Halaman

Kamis, 10 Januari 2013

Tempayan Kalimantan: Bukan Hanya Sebagai Komoditas Perdagangan


Nama   : Akhmad Ryan Pratama
NIM    : 12/339260/PSA/7260
Salah satu teks melayu yang diterjemahkan dalam buku Sultan, Pahlawan dan Hakim karangan Henri Chamber Loir ialah teks mengenai manual atau panduan yang menjelaskan mengenai berbagai macam jenis Tempayan. Panduan yang dituliskan dalam bahasa melayu dan menggunakan huruf arab ini mendeskripsikan jenis-jenis Tempayan. Adanya pendeskripsian mengenai jenis-jenis Tempayan ialah untuk memudahkan para pedagang menafsirkan jumlah harga Tempayan tersebut.
Teks melayu tersebut menjelaskan secara detail jenis-jenis tempayan, dimulai dari seberapa besar ukuran Tempayan tersebut, motif-motif yang digunakan, bentu-bentuk Tempayan semuanya disebutkan dengan sangat detail dan jelas. Setiap motif yang terdapat didalam Tempayan dijelaskan secara satu persatu. Penilaian serta pendefinisian Tempayan didasarkan kepada pola-pola hiasan yang ada pada tubuh Tempayan tersebut. Dalam teks Melayu tersebut pola-pola dalam Tempayan tersebut dijelaskan menggunakan istilah-istilah yang terkadang penulis buku tersebut juga masih kurang yakin dengan penafsirannya terhadap Teks Melayu tersebut.
Tulisan dalam buku tersebut juga mengakui adanya kesulitan dalam penafsiran teks-teks Melayu. Kendala tersebut biasanya ialah satu kata dapat dieja dengan beberapa cara yang berbeda. Teks melayu tersebut juga sangat sulit untuk dimengerti dikarenakan banyaknya istilah yang digunakan dan adanya penggunaan sintaks yang kurang jelas.
Kegunaan Tempayan sebagai tempat penyimpanan makanan yang mudah membusuk. Hanya saja tidak ada sumber lain yang menjelaskan mengapa orang Dayak menggunakan tempayan tersebut sebagai tempat penyimpanan Jenazah? Padahal seperti yang diketahui bahwa kerajinan Tempayan tersebut bukan berasal dari Dayak. Teks tersebut juga tidak menjelaskan bahwa konsumen terbesar atas komoditas Tempayan tersebut ialah orang-orang Dayak. Yang menjadi pertanyaan saya ialah sejak kapan orang Dayak menggunakan Tempayan sebagai tempat suci penyimpanan jenazah mereka? Apa motif orang dayak menggunakan Tempayan yang berasal dari Cina dengan motif yang semakin rumit?. Menurut saya teks Melayu tersebut juga menjelaskan orang dayak mulai mengenal uang ketika mereka akan membeli tempayan tersebut dari pedagang-pedagang Melayu. Adanya teks Melayu tersebut menimbulkan bahwa dalam perdagangan Tempayan juga terjadi sebuah rivalitas, karena teks melayu tersebut digunakan untuk menjadi petunjuk bagi para pedagang Tempayan agar tidak ditipu atau mengalami kerugian ketika melakukan perniagaan.
Teks Melayu yang berisi panduan mengenai jenis Tempayan ini berkaitan erat dengan adanya perdagangan Tempayan yang berasal dari luar Kalimantan. Apalagi disebutkan bahwa pola-pola dalam Tempayan tersebut bermotif Naga, dengan motif tersebut sangat jelas terlihat bahwa Tempayan bukan merupakan komoditas yang dihasilkan di Kalimantan. Perdagangan Tempayan yang merupakan komoditas impor juga sudah cukup mejelaskan bahwa pada masa itu telah terbentuk jaringan serta rute perdagangan yang cukup baik. Seperti yang dituliskan oleh Han Knappen dalam bukunya yang berjudul Forest of Fortune? The Environmental History of Southeast Borneo bahwa ternyata sejak tahun 1700 sudah ada eksploitasi alam yang dilakukan oleh pemerintah colonial yang kemudian diikuti dengan aktivitas perdagangan. Interaksi intensif antara orang-orang Eropa dengan suku-suku pedalaman asli seperti dayak mungkin saja telah mempengaruhi kegiatan perekononomian orang Dayak. Dalam hal ini penggunaan mata uang berupa gulden dalam pembelian Tempayan oleh orang dayak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar