Halaman

Kamis, 25 Oktober 2012

BEBERAPA TJATATAN MENGENAI PENULISAN SEDJARAH MAKASSAR-BUGIS (A.A CENSE)

NAMA: HERVINA NURULLITA
NIU     : 339971

BEBERAPA TJATATAN MENGENAI PENULISAN SEDJARAH
MAKASSAR-BUGIS (A.A CENSE)

Kebiasaan menulis bagi masyarakat Makassar-Bugis sudah terjadi sejak bertahun-tahun lamanya. Hal ini dibuktikan pada abad ke-17 dan 18 sudah ditemukan tulisan yang menceritakan tentang peranan para pejabat dalam kehidupan politik pada zaman tersebut. Tulisan-tulisan masyarakat Makassar-Bugis pada waktu itu dituangkan dalam buku harian yang sudah berangka tahun. Sehingga memudahkan pembaca dalam mengidentifikasi keterangan dalam tulisan tersebut. Selain buku harian masyarakat Makassar-Bugis juga menulis dalam bentuk teks-teks perjanjian, teks-teks mengenai hukum adat, surat-menyurat, ihtisar sejarah, kronik serta sanjak. Penulisan sejarah masyarakt Makassar-Bugis bermutu tinggi jika dibandingkan dengan sejarah di daerah lain, teks ditulis dengan sederhana namun riil dalam melukiskan fakta sejarah.
Pada awalnya penulisan catatan hanya berkisar pada topik orang-orang penting saja misalnya raja dan ditulis menurut pesanan pembuat cerita. Namun demikian terdapat banyak catatan orang-orang yang kurang penting yang menambah koleksi sumber serta dapat menjelaskan tentang gambaran keadaan masyarakat Makassar-Bugis pada waktu itu. Seperti telah dijelaskan pada pertemuan kuliah Historiografi sebelumnya mengenai Historiografi Melayu, bahwa teks-teks kecil dari orang biasa yang mungkin oleh sebagian orang diabaikan justru menjadi sangat penting bagi sejarawan dalam mengumpulkan bukti suatu peristiwa tertentu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Disini terlihat bahwa kesadaran menulis masyarakat Makassar-Bugis pada waktu itu sudah tinggi walaupun tujuan utamanya bukan murni penulisan sejarah tetapi untuk memperlihatkan kepada orang sejaman tentang apa yang dikerjakan oleh mereka dan nenek moyang mereka. Namun secara tidak langsung mereka juga menuliskan peristiwa sejarah karena dengan adanya tulisan-tulisan tersebut dapat dapat dijadikan sumber sejarah bagi masa kini. Dalam artikel tersebut dijelaskan mengenai penambahan serta perbaikan pada buku harian. Jika penambahan dan perbaikan tersebut dilakukan karena ditemukannya sumber pembanding baru yang kebenarannya terjamin maka hal tersebut dapat memperjelas fakta pada masa itu. Namun hal tersebut tidak dibenarkan jika penambahan dan perbaikan dilakukan semata-mata hanya karena tujuan dan tertentu oleh sekelompok orang.
Dengan ditulisnya teks perjanjian politik dengan sekutu ataupun daerah taklukan dapat diketahui bahwa pada abad 16-17 kerajaan Goa terus-menerus melakukan perluasan wilayah. Teks-teks perjanjian tersebut ditulis secara kronologis yang dicontohkan pada masa 1668-1737. Selain teks perjanjian politik juga terdapat catatan mengenai hukum adat. Catatan mengenai hukum adat dapat dijadikan sumber karena dari peraturan tersebut dapat diketahui tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu itu terutama dalam kehidupan bermasyarakat yang berhubungan dengan adat istiadat mereka. Dan diketahui bahwa masyarakat Goa pada waktu itu selalu berada pada tekanan penguasa asing, maka sering terjadi pergantian dan penghapusan adat pada masa pemerintahan Raja-rajanya, seperti yang dicontohkan oleh ucapan Raja Abdal-Djalil. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki tentang tata cara  kehidupan masyarakat, jika ada hal-hal yang sekiranya tidak baik untuk dilakukan maka harus dihapus dan digantikannya dengan peraturan yang baru dengan tujuan untuk menjadi lebih baik. Penulisan ichtisar sejarah pada masyarakat Makassar-Bugis umumnya bertujuan untuk kepentingan politik, misalnya penulisan tentang seseorang yang secara turun-temurun mendapatkan jabatan dalam pemerintahan. Sementara itu juga terdapat kronik, yang lebih banyak unsur dongeng daripada fakta. Namun satu hal yang menjadi nilai lebih dalam penulisan kronik yaitu tulisan dibuat runtut dan detail. Pada masa kedatangan islam, kronik-kronik tersebut ditulis kembali dengan sedikit mengubah cerita sehingga islam dapat diterima dengan baik. Melalui Sandjak-sandjak penulis memasukkan nilai-nilai suatu peristiwa sehingga dapat diketahui oleh masyarakat. Mungkin jika di Jawa sandjak ini dikenal dengan sebutan tembang. Dengan sandjak tersebut dengan mudah suatu cerita dapat diterima oleh masyarakat.
Kelebihan dari artikel A.A Cense ini adalah ia menjelaskan berbagai macam tulisan (yang telah disebutkan diatas) masyarakat Makassar-Bugis yang sudah tidak asing bagi masyarakat setempat dan tentunya mengandung nilai sejarah dan dapat dijadikan sumber sejarah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar