Nama :
Hendra Afiyanto
NIM :
339981
Mata Kuliah : Historiografi
Merujuk pada naskah-naskah sejarah di wilayah
Indonesia Timur khususnya Sulawesi Selatan (Makassar, Bugis) memiliki
nilai-nilai dan cerita sejarah yang tinggi. Hal ini disebabkan karena penduduk
wilayah tersebut peduli akan masa lalunya. Bangsa Eropa sudah sejak lama
menggunakan naskah-naskah tersebut sebagai sumber sejarah sebelum orang-orang
pribumi menyadarinya. Lengkapnya catatan-catatan, buku-buku harian dan
surat-surat perjanjian dari orang Makassar dan Bugis bahkan digunakan oleh
Crawfurd untuk menulis tentang sejarah Gowa dan Bone dalam bukunya yang
berjudul History Of Indian Archipelago.
J.A. Bakkers tidak ketinggalan pula menulis tentang sejarah kerajaan Bone yang
dituangkan dalam tulisan berjudul Keradjaan
Pindjaman Bone. Singkatnya sebagian besar naskah-naskah kuno dari Makassar
dan Bugis digunakan sebagai sumber sejarah untuk tulisan-tulisan di Belanda.
Adanya tradisi pencatatan ini tidak hanya
dilakukan oleh raja beserta kerabat dan orang terdekanya, tetapi juga dilakukan
oleh masyarakat biasa. Jangkauan penulisan di dalam buku-buku harian, teks
perjanjian dan catatan hukum adat didasarkan kedudukan social dalam masyarakat.
Jika mereka berkedudukan sebagai raja atau pejabat pemerintahan maka catatan
tersebut berisi genealogi raja, surat perjanjian, perang, hubungan ekonomi
dengan kerajaan lain. Begitu pula jika mereka rakyat biasa maka catatan
tersebut berisi sekitar kehidupan mereka. Perpaduan catatan dari golongan atas
(raja dan kerabat) serta golongan bawah (rakyat biasa) kiranya sudah bisa
digunakan sebagai sumber sejarah untuk mengetahui keadaan Makassar dab Bugis
beserta perkembangannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi kuatnya
tradisi pencatatan pada masyarakat
Sulawesi Selatan. Pertama karena penduduk memiliki perhatian yang lebih pada
masa lalunya. Adanya perhatian yang lebih pada masa lalu membuat penduduk mencatat
peristiwa apapun secara kronologis. Pada catatan tersebut bahkan ditulis
tanggal, nama penyalin serta menyebutkan waktu pencatatan pertama dengan
tanggal saat pencatatan itu disalin. Tujuan dari pencatatan ini sangat
sederhana mereka ingin memperlihatkan kepada orang-orang sezaman apa yang telah
dikerjakan oleh nenek moyang mereka, dari mana asal usul mereka serta bagaimana
kondisi saat itu. Kedua mungkin adanya pengaruh tradisi pencatatan yang kuat
dari Portugis. Hal ini dibuktikan dalam buku-buku harian terdapat tanggal dan
nama bulan dalam bahasa Portugis. Ketiga terpeliharanya naskah-naskah di
Sulawesi Selatan serta tradisi pencatatan disebabkan penduduk mempunyai
perhatian yang lebih akan hal tersebut. Perhatian ini ditunjukkan dengan
menyamakan kesucian naskah sebanding dengan kesucian upacara kerajaan.
Jika kita membandingkan antara naskah sejarah
dari Sulawesi Selatan dengan karya sastra Melayu (syair/puisi) dan karya sastra
Jawa (babad) tentunya memiliki banyak persamaan dan perbedaan. Adanya kekaburan
dalam narasi serta bagian yang hilang merupakan hal yang sama dari ketiga
naskah tersebut. Pada naskah di Makassar dan Goa banyak ditemukan
halaman-halaman kosong ataupun halaman yang substansinya tidak memiliki
keterkaitan dengan substansi halaman
sebelumnya. Halaman-halaman kosong ini biasanya mengalami penghapusan
oleh raja-raja sesudahnya. Penghapusan ini disebabkan adanya anggapan bahwa
apabila raja sebelumnya yang sudah meninggal dan memiliki sebuah kesalahan,
maka hal ini harus dihapuskan karena menurutnya perbuatan yang baik adalah
menghapus kesalahan orang yang sudah meninggal. Begitu pula dengan halaman yang
substansinya tidak memiliki keterkaitan dengan substansi halaman sebelumnya, hal ini disebabkan banyaknya
perjanjian-perjanjian baru yang ditulis ulang pada halaman yang kosong.
Kelebihan dari naskah dari Sulawesi Selatan ini
adalah sangat memperhatikan aspek kronologis. Hal ini dimungkinkan adanya
pengaruh historiografi modern dari Portugis yang menekankan akan perlunya aspek
kronologis daripada aspek genealogis seperti pada historiografi tradisional.
Jadi dapat disimpulkan bahwa orang-orang Makassar dan Bugis sangat berperan
pada penulisan sejarah di Sulawesi Selatan karena mereka memiliki kebiasaan
yang cermat dan teliti dalam menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar