Halaman

Jumat, 26 Oktober 2012

Natural History: New Ways of Knowing


Nama               : Derta A
                        : 339987
 Natural History: New Ways of Knowing
By: William Marsden
Dari judul tulisan ini “Natural History: New Ways of Knowledge, ada satu hal yang sangat menarik untuk kita perhatikan. Sejarah alam: jalan baru ilmu pengetahuan, kurang lebih demikian arti judul tersebut. Sejarah alam memang sesuatu yang baru dalam penulisan sejarah, karena pada umumnya historiografi sejarah hanya menggambarkan tentang keadaan manusianya saja dan itupun terbatas pada orang-orang yang berhubungan dengan kekuasaan/ orang-orang besar, kalaupun  memasukkan data tentang keadaan alam sekitar hanya seperlunya saja; itupun biasanya dilakukan dengan mengambil penelitian-penelitian yang sudah ada.  Marsden mencoba menghadirkan sejarah alam, khususnya Sumatra dengan melakukan observasi secara langsung dan ia dengan sangat menarik menggambarkan keadaan alam di Sumatra.  
Selain itu, yang membuat tulisan ini menarik adalah karena memang penulisannya bukan dilatar belakangi kepentingan politik, sehingga dalam penggambarannya dapat dilakukan seobyektif mungkin. Meskipun tidak sepenuhnya benar, mengingat Inggris adalah negara industry, maka bagi Inggris mengetahui potensi alam suatu tempat sangat diperlukan untuk keperluan bahan mentah dan sekaligus mencari pasar baru bagi industry mereka. Menurut saya tulisan Marsden ini juga semacam “proyek” dimana Inggris merasa penulisan keadaan alam yang telah dilakukan sebelum Marsden kurang mempuni. Terlepas dari itu, kita tidak dapat memungkiri betapa besar sumbangan tulisan Marsan terhadap dunia luas untuk mengetahui alam Sumatra. Disamping itu, tulisan Marsden juga sangat berguna jika kita lihat konteks waktunya, dimana selat Malaka merupakan jalur perdagangan yang ramai, sehingga pengetahuan tentangnya bisa dikatakan mutlak diperlukan.
Dalam bukunya The History of Sumatra, yang banyak dikutip dalam tulisan Natural History ini, Marsden menggambarkan keadaan alam Sumatra secara cukup detail, antara lain gunung berapa, keadaan daratan, tanah, lautan di Sumatra dan lain-lain. Menurutnya
Ada beberapa gunung api yang terletak di Sumatra, yang dalam bahasa Melayu disebut gunong api. Lahar yang mengalir berasal dari daerah Priamang, tetapi tidak pernah terdengan kerugian yang ditimbulkan akibat lahar tersebut, hal tersebut mungkin dikarenakan memang penduduk di Sumatra pada waktu itu masih jarang.
Tulisan ini sangat berbeda dengan tulisan orang Belanda tentang nusantara, dimana kepentingan politiknya sangat terasa, bahkan hampir kita temui di setiap paragrafnya. Coba kita simak pernyataan dari van Leur dalam tulisannya yang berjudul “Abad ke 18 sebagai Kategori Penulisan Sejarah Indonesia” berikut ini: di kawasan Asia, pada abad ke 18, Iran, Birma, Cina dan Jepang masih sangat kuat jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa, termasuk Belanda. Bahkan menurut van Leur, kantor dagang kompeni di berbagai tempat mengalami kemunduran; di Iran dan Arabia ditinggalkan, di India berkurang artinya. Meskipun demikian, di Jawa kompeni mencapai suatu keberhasilan dengan membagi menjadi tiga kerajaan Mataram lama; Sunan, Sultan dan Mangkunegara (1755-1757). Van Luer juga mengatakan bahwa pada abad ke 18 tidak ada satu kawasanpun di Asia yang dikuasai bangsa Eropa. Bahkan ia menyatakan tahun 1799 rakyat Jawa mengalami sebuah kemakmuran. Dari pernyataan-pertanyataan di atas, nampak dengan sangat jelas, kepentingan politik atau tujuan politik dari tulisan van Leur tersbut; van Leur menulis artikel ini dengan membayangkan masa depan; suatu saat penduduk nusantara akan menuntut ganti rugi atas explorasi selama ini. Ia mencoba mengkambinghitamkan Inggris dan negera Asia lainnya seperti Cina. Nah di sini sangat terasa sekali perbedaan dari dua jenis historiografi. Lalu coba kita bandingkan dengan tulisan dari Marsden ini, tentu kita akan langsung tahu tulisan mana yang memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan.
Belanda memang kurang mementingkan daerah jajahannya (bagi mereka yang penting meraka mendapatkan keuntungan), sehingga hal tersebut berpengaruh pula terhadap penulisan sejarah yang mereka lakukan. Tidak demikian halnya dengan Inggris, yang  masih memperhatikan daerah jajahannya, setidaknya nampak dari karya Marsden The History of Sumatra.
Artikel ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari artikel ini, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa artikel ini memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap sumbangan yang sangat berharga dalam kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya cara baru dalam penulisan historiografi dan pengetahuan tentang Sumatra itu sendiri. Selain itu, menurut saya tulisan ini dapat dipercaya, karena memang merupakan observasi Marsden di Sumatra pada khususnya dan di nusantara pada umumnya. Adapun kekurangan dari tulisan ini yaitu pada umumnya hanya mendeskripsikan tentang keadaan alam saja, sehingga cendrung agak membosankan.

Bacaan
Marsden, William. 1811. The History of Sumatra, Containing an Account of the Government, Laws, Customs, and Manners of the Native Inhabitants. with a Description of the Natural Productions, and a Relation of the ancient Political State of that island.

van Leur. 1973.  “Abad ke 18 sebagai Kategori Penulisan Sejarah Indonesia” (terjemahan dalam bahasa Indonesia). 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar