Halaman

Kamis, 25 Oktober 2012

Tempayan Kalimantan Menurut Sebuah Teks Melayu Tahun 1839


Nama                         : Septi Utami
No. Mahasiswa        : 12/339799/PSA/7354

                                                                                                                                                  
Tempayan Kalimantan Menurut Sebuah Teks Melayu Tahun 1839

            Artikel ini mengkisahkan tentang penjualan tempayan di Kalimantan Barat pada abad ke-19. Dalam artikel ini dikisahkan tentang sejarah tempayan bermula hingga sampai ke Sintang, selain itu disebutkan pula tentang teks mengenai tempayan. Teks ini merupakan sebuah data-data tentang berbagai nama tempayan serta harga-harga tempayan sehingga dapat membantu para pembeli maupun pedagang untuk mengenali berbagai jenis tempayan. Hal ini dilakukan guna mencegah para pembeli tempayan untuk mendapatkan barang palsu. Tempayan disini merupakan sebuah perabot yang diambil para pedagang Sintang dari Jawa guna dijual kembali. Tempayan sendiri pada masa itu diceritakan berubah fungsi, yang awalnya sebagai tempat penyimpan perobat menjadi sebuah peralatan yang digunakan untuk menyimpan abu jenazah ataupun tulang belulang. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya orang-orang yang terpandang serta para kaum bangsawan saja yang dapat membeli tempayan, karena dapat dilihat dari harga-harga yang ditawarkan para pedagang. Penggambaran status sosial pada tempayang seperti yang disinggung di atas membuat pembuat gerabah dari Tiongkok untuk datang ke Kalimantan dan menetap di sana.
            Temapayan sendiri mengalami pergesaran dalam hal motif atau hiasan yang ada di tempayan. Banyak jenis model atau hiasan yang ditampilkan dalam artikel ini, tetapi yang paling menonjol adalah hiasan dari gambar naga pada tempayan. Dijelaskan oleh penulis bahwa awalnya naga itu hanya tergambar kecil di bagaian tempayan. Akan tetapi, ini berubah dengan berjalannya waktu. Tempayan-tempayan itu kini banyak dihiasi motif maupun gambar naga itu sendiri, seperti penambahan relief gambar di bagian pundak, gambar yang memperpanjang perut naga, dan menjadi gambar-gambar yang biasa dijumpai dari tempayan.
            Artikel ini bercerita pula bahwa terdapat ritus-ritus mistik yang tergambar di sebuah tempayan. Digambarkan bahwa tempayan merupakan penghubung orang hidup dan orang mati serta adapula cerita-cerita bahwa tempayan merupakan perwujudan dari seekor hewan. Hal tersebut dapat kita perbandingkan bahwa pada abad ke-19 dimana saat itu pengaruh Islam sudah menyebar bahkan daerah penyebarannya di Melayu, jarang sekali menemukan kisah-kisah mistis seperti di Jawa. Pernyataan tersebut dapat pula kita lihat sebagai adanya persinggungan antara pedagang Jawa dengan pembeli dari Kalimantan Barat. Adanya perjalinan suatu komunikasi yang memuat tentang cerita-cerita terkandung didalam tempayan berasal dari Jawa, daerah sebagai penghasil tempayang ini.
            Penulisan dari artikel ini memberikan banyak informasi yang dapat membantu pembaca untuk mengenal lebih dalam berbagai jenis tempayang. Selanjutnya, banyak cerita yang ditunjukkan untuk menggambarkan kehidupan di daerah Kalimantan Barat tersebut. Pengetahuan yang cukup baik tentang tempayan digambarkan dalam artikel yang menyebutkan bahwa terdapat pembeli yang membeli tempayan palsu. Hal ini dilakukan pembeli tempayan palsu ini dengan memperhatikan model ataupun hiasan dari tempayan palsu itu yang berbeda dari tempayan asli. Selain nama-nama tempayan artikel ini memuat tentang ukuran-ukuran dan bentuk dari tempayan. Akan tetapi, yang sangat disayangkan adalah artikel ini tidak memuat tahun tempayan-tempayan itu dibuat karena penulis tidak menemukan sumber tentang pembuatan tempayan.
            Penulis artikel ini juga menjelaskan dengan rinci tentang teks-teks melayu dan dicoba diartikan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, masih terdapat beberapa kata-kata yang kurang dimengerti bagi pembaca yang bukan orang Melayu. Hal ini disebabkan terjemahan teks itu yang sudah diartikan kedalam bahasa Indonesia, namun masih ada perkata maupun tantanan kalimat yang menggunakan bahasa Melayu sehingga membingungkan pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar