Nama :
Hendra Afiyanto
NIM :
339981
Mata Kuliah : Historiografi
Artikel berjudul Textual
Empire,Sex, Race and The Contract sangat menarik untuk dipahami. Adanya
keterikatan antara Gender dan Ras dengan perjanjian universal dan teori ekonomi
umum. Pengaplikasian teori ekonomi tidak berlaku lagi ketika diterapkan pada
jenis kelamin dan ras, tetapi lebih pada perjanjian dengan prinsip yang tepat. Maksud
dari perjanjian ini adalah kewajiban untuk memenuhi perjanjian, seperti contoh
dalam kontrak social biasanya hubungan ekonomi ditandai dengan perjanjian
pertukaran ataupun perlindungan yang menguntungkan. Peristiwa semacam ini dapat
dicontohkan dengan adanya perjanjian antara East Indian Company (EIC) dengan
Sultan di Asia Tenggara. Inti perjanjian ini adalah sang sultan meminta bantuan
dan perlindungan dari Inggris sebagai gantinya sultan harus mau meninggalkan
“kekuasaannya” dan mau memberi sedikit daerah kekuasaannya. Anderson dalam
pandangannya menilai bahwa kedudukan sultan bukan berarti di bawah Inggris,
tetapi lebih pada rasa menghormati sahabat dan mengakui hak-hak negara
tetangga. Gagasan tentang perjanjian social ini mungkin dapat mencerminkan
adanya pemikiran baru bahwa dalam kegiatan ekonomi tidak semata-mata karena
keuntungan tapi juga moralitas. Peristiwa ini sungguh merupakan sebuah
transformasi besar, yaitu muncullya konsep moralitas dalam ekonomi liberal.
Adanya persepsi seperti di atas banyak memunculkan rasa keberatan
pada diri Symes, dkk. Bahwa perjanjian tidak sebagai jaminan keuntungan
bersama, apalagi memperlakukannya secara sederajat. Asumsi seperti ini coba
dijelaskan oleh dugaan sejarah Locke. Dia menjelaskan bahwa diduga
sebelumnya adanya konsep patriarchal
(konsep bapak dan anak). Inggris yang saat itu diumpamakan sebagai bapak
memiliki anak yang terletak jauh di Sumatera. Hal ini bisa dibuktikan dengan
adanya hubungan yang intens sejak abad ke 17 antara EIC dengan Kesultanan Barus
dan Siak.
Symes punya pandangan bahwa berkembangnya ekonomi sangat tergantung
pada populasi dan berkembangya populasi bergantung pada reproduksi seksualitas
wanita, karena menurutnya lebih banyak orang lebih baik. Tapi adanya pernyataan
seperti ini membuat wanita menyesali kemampuan reproduksinya. Raffles pernah
mengatakan bahwa perkembangan populasi bukanlah sesuatu yang sebaiknya
dikurangi dan berkurangnya populasi adalah memang berakibat pada berkurangnya
penguasaan akan perdagangan, sehingga berdampak pada menurunnya kemampuan
mengendalikan perekonomian.
Jika kita bandingkan antara Historiografi Tradisional Indonesia
dengan Historiografi Modern memiliki banyak sekali perbedaan. Historiografi
tradisional lebih berupa karya sastra serta banyaknya kekaburan antara fakta
dan fiksi. Sedangkan historiografi modern lebih menekankan pada aspek
kronologis dalam narasinya serta banyaknya terminology yang digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar