Halaman

Senin, 07 Januari 2013

Perspektif Historiografi Indonesia dan Asia Tenggara



(Studi Perbandingan Historicism and Historiography in Indonesia, Sue Nichterlein, History and Theory, Vol. 13, No. 3. (Oct., 1974), pp. 253-272. On the Study of Southeast Asian History, D. G. E. Hall Pacific Affairs, Vol. 33, No. 3. (Sep., 1960), pp. 268-281)

Haris Zaky Mubarak
S2 ilmu Sejarah UGM
Ø  Overview

           Sejak tercapainya kemerdekaan muncul  permasalahan  dalam konteks sejarah Indonesia karena adanya atensi untuk menggarap sejarah Nasional, utamanya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Sejarah Nasional berperan penting dalam menggalang kessadaran Nasional, refleksi penjelasan dari kebangkitan bangsa Indonesia dari penjajahan ke kemerdekaan. Konteks ini tampak bahwa sejarah nasional masih belum memiliki kerangka batasan-batasan yang jelas akan bentuknya. Saat Historiografi kolonial dianggap tidak relevan dengan cerita masa lampau bangsa Indonesia maka pemikiran baik digagas sebelum dan sesudah Seminar sejarah nasional pertama di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada akhir 1957 yang mengganti pandangan Eropa sentris dengan pandangan yang Indonesia sentris.Kontestasi pemikiran yang didapat dari seminar itu memberikan saran,pandangan serta pengertian baru terhadap sejarah Indonesia.Sejarah nasional sebagai unit historis usaha inilah yang menjadi corak historiografi Indonesia
            Sejak perang dunia ke II dan terutama sejak tercapainya kemerdekaan bangsa-bangsa Filipina, Birma, Indonesia dan Malaya(sekarang Malaysia) mengambil langkah-langkah baru alam historiografi wilayah ini.Suatu langkah yang utama adalah diterbitkannya karya D.G.E Hall, A History Of Southeast Asia pada tahun 1955 yang berhasil memantapkan pandangan bahwa seluruh perkembangan sejarah dari zaman kuno sampai modern bagi Asia Tenggara adalah satu unit sejarah yang jelas. Dan perdebatan - perdebatan mengenai sifat dari karya orang – orang Eropa mengenai Asia Tenggara mulai timbul setelah hasil penelitian yang sangat provokatif dari J.C Van Leur tentang pelayaran niaga di Asia pada masa kuno. Akibatnya Asia Tenggara diberikan tempat khusus dalam konfrensi penulisan sejarah Asia di London pada tahun 1956 (Hall, 1961). Hal ini merangsang timbulnya sejumlah karangan mengenai historiografi Indonesia yang pertama kali dicetuskan dalam kongres sejarah Nasional                 di Yogyakarta pada tahun 1957 (Singhal, 1960,               Smail, 1961: Benda, 1962: Soedjatmoko et.al, 1965: cf seminar sejarah 1958). [1]
Ø  Key Words
·         Historicism
·         Historical consciousness
·         historical background
·         Indonesian nationalism
·         The historical vlsions
·         The Indocentric view of Indonesian
Ø  Focus Questions
·         Bagaimana studi historiografi di Indonesia dan Asia Tenggara?
·         Arah dan perspektif apa yang determinan di Indonesia dan di Asia Tenggara?
·         Kontribusi apa yang dihadirkan dari studi historiografi di Indonesia dan di Asia Tenggara?



Ø  Important Events
ü  Pada awal 1948 Menteri Pendidikan saat itu, Mangunsarkoro, menekankan bahwa pemuda Indonesia harus dibawa kekesadaran bahwa mereka adalah anggota tubuh sosial dari negara-bangsa dari Seperti halnya mereka individu, dan bahwa pemuda ini "harus Indonesia membuat aspirasi masyarakat aspirasi mereka sendiri " Untuk mencapai hal ini. kesatuan nilai-nilai sosial dan personal mereka harus diajarkan budaya, bahasa dari sejarah .Tema ini tercermin dalam tahun 1965 tentang "Masalah dalam Studi dan Pengajaran Sejarah Nasional di Indonesia  oleh sejarawan Nugroho Notosusanto terkemuka, yang menekankan bahwa pengajaran sejarah di sekolah-sekolah Indonesia sangat penting untuk "membantu menciptakan 'iklim sejarah' sangat dibutuhkan di masyarakat luas.[2] (bekerja menuju historiografi nasionalis). Dalam abad ke - 19 dan paruh pertama abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Asia Tenggara yakni sejarah kuno, sejarah kolonial,dan periode tengah yang berkisah empat dan sepuluh abad sebelum abad ke- 19.
Ø  Making Connections
·         Tataran Relevansi Dan Implementasi.
ü  Bila terbentuknya negara  nasional menimbulkan keperluan untuk menulis sejarah Indonesia sebagai sejarah nasional.Perkembangan historiografi Indonesia yang mengalami penyesuaian antara lain konteks empiris-ilmiah yang menggantikan  religio-magis serta kosmogonis,Nasional sentris  yang menggantikan etnosentris, dan Kolonial elitis yang digantikan sejarah bangsa Indonesia secara keseluruhan. Perubahan –perubahan seperti ini merupakan upaya konvergensi dalam penulisan sejarah Indonesia.Dimulai dari tahap spekulatif pada 1950-1957 yang berkembang ke arah empiris-scientific.Semua diupayakan  guna perelaisasian  sejarah yang  nasional sentris dengan mengurai struktur –struktur yang menjadi kerangka proses sejarah.
ü  Sejarah tidak pernah mendapat perhatian tempat yang penting dalam tradisi –tradisi Asia Tenggara.Fungsi utamanya yang pernah ada adalahmemperkuat kewibawaan Sang raja,memberi ajaran-ajaran moral dan agama dan mungkin juga menghibur dan memberi kesenangan.Tanggal-tanggal dan tempat-tempat dalam kehidupan orang-orang besar kecil tidak pernah dianggap penting demi tanggal-tanggal dan tempat-tempat itu.Hal-hal ini harus mengabdi pada kepentingan kepentingan pembaca sejarah yang sering hanya terdiri dari raja-raja,pendeta-pendeta dan lingkungan keraton pada waktu itu.Setiap tradisi historiografi berkembang sekitar kepentingan – kepentingan dari bermacam pembacanya dan kekuatan tau kelemahannya tergantung pada pranata – pranata politik yang menghasilkan pembaca-pembacanya itu.Selama pranata-pranata itu tetap bertahan,tradisi penulisan sejarah yang mendukungnya pun bertahan pula.[3] Memahami historiografi di Asia Tenggara bukan untuk menilai bahwa Asia Tenggara belum bisa membebaskan dari sikap tradisionalnya,tetapi bagaimana memahami faktual bahwa institusi di Asia dan Barat telah ada koneksi timbal balikterhadap karya - karya penting yang sama –sama diperoleh,diperkenalkan dan dipahami. Beragam konsep seperti konteks waktu dan tempat harus diteliti,pengetahuan masa lampau harus humanitis dan cendrung sekuler,fakta dan interpretasi sejarah yang juga harus diuji dengan metode sejarah yang benar.
·         Tataran Implementasi Pemahaman
            Sejarah dalam historiografi dapat mennyoroti substansi filosofis dari penelitian dan penulisan sejarahmembuka kembali metode penggarapan bahan historis dan presentasi,ide-ide yang mengikat fakta sebagai kesatuan yang bermakna, penilaian dalam konteks intepretasi dan Weltanschauung (pandangan hidup) dari sejarawan.Historiografi berbeda menurut  asal mula kejadiannya,zamannya, dan subjektivitas sejarawannya.


[1]Dr.Taufik Abdullah dan Drs.Abdurarachman Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi, Arah dan Perspektif (Jakarta,Gramedia,1985), hlm. 16-17
[2] Sue Nichterlein, Historicism and Historiography in Indonesia, History and Theory, (Vol. 13, No. 3. Oct., 1974),hlm.256.
[3] [3]Dr.Taufik Abdullah dan Drs.Abdurarachman Surjomihardjo, Op Cit,hlm.18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar