CONJECTURAL
HISTORIES
Roger Kembuan
Dalam tulisan ini, secara umum Mary
C. Quilty mengkaji tentang model-model historiografi oleh penulis-penulis
Inggris tentang sejarah Asia Tenggara kedalam 3 bagian besar. Sumber-sumber
historiografis yang dipakai adalah tulisan sejarah dari lima orang penulis
Inggris yaitu Raffles, Marsden, Crawfurd, Anderson dan Symes.
Dalam bab ke 2 buku ini dibahas
tentang Conjuctural History, Konjungtural
menurutnya adalah sesuatu yang dilakukan penulis-penulis yang menggunakan
penilaian-penilaian dan dugaan-dugaan terhadap sejarah yang dimaksudkan untuk
mengisi kekosongan sumber sejarah dan menggunakan interpretasi (penilaian) tersebut
dalam menyusun narasi sejarah masyarakat yangdiwujudkan dalam kategorisasi.
Sebuah paham yang populer mulai pada abad ke 18.
Hal berikutnya yang menarik
adalah melihat “origin of language” dalam menentukan akar/asal usul dari
masyarakat dan kemudian dapat menentukan kategori tingkat kehidupan suatu
masyarakat. Dalam tulisan ini menyinggung tentang bahasa sanserkerta dan Polynesian.
Paradigma Bahasa yang berkembang pada abad ke 18 yang menyatakan ihkwal
kebudayaan dapat dilihat dari bahasa sebagai sesuatu yang dapat menggambarkan sebuah
masyarakat.
Berdasarkan Teori Adam Smith
sejarah perkembangan masyarakat dibagi ke dalam empat tahapan yaitu : pertama
era para pemburu (hunter), yang kedua para penggembala (shepherd), ketiga
bertani (husbandmen) dan yang keempat yaitu perdagangan (commercial).
Kategorisasi 4 langkah perkembangan masyarakat ini menyediakan jalan untuk menunjuk dan
mengklasifikasikan tahapan perkembangan masyarakat berdasarkan waktu yang oleh
Marsden, Raffles dan Crawford didefinisikan sendiri untuk bisa menggambarkan
sejarah masyarakat dalam tulisan mereka.
Marsden secara tidak langsung
melakukan penggolongan masyarakat sumatra asli (Rejang dan Batak) dan campuran Melayu yang lebih
rendah berdasarkan bahasa. Dalam menjelaskan narasi dalam History of Sumatra, Raffles cenderung melihatnya pada sisi perkembangan
alami Jawa telah digagalkan oleh intervensi Belanda, ia merujuk pada “Glory of
the Java past” (Mereka mengelompokkan kebudayaan Jawa sama dengan dengan
kebudayaan Yunani Kuno dan Skotlandia kuno, dan disamakan dengan jaman feudal di
Eropa) yang secara sengaja dirusak oleh Belanda. Raffles mengatakan seharusnya
masyarakat Jawa dibiarkan tetap pada kondisi sebelum intervensi belanda (feudal
state) sehingga mengikuti alur alami untuk masuk ke dlaam perdagangan bebas
yang pimpin oleh Inggris. Sedangkan Crawfurd menekankan pada determinisme
lingkungan dan rasial yang sangat berbeda dengan Marsden dan Raffles.
Kategorisasi yang ia buat yaitu membagi masyarakat di Hindia menjadi 2 bagian
besar yaitu ras coklat dan ras berkulit
hitam untuk merujuk pada tingkatan mana mereka berada dalam sebuah masyarakat.
Penggolongan atau kategori (Marsden,
Raffles dan Crawfurd) ini lekat dengan cara berpikir
orientalis, masa lalu koloni-koloni barat seperti contohnya Asia
Tenggara, digambarkan
seperti koleksi museum yang
statis. Konstruksi atas masa lalu
yang dihasilkan hanya berfungsi untuk menyenangkan pembacanya yaitu para
pendukung imperialisme dan kolonialisme, yang melihat koloni disatu sisi
memiliki sesuatu eksotis dan memancing berbagai keingintahuan namun di sisi yang
lain rasionalisme orang barat menempatkannya sebagai tanah yang tak beradab
(Edward Said). Pemahaman terhadap konstruksi ini dimanifestasikan dalam
berbagai sumber sejarah yang ditulis oleh orang barat seperti: arsip-arsip,
dokumen, laporan perjalanan, laporan-laporan dari para pegawai pemerintah
kolonial
Kesimpulan yang bisa diambil
adalah, ketiganya menggunakan conjectural
history untuk melegitimasi dominasi Eropa terhadap Asia Tenggara yang
dimanifestasikan secara berbeda yaitu Marsden untuk melakukan pelestarian
terhadap budaya primitif di Sumatra dengan kebijakan isolasi oleh Inggris (di
Bengkulu), sementara Raffles ingin membangkitkan kembali kejayaan Jawa di masa
lalu tapi dalam lingkup ekonomi Inggris dan Crawfurd memprediksi dan
melegitimasi kolonisasi Eropa di asia tenggara sebagai sesuatu yang alami
dikarenakan tingkatan kebudayaan mereka yang lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar