Nama : Wahyu Setyaningsih
NIM :
12/339547/PSA/07317
Prodi :
Ilmu Sejarah
Mata Kuliah : Historiografi
Dosen :
Dr. Sri Margana
Pada
tanggal Studium
Generale, yang diadakan hari Kamis, 20 Desember 2012 di Ruang Multimedia,
Gedung Margono, FIB, UGM, akademisi dan sejarawan Guo Quan Seng, MA dari
Singapura dan Prof. Dr. Michael G. Van dari Sacramento University USA membagikan
pengalaman penelitian sejarah yang mereka lakukan. Mereka memberikan gambaran
beragamnya tema-tema penelitian sejarah dan metodologi penelitian sejarah.
Seng berbicara mengenai
pengalamannya ketika S1 dan S2 yaitu tentang sejarah gerakan sosial. Dia
menggunakan literatur seperti IP. Thomson tentang social working class dan Guha tentang social movement di India. Munculnya perjuangan kelas di India yang
selanjutnya membentuk nation state India.
Kalau di Indonesia dia umpamakan seperti Sartono Kartodirjo. Dia
membicarakan tentang sejarah aktivitas. Dia menampilkan sejarah orang-orang
biasa, bukan dari kekuasaan. Selain itu dia juga berbicara tentang hukum bagi
orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda. Inilah yang disebut sebagai sejarah
mikro.
Vann berbicara tentang
“Methodological Adventures in The Archives, Sewers and funny pages of Colonial
Vietnam”. Ia juga berbagai pengalamannya dengan menceritakan pengalamannya
ketika melakukan penelitian sejarah di Vietnam, di Hanoi. Penelitian Van berawal
dari kantor arsip, setiap hari ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca
arsip-arsip berbahas Perancis, mengamati peta, dan statistik pajak. Hingga
suatu ketika Vann mengalami sebuah kejenuhan, ia merasa jenuh dengan rutinitas
penelitian yang ia lakukan, setiap hari harus membaca arsip. Maka, tiba-tiba
muncullah sebuah ide yang tidak ia duga, ia kembali mencermati jaringan saluran
air bawah tanah yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Perancis. Dengan
menggabungkan konsep dasar dalam penelitiannya bahwa Pemerintah Kolonial Perancis
diidentikkan dengan modern, dan modern sangat dekat dengan kebersihan. Namun
dengan mencermati data-data yang ia dapati ia menemukan sebuah ironi yang cukup
mematahkan mitos, bahwa dengan adanya modernitas yang dibawa oleh Perancis
mampu membuat Hanoi menjadi lebih beradab dan bersih. Dari data yang ia
dapatkan menunjukkan bahwa ternyata saluran air bawah tanah yang semula dibangun
sebagai upaya untuk menjaga kebersihan di Kota Hanoi malah berbuah menjadi petaka.
Ribuan bahkan puluhan ribu tikus berkembang biak di sana dengan sangat cepat.
Van menemukan hal itu dengan mengalkulasikan jumlah tikus yang dibunuh yang
setiap harinya mengalami peningkatan. Ia pun akhirnya mendapatkan ide untuk
menuliskan mengenai pembantain tikus dan ironi kebersihan di Hanoi.
Van berbicara tentang tikus di
Hanoi, ia mengatakan bahwa sanitasi yang buruk memunculkan bertambahnya jumlah
populasi tikus di Hanoi. Selain itu, ia berbicara tentang akibat dari
kolonisasi yang dilakukan Perancis, adanya transformasi kolonial di sebuah kota
yang menyebabkan polarisasi rasial dan supremasi kulit putih, dan ia juga
membicarakan tentang kehidupan sehari-hari dari pemerintah kolonial di kota. Selain
itu, ia juga membicarakan tentang modernitas sebuah kota Hanoi. Dia
membicarakan tentang penjahit yang mana ia merupakan simbol modernitas,
mengalami ketidaksamaan rasial, diabaikan dari proyek-proyek kolonial. Selain
itu, para penjahit juga mengalami krisis kesehatan, mereka juga mengalami
pembunuhan secara besar-besaran, mereka dijadikan buruh, dan di Hanaoi juga ada
berternah tikus.
Van juga membicarakan tentang gender
pada masa Kolonial di Hanoi, bagaimana cara ia melakukan analisis dengan pengkatagorian.
Demografi pada masa kolonial pun dilihat dari keseimbangan gender. Selain itu,
yang menarik bagi saya adalah sumber kalikatur dan kartun yang digunakan dalam
penelitian di Hanoi. Van juga memberikan saran agar seorang sejarawan dalam
memaparkan sumber harus dilakukan secara jujur, meskipun sulit.
Dengan demikian, stadium general yang
kemarin dilakukan itu memberikan inspirasi baru dalam menulis sejarah, jangan
melupakan hal-hal yang kecil yang ada di sekitar kita, jangan hanya menulis
sejarah dari kalangan elit saja, tetapi mencoba mengembangkan penulisan sejarah
secara mikro histori seperti apa yang telah disampaikan oleh Van dan Seng.
Selain itu yang tidak kalah penting bagi seorang sejarawan adalah ketika
memaparkan sumber-sumber sejarah, ia harus jujur jangan melakukan interpretasi
yang subyektif sekali, dan jangan ada kepentingan yang lain dibalik penulisan
sejarah, dan juga menjadi seorang sejarawan harus tekun berkutat dengan yang
namanya sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar