Nama : Akhmad Ryan Pratama
NIM : 12/339260/PSA/7260
Dalam artikel yang ditulis oleh
Anthony H. Johns disebutkan pengaruh mitos yang sangat kuat dalam historiografi
Jawa. Anthony berpendapat bahwa elemen kebudayaan dari luar (Dalam tulisan ini
disebutkan pengaruh dari Hindu, Budha, dan Islam) merupakan suatu penghalang
bagi peneliti dari Indonesia yang berusaha untuk menjelaskan fakta yang sebenarnya
dari sumber-sumber historiografi yang substansi penulisannya telah tercampur
dengan kebudayaan dari luar nusantara.
Anthony mengambil dua sumber historiografi
Jawa yaitu Kitab Pararaton dan Babad Tanah Jawi untuk dikomperasi dan dijadikan
sebagai sarana yang dapat merepresentasikan objek dari penelitiannya. Anthony
ingin mengetahui bagaimana legitimasi kekuasaan seorang raja Jawa dibangun
menggunakan historiografi yang dibumbui dengan unsur gaib, dan metafisik. Pada
awal artikel ini Anthony menceritakan hal yang menurutnya paling penting dari
kitab Pararaton yaitu bagaimana karir Ken Arok sebagai pendiri dari dinasti
Singhasari. Dalam kitab pararaton diceritakan bahwa Ken Arok merupakan seorang
titisan dewa, dan memang sudah ditakdirkan untuk menjadi raja. Ia pun
memutuskan untuk membunuh Tunggul Ametung agar dapat memperistri Ken Dedes
serta mengambil alih tahta Tunggul Ametung. Untuk melaksanakan rencana tersebut
maka Ken Arok meminta Mpu Gandring utnuk membuat keris yang mampu membunuh
Tunggul Ametung. Dalam kitab Pararaton ini Anthony memang tidak menyangkal
bahwa pernyataan yang menyebutkan Ken Arok merupakan titisan dewa merupakan
suatu pernyataan yang tidak masuk akal. Namun setelah Ken Arok menjadi raja
maka dalam kitab Pararaton tersebut terdapat suatu fakta sejarah, yang tentu
saja kebenarannya telah diverifikasi dengan menggunakan sumber pada masa itu,
yaitu catatan-catatan dari Cina. Anthony juga berpendapat bahwa penulis kitab
Pararaton tidak bisa membedakan antara fiksi dengan fakta dan antara fantasi
dan realita.
Menurut
Anthony penulisan kitab Pararaton pada masa itu tidak terlepas dari budaya Jawa
menegenai konsep pemahaman alam dan fungsi dari raja itu sendiri. bagi orang
Jawa fungsi dari seorang Raja atau pemimpin ialah mampu menghubungkan antara
masa lalu dengan keadaan saat ini dan masa depan. Namun hal yang paling penting
bagi seorang pendiri dinasti agar memperoleh legitimasi kekuasaan dari
rakyatnya ialah ia harus memperoleh sesuau kekuatan yang gaib bisa berupa
dukungan para dewa, atau kemampuan yang lebih hebat daripada orang biasa. Pada
awal kekuasaanya seringkali para kandidat penerus raja tidak tahu bagaimana
memperoleh legitimasi kekuasaan. Karena itu para kandidat tersebut harus
bekerja keras untuk menciptakan mitos tentang dirinya yang kemudian disebarkan
kepada rakyatnya. Secara garis besar Anthony mengatakan bahwa Kitab Paraton
bukan lagi hanya sebuah dongeng yang tidak masuk akal, namun kitab Pararaton
merupakan gambaran bagaimana konsep Jawa menerangkan pencapaian legitimasi
raja-raja pada masa itu.
Sumber
kedua yang digunakan oleh Anthony ialah Babad yang mulai dikembangkan pada masa Sultan Agung (1613-45). Penulisan
Babad sendiri jauh lebih rumit daripada kitab Pararaton. Dalam pembukaan Babad
Tanah Jawi disebutkan urutan genealogis yang berawal dari nabi Adam dan juga
dicampur dengan dewa-dewa Hindu dan nabi-nabi yang berada dalam konsep agama
Islam. Penulisan dalam babad sudah terakulturasi oleh agama Islam sehingga
dalam babad terkadang ditemukan bahasa arab. Dalam penulisan babad seringkali
tokoh atau objek dari tulisan tersebut digambarkan memiliki kesaktian yang
melebihi orang biasa.
Anthony
berpendapat bahwa perbandingan dari kedua sumber tersebut yakni babad dan
Pararaton mengindikasikan adanya perubahan sosial yang berlangsung dalam
masayarakat Jawa. Pengembangan Mitos dan simbol memainkan peranan yang lebih
penting dalam penulisan Babad Tanah Jawi ketimbang Pararaton. Anthony juga
mengingatkan bahwa untuk menemukan fakta dalam sumber-sumber tersebut diperlukan
ketelitian dalam membaca dan menganalisis konsep tersebut secara hati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar