Nama : Hendra Afiyanto
NIM : 339981
Mata
Kuliah : Historiografi
Sejarah adalah sebuah
peristiwa tentang masa lalu tapi bukan masa lalu, sejarah itu selalu berjalan
maju tidak pernah berhenti ataupun mundur. Sejarah sebagai sebuah peristiwa
tentang masa lalu jelas memiliki dimensi temporal dan spasial yang sangat jauh
berbeda dengan kita sekarang. Adanya suatu batas dimensi spasial dan temporal
yang mengharuskan sejarawan menghadirkan sejarah masa lalu melalui sebuah
penulisan sejarah (historiografi). Lantas yang menjadi pertanyaan bagaimanakah
sejarawan menjelaskan peristiwa masa lalu untuk dihadirkannya dimasa kini?
Dengan penjelasan seperti apa dan pendekatan bagaimana sebuah peristiwa sejarah
dapat dihadirkan dimasa kini? Bagaimana sejarawan bekerja (historians at work)
dalam suatu penulisan sejarah?
Pada studium generale
yang dilaksanakan tanggal 20 Desember 2012 Prof. Vann menawarkan suatu
metodologi penelitian sejarah yang berbeda dari metodologi penelitian
kebanyakan,dan dia menamakannya methodological adventures. Tentunya metodologi
ini memiliki perbedaan dengan metodologi yang digunakan saat ini. Prof. Vann
mencontohkan penggunaan methodological adventures-nya pada research tentang French Colonial In Hanoi. Dia
menunjukkan methodological adventures-nya mampu memberikan pengaruh terhadap bagaimana
sejarawan bekerja (historians at work) dalam suatu penulisan sejarah? Sejarawan
seringkali mengalami titik kebosanan terhadap apa yang dia lakukan, mereka
berada ditempat aneh yang merupakan asing baginya, dan berkutat dengan tumpukan
arsip kuno. Prof. Vann dengan methodological adventures-nya menunjukkan bahwa ketakutan-ketakutan
seperti di atas tidak akan terjadi. Dia menyiasati proses heuristiknya tidak
hanya berkutat dalam lingkup tumpukan arsip-arsip, tetapi pada gambar-gambar
karikatur yang sedang populer saat itu. Gambar-gambar karikatur ini dapat
mewakili kehidupan sehari-hari (daily life) masyarakat Hanoi, baik dalam bidang
sosial, ekonomi, kesehatan, politik, dll. Sehingga gambar-gambar karikatur ini
juga memudahkan peneliti menginterpretasi hal apakah yang sedang terjadi saat
itu. Gambar-gambar karikatur ini juga membuat tiap halaman dalam tumpukan arsip
menjadi lebih menyenangkan. Jika kita analogikan gambar-gambar karikatur ini
dengan peristiwa sejarah di Indonesia sepertinya akan lebih menarik. Sebagai
contoh kita lihat salah satu gambar karikatur yang populer pada masa 1965, di
sana terdapat karikatur Presiden Soekarno dibonceng sepeda oleh seseorang yang
berbaju palu-arit menuju Halim, tetapi di baju Presiden Soekarno bertuliskan
ini keinginan saya. Arsip-arsip seperti gambar karikatur inilah yang membuat
penelitian tehadap tumpukan arsip menjadi lebih menyenangkan karena menimbulkan
beragam interpretasi dan kegairahan baru bagi sejarawan sebagai penelitinya. Selain
itu Prof. Vann juga menekankan pentingnya simbol-simbol sebagai sumber sejarah.
Sebagai contoh dia menggambarkan monumen-monumen di Vietnam yang memiliki arti
yang berbeda-beda. Monumen menurutnya memiliki roh sejarah yang melekat
didalamnya, jadi akan lebih menarik untuk diteliti manakala kita sudah bosan
terhadap tumpukan arsip. Prof. Van juga menyinggung masalah mikro history,
penekanan mikro history tentunya pada kehidupan sehari-hari (daily life).
Mengapa mikro history ini ditekankan, karena mikro history adalah gambaran umum
tentang sejarah sebenarnya. Mayoritas sejarawan sudah terlalu bosan terhadap makro
history, sehingga mulai bergeser teradap mikro history yang notabene masih
sedikit tersentuh.
Untuk materi dari Seng
Guo Quan penekanannya yaitu sejarah adalah aktivitas. Aktivitas yang dimaksud
menurut dia adalah aktivitas secara intelektual yang muncul dari ideologi
pelajar sebagai akibat rasa ingin tahunya. Di sini dia mencontohkan tindakan-tindakan
para tokoh sebagai wujud aktivitas mengubah sejarah, seperti E.P.Thompson, Lim
Cing Cong dan Ramachandra Guha. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh yang disebutnya adalah bagian dari sejarah karena muncul dari
aktivitas intelektualnya. Aktivitas-aktivitas ini juga muncul dari rasa
keingintahuan para tokoh untuk mengubah sejarah di negaranya masing-masing.
Jadi antara Prof. Vann dan Seng Guo Quan memiliki kesamaan fokus yaitu sejarah
sebagai sebuah aktivitas, sejarah sebagai wujud rasa keingintahuan. Selain itu
kesamaan lain yang dimiliki adalah sejarah sebagai sebuah karir. Perbedaannya
Jika Prof. Vann lebih memfokuskan pada metodologi sejarah dengan pendekatan
adventure-nya sehingga sejarah tidak terkesan membosankan dan lebih menarik,
yang disertai dengan studi contoh analisis gambar karikatur dan simbol-simbol
seperti monumen, maka Seng Guo Quan lebih menekankan pada contoh sejarah dalam
studi kasus gerakan sosial seperti di Singapura dan India, tetapi lebih pada
pendekatan tokoh dan aktivitas gerakan intelektualnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar