Nama
Nama : Wahyu Setyaningsih
NIM :
12/339547/PSA/07317
Prodi
: Ilmu Sejarah
Mata Kuliah : Historiografi
Dosen :
Dr. Sri Margana
PERBANDINGAN HISTORIOGRAFI INDONESIA MODERN: SARTONO KARTODIRDJO DAN RICKLEF
Dalam mengkaji mengenai sejarah
Indonesia tidak bisa lepas dari dua buku yang memberikan pemahaman mengenai hal
tersebut, yaitu Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 karya Ricklef dengan karya Sartono Kartodirdjo yang
berjudul Pengantar Sejarah Indonesia Baru-Jilid 2:
Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme.Kedua buku ini sangat menarik untuk
diperbandingkan guna mendapat pemahaman mengenai Sejarah Indonesia. Dua karya
yang dihasilkan oleh dua orang yang berbeda dari budaya, kebangsaan,
perspektifnya dan masih banyak lagi, meskipun peristiwa yang dikajinya hampir sama.
Maka, tidak heran jika kedua karya ini saling memberikan informasi mengenai
sejarah Indonesia. Bagaimanakah sejarah Indonesia dilihat dari perspektif
Indonesia sentris dengan persepektif dari Barat? Dalam tulisan ini akan kita
temukan bentuk-bentuk perbedaan dari Ricklefs dalam memandang sejarah Indonesia
dan Sartono dalam memandang sejarah Indonesia. Apakah ada dari keduanya
persamaan dalam memandang sejarah Indonesia?
Tujuan Ricklefs
menulis Sejarah Modern adalah untuk
memberikan sebuah narasi yang mendasar, tetapi rinci tentang sejarah Indonesia
sejak tahun ± 1300, sebuah pengantar tentang isu-isu penting dari periode
tersebut dan sebuah panduan terhadap sumber-sumber sekunder yang paling penting
yang diterbitkan (atau sumber-sumber primer di mana tidak ada sumber-sumber
sekunder yang memadai). Buku ini memberikan penjelasan mengenai sejarah
Indonesia sejak adanya kerajaan-kerajaan Hindu Buddha yang tertua di Indonesia.
Narasi rinci Ricklef ini bertujuan agar pembaca lebih mudah melakukan
generalisasi atau membantah generalisasi pihak lain melalui peristiwa pokok
yang dikemukakan. Lain halnya dengan Pengantar
Sejarah Indonesia Baru - Jilid 2, Sartono bertujuan untuk menguraikan
sejarah Indonesia sebagai suatu rekontruksi atau penggambaran kehidupan
bagaimana kehidupan bangsa Indonesia yang bisa kita lihat perkembangannya. Jadi,
Sartono lebih pada mengistimewakan penafsiran-penafsiran yang luas dari pada
Rickleft yang hanya memberikan narasi rinci saja. Maka, dalam bukunya Sartono
kita akan menyaksikan perkembangan sejarah Indonesia sebagai proses yang
kompleks sehingga jelas hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Selain itu
kita akan diperlihatkan pendekatan-pendekatan yang mencakup dalam berbagai
dimensi kehidupan sebagai suatu interaksi yang menghasilkan sistem atau
struktur.
Dalam karya
Ricklefs hanya mengutamakan sejarah Jawa saja, dari pada sejarah dari wilayah
Indonesia lainnya. Hal ini Ricklefs memberikan empat alasan, yaitu sejarah Jawa
telah banyak dikaji daripada pulau lainnya sehingga lebih dikenal; penduduknya
mewakili lebih dari separuh penduduk Indonesia; Jawa telah menjadi pusat dari
kebanyakan sejarah politik, baik di masa kolonial maupun masa kemerdekaan dan
menyebarkan pengaruh terhadap wilayah lainnya; dan atas wilayah Jawa seluruh
penelitian Rickleft terpusat. Maka, bagian dari karya Ricklefs ini merupakan
uraian atau ringkasan dari karya-karya orang lain yang daftarnya pun terdapat
dalam bibliografi, seolah hanya mengulang atau menambahkan dari yang
sebelumnya. Hal ini berbeda dengan bukunya Sartono yang mana ia tidak hanya
menekankan sejarah Jawa, tetapi sejarah dari daerah-daerah Indonesia lain dalam
perhatiannya. Hal ini karena, ia tidak hanya menulis ulang sejarah yang sudah
ada yang kemudian ditambahkan atau dikurangi. Namun, ia mencoba mengkaji lebih
jauh dengan menggunakan konsep integrasi sebagai alat analisis atau kerangka
teori. Maka, adanya metodelogis sejarah kritis yang dihadirkan oleh Sartono
dalam menyusun sebuah fakta sejarah sehingga sebagai seorang sejarawan harus
mampu mempertanggungjawabkan subyektifitas secara ilmiah. Selain itu, Sartono
juga memberikan pemahaman baru mengenai fungsi sejarah nasional sebagai
pemersatu dan pemelihara kesatuan nasional lewat kesadaran nasional Indonesia,
sehingga harus dibedakan ketika berbicara sejarah Indonesia dengan sejarah
nasional Indonesia.
Konsep
kesatuan historis yang diberikan oleh Ricklefs ini terdiri dari tiga unsur
fundamental, yaitu unsur kebudayaan dan agama: Islamisasi Indonesia yang
dimulai tahun ± 1300 sampai sekarang; unsur topik: saling pengaruh antara orang
Indonesia dan orang Barat yang dimulai tahun ± 1500 dan masih berlanjut; dan
historiografi: sumber-sumber primer sepanjang periode ini ditulis hampir secara
eksklusif dalam bahasa Indonesia Modern dan bahasa Eropa. Hal ini ada kesamaan
dan perbedaan dengan karya Sartono dalam Pengantar
Sejarah Indonesia Baru - Jilid 2. Persamaannya adalah keduanya sama-sama
menggunakan konsep kesatuan historis dalam memandang sejarah Indonesia. Konsep
kesatuan ini dalam pandangan Sartono sebagai konsep kunci dalam memandang
sejarah Indonesia adalah sejarah total, sejarah Indonesia dapat dipandang
sebagai proses perkembangan yang secara lambat laun dan kontinu mewujudkan
integrasi, sejak zaman prasejarah sampai masa kini yang akhirnya menghasilkan
bentuk integrasi.
Dengan
demikian, menurut saya historiografi Sejarah Indonesia yang ditulis oleh Ricklefs
lebih menekankan pada sebuah narasi-narasi saja, tanpa adanya upaya untuk melakukan
rekontruksi, analisis dan sintesis terhadap fakta-fakta yang ada. Di sisi, Ricklefs
lebih pada skope temporal yang panjang dalam menjelaskan sejarah Indonesia,
tetapi tidak terlalu detail terhadap setiap peristiwa-peristiwa yang terjadi,
dan menurut saya buku itu judulnya kurang relevan jika Sejarah Indonesia Modern, karena buku itu lebih membicarakan
mengenai sejarah Jawa, maka lebih relevannya Sejarah Jawa saja. Tulisan Ricklefs
ini yang hanya merupakan uraian atau ringkasan karya-karya orang lain, dan juga
lebih banyak menggunakan perspektif Barat, sehingga sebagai seorang sejarawan
harus mampu membaca sumber sejarah.
Sejarah
Indonesia yang ditulis Ricklefs tidak jelas landasan kontruksi yang
melandasinya dalam menuliskan sejarah Indonesia. Hal ini berbeda dengan Sartono,
di mana ia menggunakan suatu kontruks yang berlandaskan pada konsep geopolitik
dalam menjelaskan sejarah Indonesia. Maka, periodisasi yang dilakukan oleh
Sartono hanya sebagai kerangka atau batasan waktu secara kasar. Selain itu,
kita sering menjumpai adanya mitologisasi dalam historiografi Indonesia, yang
mana mitos tersebut juga tidak serta negatif, tetapi ada positifnya dalam
kesatuan Indonesia sehingga seorang sejarawan harus menggunakan metode sejarah
kritis dalam mempertanggungjawabkan subyektifitasnya secara ilmiah. Banyak
sekali ketidaksinkronisan dalam proses sejarah Indonesia, terutama dalam ongelijktijdige gelijktijdigheid yang
mengacu pada pengaruh-pengaruh aliran-aliran besar. Sartono juga memaparkan
mengenai Indonesia sentris dalam merekontruksi sejarah Indonesia, maka kuncinya
adalah peranan politik yang dimainkan oleh pelaku-pelaku Indonesia, baik dalam
interaksinya di dalam sistem sosial politik maupun faktor-faktor di luar
sistem. Menurut saya pendekatan mulitidimensional yang diperkenalkan oleh
Sartono sangat penting dalam mengkaji sejarah Indonesia yang notabane antar-satu
bidang dengan bidang lain tidak bisa dipisahkan, karena ada keterkaitannya,
sedangkan di buku Riklefs kurang memperhatikan hal tersebut. Jadi, saya menilai
karya Sartono lebih baik daripada Ricklefs.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar