Halaman

Kamis, 25 Oktober 2012

ASIAN VALUES AND SOUTHEAST ASIAN HISTORIES (T.N HERPER) AND ON THE STUDY OF SOUTHEAST ASIAN HISTORY (D.G.E HALL)


NAMA                  : HERVINA NURULLITA
NIU                       : 12/339971/PSA/07380

ASIAN VALUES AND SOUTHEAST ASIAN HISTORIES (T.N HERPER) AND
ON THE STUDY OF SOUTHEAST ASIAN HISTORY (D.G.E HALL)

Tulisan D.G.E Hall mengenai “On The Study Of Southeast Asian History” mengemukakan tentang tulisan-tulisan dari berbagai sejarawan yang menulis tentang tema Asia Tenggara. Antara lain Bernard Philippe yang menulis “Angkor et le Cambodge au XVI sidcle d'apres les sources portugaises et espagnoles” (Paris, 1959) yang meneliti tentang peradaban kuno Khmer JG de Casparis meneliti tentang prasasti abad kedelapan dan kesembilan di Pulau Jawa, dari tulisan ini dapat kita ketahui tentang dinasti Syailendra, Paul Wheatley yang meneliti tentang pemeriksaan ulang tulisan Cina, Yunani, Arab, Persia dan India dalam bukunya yang berjudul “The Golden Khersonese”. Dan masih banyak lagi peneliti lainnya. Dalam penelitian para ahli tersebut hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pentingnya sumber-sumber dari Cina sebagai bahan perbandingan, epigrafi masing-masing daerah yang belum banyak diteliti, arkeologi, serta sejarah lisan dan tulisan dari masing-masing daerah yang masih perlu digali. Disini Hall juga menulis tentang “A History of South-East Asia”. Dalam bukunya tersebut Hall membagi Asia Tenggara menjadi empat periode (1) Periode pra Eropa, (2) Periode Asia Tenggara selama awal fase ekspansi Eropa, (3) Masa Ekspansi Eropa, (4) Nasionalisme dan tantangan terhadap dominasi Eropa. Dari tulisan Hall ini dapat dilihat bahwa masih diperlukannya kekhasan/identitas dalam penulisan sejarah Asia Tenggara karena masih banyak hal yang belum diungkap. Dari penelitian yang dijelaskan Hall disini, semua penulis adalah orang-orang Barat, untuk itu diperlukan para penulis (sejarawan) lokal yang meneliti tantang Asia Tenggara sehingga dapat membentuk identitas tersebut.
Tulisan T.N Herper mengenai “Asian Values and Southeast Asian Histories” (nilai-nilai Asia) menjelaskan tentang pandangan Barat terhadap Asia. Hal tersebut mulai muncul dan berkembang setelah Perang Dingin. Pada saat itu muncul anggapan dari Barat bahwa adanya kebangkitan Timur yang akan membahayakan Barat. Menurut Samuel Hutington, ada dua hal yang menurutnya menjadi kekuatan besar Asia untuk bangkit, yaitu islam dan konfusianisme. Islam dan konfusianisme menjadi sebuah kekuatan tersendiri tentang kebangkitan Asia. Karena kudua aliran tersebut mempunyai banyak penganut di Asia. Yang sebenarnya dua hal tersebut memiliki kesamaan dengan perdaban non-Barat. Hal inilah yang kemudian muncul istilah dari Samuel Hutington yang disebut sebagai “benturan peradaban”. Menurut saya,yang dimaksud dengan kebangkitan Asia adalah modernitas Asia itu sendiri. Tujuan dari modernitas Asia adalah untuk mengimbangi Barat. Sebenarnya “nilai-nilai Asia” adalah konstruksi Barat dan pembahasan mengenai Asia itu sendiri. Sedangkan menurut Asia, “nilai-nilai Asia” adalah penolakan terhadap sejarah Barat seperti kolonialisme Barat di Asia. Di Asia sendiri perdebatan mengenai “nilai-nilai Asia” adalah perdebatan tentang ‘mau dibawa dan bergerak kemanakah sejarah Asia’ itu sendiri. Hal ini menuntut kekhasan dari Asia dalam penulisan sejarahnya. Karena “nilai-nilai Asia” tersebut akan dapat dipahami dengan sendirinya jika Asia sudah bisa menemukan kekhasan pada dirinya dalam artian identitas penulisan sejarah Asia Tenggara. Oleh karena itu, perlu dikaji ulang tentang penulisan sejarah di Asia Tenggara. Upaya untuk merebut kembali kesadaran historis diawali oleh Cliffort Gertz, James Siegel, Shelly Erington, Ben Anderson, dan lain-lain yang memandang sejarah bukan hanya sekedar mitos. Serta biografi-biografi yang ditulis oleh sejarawan Asia Tenggara. Seperti Rudolf Mrazek yang menulis tentang biografi Sutan Sjahrir dan Helen Jarves yang menulis tentan Tan Malaka. Selanjutnya, nilai adat yang tidak bisa dipisahkan dalam penulisan sejarah memberikan pengaruh dalam penulisan sejarah Asia Tenggara. Penemuan kembali sejarah kolonial juga merupakan pemeriksaan ulang yang harus dilakukan dalam penulisan sejarah Asia Tenggara. Dari tulisan Herper ini dapat dipahami bahwa perlu adanya peninjauan kembali tentang penulisan sejarah Asia Tenggara sehingga kekhasan atau identitas dalam sejarah Asia Tenggara dapat dipahami.
Dari kedua tulisan tersebut, hal paling penting yang diungkapkan adalah mengenai pentingnya identitas Asia Tenggara dalam penentuan arah penulisan sejarahnya yang diketahui bahwa masih banyak hal yang perlu diungkap di Asia Tenggara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar