Nama : Arum Vitasari
NIM : 12/339811/PSA/7357
Dalam
tulisan Marsden, Symes, Raffles, Crawfurt, dan Anderson terdapat perbedaan yang
cukup signifikan apabila dilihat dari kacamata ekonomi. Aspek ekonomi dalam hal
ini sebenarnya tidak bisa terlepas dari dampak revolusi industri yang terjadi
di Inggris pada saat itu. Pada saat itu pula, munculnya teori ekonomi oleh Adam
Smith mengenai sistem ekonomi liberal juga menjadi sebuah landasan untuk
mencari lahan baru perekonomian. Dalam hal ini, perbedaan tersebut terlihat
dari Symes dan Aderson berpikir bagaimana menemukan sumber material baru untuk
kelangsungan industri di Inggris. Kemudian Marsden, Raffles, dan Crawfurd
berdebat mengenai cara mempromosikan keuntungan baik Inggris maupun kawasan
Asia Tenggara.
Tentu
saja, sebenarnya dalam perbedaan tersebut terdapat kesamaan, yakni dasar dari
ekonomi liberal. Ekonomi liberal yang dikembangkan dalam hal ini adalah bagaimana
untuk meningkatkan keuntungan dan keamanan properti pribadi yang diatur dalam
kontrak. Walaupun dalam teori ini tidak dikotak-kotakkan antara gender, ras, ataupun
kelas. Namun, pada kenyataannya, baik gender maupun ras seringkali dihubungkan
dengan kontrak dan teori ekonomi. Inggris yang pada waktu itu diwakilkan oleh
East India Company (EIC) sebagai konsul dagang bersama dengan pemerintah
Inggris sendiri membuat perjanjian dagang dengan para penguasa yang ada di
kawasan Asia.
Adam
Smith dalam hal ini memiliki ungkapan tersendiri mengenai ekonomi liberal,
yakni sebagai ‘invisible hand’.
Tangan tak kasat mata ini memiliki artian, dengan ekonomi liberal dan
perjanjian kontrak yang ada, maka akan dapat mengatur jalannya perekonomian
maupun pemerintahan suatu negara. Dalam hal ini tentu saja akan merugikan pihak
dari si lawan perjanjian, dan akan menguntungkan pihak Inggris sendiri. Misalnya
pada kebijakan Raffles mengenai tanam paksa di wilayah Jawa. Hal itu tentu saja
hanya menguntungkan pihak Inggris sendiri. Walaupun dalam perjanjian tersebut
menyebutkan bahwa perjanjian tersebut akan menguntungkan kedua belah pihak.
Kebijakan
ekonomi yang dilakukan Raffles pada masa pendudukannya juga menyebabkan
munculnya banyak perbudakan. Dalam hal ini adalah memperbudak kaum laki-laki
untuk melakukan sistem tanam paksa. Sistem ekonomi ini juga menyeret kaum
wanita pada masa itu sebagai korban, yakni dengan adanya tingkat prostitusi.
Pada waktu itu, orang tua tidak akan segan menjual anak gadisnya kepada orang
asing demi mempertahankan pertaniannya ataupun hartanya.
Sistem
ekonomi liberal juga mengkotak-kotakkan ekonomi yang ditinjau berdasarkan ras.
Hal ini disampaikan oleh Crawfurd, yakni mengenai kesetaraan dalam perdagangan.
Di mana ada pedagang Arab, Cina, maupun pedagang yang berasal dari Eropa.
Dalam
pembahasan ini, dapat dilihat bahwa sistem perjanjian tersebut memiliki dampat
yang cukup besar dalam perekonomian liberal. Dalam hal ini digunakan sebagai
alat legitimasi dominansi. Yang kemudian berdampak dan berhubungan langsung
dengan predeterminasi kebudayaan dan juga pembedaan ras, yakni ras pribumi dan
ras bangsa asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar