THE
ROLE OF STRUCTURAL ORGANISATION AND MYTH IN
JAVANESE
HISTORIOGRAPHY
ROGER KEMBUAN
Tulisan yang berjudul The Role of Structural
Organisation and Myth in Javanese Historiography karya Anthony H. Johns diterbitkan dalam The Journal of Asian Studies, Vol. 24, No. 1, November 1964 dengan jumlah 9
halaman, Penulisnya adalah professor Bahasa dan Sastra Indonesia dari
Australian National University. Dalam tulisan ini penulis mengkaji dua naskah: Pararaton dan Babad Tanah Jawi.
Kedua naskah tersebut menceritakan sejarah Jawa dari sudut pandang
historiografi tradisional.
Bagian pertama artikelnya Johns menyinggung Sejarah
Melayu dari kronik Kerajaan Malaka, sama seperti umumnya historiografi
tradisional, pada bagian awal ceritanya sering menimbulkan keraguan dalam
kontek keabsahannya sebagai sumber sejarah, dikarenakan kentalnya unsur dongeng
dan sesuatu yang diluar nalar (logika) yang melekat dalam narasinya.
Kajiannya difokuskan pada bagian awal naskah
(PROLOGOMENA) untuk mengkaji peranan mitos organisasi struktural yang ada dalam
dua karya historiografi tradisional Jawa tersebut. Secara singkat bagian awal
naskah Pararaton ditujukan untuk membangun citra Ken Angrok sebagai pendiri
Kerajaan Singasari, sementara pada Babad Tanah Jawi bagian awal ditujukan untuk membangun citra yang sama bagi Sultan
Agung. Prologomena kedua naskah tersebut dapat kita lihat disini adanya
percampuran antara fiksi dan realita, tapi menurut Johns keduanya dapat
dipisahkan untuk memperoleh fakta sejarah yang dapat dijadikan sebagai sumber
dalam memahami sejarah Jawa.
Selanjutnya
menurut Johns, ada perbedaan dalam cara penyampaian citra tersebut. Dalam Pararatron
citra agung Ken Angrok diperoleh melalui kisah perjalanan hidupnya terutama perilakunya
yang merupakan perpaduan kebaikan dan kejahatan dan hasil dari interaksi
kelompok sosial. Dua hal yang bertentangan namun ada dalam diri manusia. Sedangkan
penggambaran citra Senapati dalam Babad Tana Jawi disajikan dalam mitos dan simbol yang tidak terlepas dari hubungan
genalogis.
Baik dalam Pararaton
maupun dalam Babad Tanah Jawi, fungsi makrokosmos dan mikrokosmos raja dibangun
untuk membentuk legitimasi dengan penyampaian sifat-sifat kedewaan telah
disampaikan secara rinci dan cukup jelas. Anthony Johns dengan sangat baik menghubungkan mitos-mitos dalam
penggambaran asal-usul raja dengan konsep kekuasaan dalam masyarakat Jawa
Hal-hal umum yang dapat kita lihat: kedua naskah tersebut memiliki periodisasi dan setting
lokasi yang berbeda. Pararatron di awali pada zaman kerajaan Singasari di
bagian timur jawa (1222) dan Babad tanah Jawi pada zaman kerajaan Mataram di
Jawa tengah (1582). Sedangkan soal aspek budaya yang mempengaruhi kedua tulisan
tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut: Pararatron dipengaruhi oleh Hindu Budha Sanserkerta, sedangkan dalam
Babad Tana Jawi adalah gabungan pengaruh Hindu dan Islam
Dalam kaitannya
sebagai sumber historis, Babad Tanah Jawi seperti yang dikemukakan oleh Johns
mengemukakan fakta yang sahih tentang runtuhnya Majapahit dan munculnya
kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa yaitu Demak. Hal ini dapat dilihat
ketika dikomparasi dengan sumber-sumber lainnya, misalnya sumber-sumber china
di masa yang sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar