Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Abad Ke-18 Sebagai Kategori dalam Penulisan Sejarah Indonesia (J.C. Van Leur)


Nama                        : Suriani
No.Mhs                     : 12/338550/PSA/7236
Historiografi Indonesia Pada Abad-18
            Dalam tulisan ini Van Leur berusaha memperlihatkan penulisan sejarah “Indonesia” pada abad ke-18, yang dalam hal ini adalah berkutat pada penulisan sejarah “Kumpeni”. Namun pada akhirnya “indonesia” yang dimaksudkan disini bukanlah sepenuhnya Indonesia kita sekarang.  Selanjutnya Leur juga melihat perbandingan antara fakta-fakta yang bertolak belakang dengan penulisan sejarah pada masa itu. Leur menganggap abad ke-18 sebagai masa penting dalam pengungkapan penulisan sejarah kumpeni dan Indonesia selanjutnya karena “sejarah kumpeni” di abad ke-18 adalah bayangan cermin dari sejarah tanah air, juga dari sejarah Eropa di zaman itu”[1].
Kronologi dalam penulisan sejarah Indonesia pada abad ke-18 adalah kronologi yang berdasarkan pada pergantian jabatan Gubernur Jendral, karena pada masa tersebut, Indonesia yang sekarang berada dalam era VOC. Kronologi tersebut adalah krnologi yang digunakan oleh Du Bois, namun kronologi tersebut tidaklah relevan. Karena tidak melihat sejarah secara menyeluruh.
Leur mengungkapkan penulisan sejarah “Indonesia” dan wilayah Asia dengan bertolak pada aspek perekonomian dan perdagangan khususnya. Leur melihat penggambaran sejarah abad ke-18 dipenuhi dengan penderitaan dan kemelaratan yang tak terhingga. Padahal, di Asia, pada masa tersebut perdagangannya sangat berkembang. Penggambaran tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Mengambil contoh Inggris, yang pada tahun 1790 digambarkan dengan kesuraman dan ketakutkan akan masa depannya. Namun pada kenyataannya, Inggris masih sanggup bertahan dalam peperangan dua puluh lima tahun  dengan Prancis.
Penggambaran tersebut berpengaruh juga pada penggambaran sejarah Indonesia. Pada abad ke-18, Indonesia juga digambarkan sedang merana dan mengalami kemunduran dengan adanya penutupan akses perdagangan dengan dunia luar di pantai-pantai Indonesia dan kumpenilah yang menguasai segala-galanya. Namun catatan-catatan sejarah tidak ada yang membenarkan kenyataan tersebut, sumber-sumber tercatat dari kantor-kantor pemerintahan kumpeni di luar Jawa sangat sedikit. Akan tetapi, karena penulisan sejarah berpusat pada kumpeni, yang merupakan suatu kekuasaan politik, maka ada kebebasan pada“nya” untuk mengatur hal tersebut. Walau demikian, tidak semua penulisan itu tidak benar, tetap ada fakta yang memang benar.
Selanjutnya, jika dalam penulisan sejarah Indonesia pada abad ke-18 keluar dari bingkai kumpeni, maka ada fakta-fakta yang bisa diungkapkan, yang tadinya tersembunyi didalamnya. Contohnya adalah tentang aspek perekonomian Indonesia pada masa itu. Pada abad ke-18 tersebut,  di pulau Jawa ada komoditi gula dan kopi yang menjadi barang ekspor ke Eropa dan daerah luar Indonesia lainnya. Memang benar pada masa itu monopoli perdagangan kumpeni sedang berlangsung, namun kontak perdagangan dengan dunia luar masih tetap terjadi melalui penyelundupan. Sejarah penyelundupan barang-barang  ekspor dari Eropa dan Asia merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari susunan ekonomi dan bagian yang juga harus dipertimbangkan dalam menilai keadaan ekonomi Indonesia pada abad ke-18[2].
Ada hal menarik lainnya juga yang dibahas dalam tulisan ini, yaitu masalah kemunduran kumpeni atau yang dalam pengetahuan kita adalah VOC. Fakta korupsi dalam “tubuh” VOC lah yang menjadi penyebab kemunduran VOC sedikit digeser, ada fakta-fakta lain yang memainkan peran besar dalam kemundurannya. Alasan perekonomian bukanlah menjadi faktor utama, tapi ada faktor lainnya, seperti masalah ikatan politik dengan Ancien-Regime, dan kelumpuhan kumpeni di bidang maritim.
Melalui tulisan ini Leur mengungkapkan subjektivitas penulisan kumpeni terlihat begitu nyata. Leur mencoba menulis sejarah dengan sudut pandang yang berbeda, ia menempatkan dirinya dalam posisi yang bersebrangan dengan kumpeni. Namun Leur, yang memang merupakan bagian dari kumpeni itu sendiri, juga sedikit melakukan pembelaan terhadap kejelekan kumpeni (VOC), dengan fakta korup yang coba digeser dengan faktor-faktor lainnya.


           
           
           


[1] Van Leur. Abad Ke-18 Sebagai Kategori dalam Penulisan Sejarah Indonesia. hal.10
[2] Ibid, hal 26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar