Halaman

Senin, 14 Januari 2013

Anthony H. Johns, The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography


Arif Subekti,
12/340114/PSA/7396
Artikel oleh Anthony H. Johns, yang terjemahan bebasnya berjudul “Peran Organisasi Struktural dan Mitos dalam Historiografi Jawa” (Historiografi Tradisional), secara garis besar berisi kajian perihal faktor-faktor kultural yang terkandung dalam teks dengan penjelasan secara lebih detail pada naskah Pararaton dan Babad Tanah Jawi. Upaya akademis ini, berangkat dari penilaian sebagian sejarawan Barat yang menilai babad atau serat ialah cerita bohong yang tidak berguna (worthless fairy stories), baik dimaknai sebagai karya historiografi, maupun sebagai sumber sejarah. Hal tersebut, menurut Johns, tidak mengherankan, sebab memang sangat sulit menguji keakuratan peristiwa sejarah yang bersumber dari historiografi Jawa, terutama sekali pada bagian pembukaan.
Hasil dari kajian ini; dengan model membandingkan serta memperbedakan dua naskah di atas, diantaranya ialah: Pararaton, diawali dengan kisah kelahiran kembali (reinkarnasi) pendiri kerajaan Singhasari (1222-1292), sedangkan Babad Tanah Jawi, dimulai dengan pemaparan galur genealogis pendiri kerajaan Mataram (1582-1749) yang memadukan Dewa-Dewa Hindu, tokoh ceritera Pandawa, Nabi-Nabi Islam (sinkretis) serta raja-raja dari kerajaan sebelumnya. Tafsiran sangat menarik dari Johns ialah mengenai analogi antara perpindahan ”jiwa” dalam suksesi reinkarnasi Angrok dan perpindahan “regalia” atau pusaka kerajaan pada suksesi kekuasaan Senapati.
Johns berpendapat, bahwa makna tersirat dari pembandingan di atas ialah; baik Pararaton maupun Babad mengetengahkan dua tokoh yang memiliki syarat-syarat sebagai raja, yakni fungsi makro-mikrokosmik, dimana Ken Angrok memenuhi fungsi mikro-makrokosmiknya lewat pelbagai perjumpaannya dengan aneka kelas sosial –pencuri, penjudi, petani, pande besi, serta pertautannya dengan Brahmin Lohgawe, Ken Dedes, dan Mahayanist. Sedangkan bagi Senapati, pemenuhan fungsi kosmik tersebut ia dapat lewat pertaliannya dengan raja terakhir Majapahit, bidadari serta makhluk dunia bawah (dedemit), juga galur keturunan Demak dan unsur Islamnya. Johns kemudian menegaskan, perbedaan sumber “kekuatan” kedua tokoh ini ialah, bahwa fungsi kosmik dari Ken Angrok tidak disandarkan pada kerajaan/ kraton sebelumnya (achieved), sedangkan pada babad menjelaskan fungsi kosmik Senapati diturunkan dari kerjaaan sebelumnya atau bersifat askriptif (ascribed).
Makna tersirat berikut dari bagian pembukaan historiografi abu-abu (semi-historical exordia) adalah konsep dewa raja, sebagai salah satu syarat sebagai raja. Pararaton menetapkan sifat adi kodrati ini dengan penggambaran afiliasi antara Ken Angrok dengan Brahma, Vishnu, Siva; bersama-sama dengan pengidentifikasiannya sebagai Budha dan cakravartin. Sementara dalam babad, Senapati mendapatkan sifat adi kodrati ini dalam dua peristiwa, pertama saat Senapati terjaga dan bersamaan dengan adanya bintang jatuh; dan kedua kisah pertemuan dan pernikahannya dengan Njai Loro Kidul.
Thus, lewat kajiannya, Johns mampu menjadikan historiografi tradisional yang dianggap tidak mampu membedakan fakta dan fiksi, menjadi sumber sejarah yang kaya akan informasi; yakni menerangkan sejarah yang tidak tersurat (the unwritten history). Karya babad yang dipenuhi simbol-simbol, nampaknya ingin menerangkan “sesuatu dengan sesuatu”, sehingga memerlukan kejelian dan ketelitian serta cara pandang dari pendukung budaya babad. Sejarawan de Graaf pernah berujar, bahwa kesalahan terbesar sejarawan Barat dalam memahami babad, adalah dengan mulai mengkajinya dari bagian pendahuluan; alih-alih mengawali upaya akademisnya dari kejadian-kejadian yang dekat dengan masa hidup pengarangnya, sehingga mereka terjebak pada penilaian pejoratif pada hisotoriografi tersebut. Johns yang menggambarkan gagasan pengarang Pararaton dan babad kiranya telah mencoba menemukan semangat zaman (zeit geist) dari keduanya, serta memposisikan keduanya sejajar dengan sumber-sumber sejarah dari Eropa serta historiografi modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar