Halaman

Selasa, 08 Januari 2013

Tugas Review BAB II “Meneliti Lewat Mata Imperialisme, Dalam Buku Metodologi Dekolonisasi”, karya Linda Tuhiwai Smith



Nama              : Hendra Afiyanto
NIM                : 339981
Mata Kuliah  : Historiografi

Mengutip pernyataan “Sejarah Itu Adalah Tentang Masa Lalu, Tetapi Bukan Masa Lalu”, mungkin pernyataan ini bisa membuka pembicaraan kita. Perlunya sebuah klaim kebenaran (truth of claim) dari sejarah membuat semakin banyaknya penelitian sejarah dan historiografi. Munculnya kesadaran akan sebuah klaim kebenaran membedakan (distinguish) epistemologi antara kolonial dengan indigenous (penjajah vs bangsa terjajah) tentang historiografi. Pertanyaan timbul dari argumen di atas adalah seberapa pentingkah klaim kebenaran atas sebuah sejarah? Seharusnya sebuah epistemologi tidak membuat perbedaan klaim kebenaran melainkan membuat kesamaan klaim kebenaran. Adanya konsep kolonial dengan indigenous (penjajah vs bangsa terjajah) memunculkan konsep baru yaitu “anti” yang mengarah pada sikap merendahkan (underestimate).
Dalam review bab II “Meneliti Lewat Mata Imperialisme, Dalam Buku Metodologi Dekolonisasi”, karya Linda Tuhiwai Smith memfokuskan pandangan dan kritik orang-orang pribumi terhadap penelitian akademis dari orang luar. Menurutnya penelitian barat menempatkan dirinya dalam tradisi positivisme dan memandang bagaimana cara dunia alamiah bisa dikaji dan dipahami bagi dunia sosial. Essence (pokok)  dari permasalahan adalah dunia sosial memiliki obyek kajian masyarakat dan masyarakat itu selalu berkembang, sehingga tradisi positivisme tidak dapat digunakan. Bentuk-bentuk penelitian barat juga berfokus pada ide-ide kultural tentang diri manusia dan hubungan antara individu dengan kelompok, sehingga sangatlah jelas tradisi positivisme tidak bisa diterapkan.
Munculnya perbedaan konsep penyebutan barat dan pribumi tergantung pada sudut pandang mereka. Bangsa terjajah melihat barat sebagai sebuah kohesif orang-orang, nilai dan bahasa. Pengertian ide tentang nilai dan bahasa direpresentasikan barat menjadi sangat penting karena penelitian barat didukung sistem klasifikasi, representasi, pandangan sifat manusia, moralitas, konsep ras dan gender, konsep ruang dan waktu. Dari konsep ide ini penjajah mempunyai bahasa dan pengetahuan yang sama tentang kolonialisasi dan bangsa terjajah memiliki bahasa kolonialisasi yang sama sebagai suatu budaya yang sama. Konsep barat tentang rasial dan gender bagai sebuah sisi mata uang. Gender bukan hanya merujuk pada peran wanita, tetapi lebih pada hubungan antara wanita dengan laki-laki. Menurut perspektif bangsa terjajah bahwa pandangan barat tentang gender meninggalkan dampak nyata bagi wanita pribumi. Barat pada abad 19 sangat memarginalkan masyarakat pribumi khususnya wanita pribumi.
Barat mendefinisikan bahasa tentang ruang dalam penelitiannya sebagai sebuah cara pandang masyarakat, kosmologi, cara mendefinisikan peran gender, dll. Dalam pemikiran barat ruang sering dipandang sebagai sesuatu yang statis dan terlepas (berbeda) dengan waktu. Ruang sangat berhubungan dengan kolonialisme dan dapat dikategorikan dalm tiga konsep. Pertama konsep garis yaitu memandang ruang dalam hubungannya dengan tanah, tapal batas, dll. Kedua konsep pusat yaitu memandang ruang dalam orientasinya kepada sistem kekuasaan. Ketiga konsep luar yaitu memandang ruang dengan cara menempatkan orang dan wilayah dalam suatu hubungan oposisional terhadap pusat kolonial. Barat juga selalu menghubungkan waktu dengan aktivitas sosial bagaimana orang lain mengorganisir kehidupan sehari-hari. Sehingga waktu memiliki koherensi dengan kerja dan barat merendahkan pribumi sebagai masyarakat pemalas yang kurang menghargai kerja (tidak memiliki pandangan tentang waktu). Pandangan liniel tentang ruang dan waktu adalah hal penting untuk mengkaji ide-ide barat tentang sejarah. Ide-ide barat tentang individu dan komunitas, ruang dan waktu, pengetahuan dan penelitian, imperialisme dan kolonialisme bisa ditarik bersama-sama dalam konsep jarak. Pranata imperial maupun kolonial adalah sebuah sistem pranata yang membentang dari pusat ketempat-tempat yang sangat jauh.
Jika kita melihat secara utuh ide, konsep atau gagasan tentang gender, ras, ruang, waktu, dalam sebuah penelitian dll adalah suatu bentuk  legitimasi yang memastikan agar kepentingan barat tetap dominan. Menurut saya kelebihan dari chapter ini adalah penulis mampu menunjukkan bahwa bangsa terjajah atau pribumi juga memberikan sumbagan terhadap penelitian barat. Mereka tidak hanya sebagai obyek spesimen penelitian barat (perspektif barat), tetapi mereka manusia yang membantu dalam terciptanya peradaban ilmu pengetahuan barat. Kelemahan buku ini secara eksplisit adalah bahasa yang sulit dipahami mungkin disebabkan buku ini adalah terjemahan. Tetapi secara implisit buku ini bisa memunculkan sikap antikolonialis yang mengarah pada sikap ultrachauvinisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar