya bangsa terjajah.  Dekolonisasi adalah proses yang berkaitan dengan imperialisme dan kolonialisme di segala lapisan. Persoalan imperialisme dalam sejarah masih berkutat dengan diskusi bangsa terjajah yang berjumpa dengan bangsa barat, hal yang biasa dilakukan oleh Cristopher Columbus yang diidentikan sebagai seorang penemu dan petualang  yang  menjadi tonggak kelanjutan kolonialisme sebagai peninggalan yang merepresentasikan bagaimana penderitaan dan sebuah kehancuran. Berbagai kumpulan bangsa terjajah menjadi saksi atas serangan yang dilakukan oleh Belanda, Portugis, Inggris dan Prancis yang semuanya mempunyai pengaruh politik atas suatu daerah.
            Imperialisme dan kolonialisme merupakan konsep yang digunakan dalam banyak displin, yang menurut Linda Tuhiwai Smith tidak banyak orang yang mempertanyakannya. Pemaknaan dari dua kata ini begitu lazim diterima tanpa harus mempertanyakannya kembali.  Keduanya berjalinan erat  seperti adanya kesepakatan umum untuk menyatakan bahwa kolonialisme adalah ekspresi dari imperialisme. Pemaknaan ini yang digunakan dalam awal abad ke - 19, imperialisme digunakan dalam empat cara berbeda yakni sebagai ekspansi ekonomi, untuk menundukkan bangsa lain, sebagai sebuah gagasan dengan berbagai pengejawantahannya, dan sebagai pengetahuan diskursif. Analisis - analisis ini difokuskan dalam berbagai lapisan imperialisme yang berbeda –  beda terkait dengan  konteks kronologi peristiwa, penemuan, penaklukan, eksploitasi dan penguasaan.


Ø  .Key Words
            Contested Histories, Critically examines, Decolonization, Imperialism,Provide a history of knowledge, Writing.
Ø  Important Events
            Usai perang dunia ke II, perang kemerdekaan dan perjuangan dekolonisasi yang dilancarkan bekas bagian emperium Eropa memperlihatkan pada kita bahwa upaya meraih kebebasan melibatkan kekerasan yang maha dahsyat, entah itu secara fisik, sosial, ekonomi, kultural maupun psikologis.[2]
Ø  Making Connections
            Munculnya banyak konsep pengertian dari konsep imperialisme dan kolonialisme  dengan mempertimbangkan bentuk-bentuk analisis lain memungkinkan lahirnya beberapa distingsi penting. Utamanya dalam konteks kebutuhan yang lebih besar dan rumit dalam memahami konsep imperialisme dan kolonialisme.Tulisan,sejarah dan teori menjadi aspek kritis perjuangan bagi bangsa terjajah  dalam menuliskan sejarahnya sendiri.Oleh karenanya ada hal yang harus dipahami dan yang harus didudukkan kembali dalam sejarah.Konteks yang tidak sekedar membicarakan secara wacana obrolan belaka tapi bagaimana membuat implementasi untuk membuat historiografi sendiri. Bukan dipahami dalam konteks penting atau tidaknya dari bangsa terjajah memiliki historiografinya sendiri tetapi lebih dipahami sebagai tindakan memproduksi pengetahuan supaya dapat mebawa membawa bangsa pada pencerahan pengetahuan. Menurut Linda Tuhiwai Smith selama bertahun – tahun telah terjadi pengadopsian secara tidak kritis yang membiarkan terjadinya penulisan sejarah tentang bangsa terjajah seakan-akan berada “diluar”.Perspektif umum yang ada dalam historiografi umumnya tidak sampai bisa menangkap bagaimana sesungguhnya bangsa terjajah berinteraksi, menggunakan bahasa dan cara-cara dari bangsa terjajah memahami kehidupannya sendiri. Bagaimana konteks kehidupan yang dialami oleh bangsa terjajah tidak difragementaris oleh perspektif yang menjauhkan mereka dari kehidupan yang sewajarnya mereka lakukan.
            Penulisan adalah puncak segala-galanya. Sebab apa yang ditulis itulah sejarah, yaitu histoire-recite, sejarah sebagaimana Ia dikisahkan, yang mencoba menangkap dan memahami histoire - realite, sejarah sebagaimana terjadinya.[3] Namun demikian kita perlu cermat dalam memaknai sebuah historiografi sebagaimana pandangan Louis Gottschalk Tujuan daripada historiografi pada taraf yang tertinggi (yang pasti tidak dapat dicapai) adalah menciptakan kembali totalitas daripada fakta sejarah dengan suatu cara yang tidak memperkosa masa lampau yang sesungguhnya. [4]





             



[1] Linda Tuhiwai Smith, Dekolonisasi Metodologi,penerjemah Nur Cholis, (Yogyakarta, INSISTtpress, 2005),hlm. 1.
[2] Linda Tuhiwai Smith,Op Cit, hlm.16-17.
[3] Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi, Arah dan Perspektif,  (Jakarta, Gramedia, 1985), hlm. XV.
[4] Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta,Universitas Indonesia, 2008), hlm.168

Tidak ada komentar:

Posting Komentar