Halaman

Selasa, 08 Januari 2013

Sejarah Indonesia Modern: Pandangan M.C. Ricklefs dan Sartono Kartodirjo


Sejarah Indonesia Modern: Pandangan M.C. Ricklefs dan Sartono Kartodirjo


Roger Kembuan


           
Kedua artikel yang merupakan pengantar dalam dua buku mengenai Sejarah Indonesia Modern yang ditulis M.C Ricklefs tahun 1981 dengan jumlah halaman 501 dan buku Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900: dari Emporium sampai Imperium oleh Sartono Kartodirjo diterbitkan tahun 1988 dengan jumlah halaman 406.

M.C Ricklefs
Ricklefs memandang bahwa Sejarah Indonesia Modern diawali kira-kira pada tahun 1300 dengan mendasarinya pada asumsi:
-   Islamisasi telah mulai kira-kira tahun 1300
-   Saling Pengaruh antara orang Indonesia dan barat sejak kira-kira tahun 1500
-   Sumber primer dalam historiografi telah ditulis dalam bahasa indonesia modern (Jawa dan Melayu) dan eropa (portugis, Spanyol, Belanda)
Ricklefs mencoba membuat sebuah buku teks sejarah Indonesia yang berdasarkan sebuah narasi yang berdasarkan bukti sejarah yang rinci. Dalam bukunya, Ricklefs menekankan bahwa sejarah Indonesia yang dia tulis secara sadar lebih mengutamakan mengenai sejarah Jawa ketimbang luar Jawa. Alasan yang diambil adalah:
-   Jawa lebih banyak dikaji daripada pulau-pulau lain
-   Penduduknya mewakili separuh dari rakyat Indonesia
-   Jawa menjadi pusat dari sejarah politik baik masa kolonial dan kemerdekaan
-   Dan alasan pribadi, dimana penelitian Ricklefs kebanyakan tentang Jawa
Hal lain yang ia tekankan, ada bagian dari isi bukunya merupakan uraian dan ringkasan dari karya orang lain sehingga tidak lepas dari kemungkinan kesalahan-kesalahan. Oleh karenanya ia berusaha meminimalkan persoalan mengenai kesalahan tersebut dengan meminta saran dari rekan sekerja atas draf buku termasuk orang-orang Indonesia yang namanya tidak mau disebutkan (apakah karena persoalan rezim Orde Baru yang otoriter dan cenderung menekan sejarawan?). hal yang menarik lainnya ialah, Ricklefs meminta mahasiswanya untuk membaca dan menentukan apa yang perlu untuk ditekankan pada bukunya.
Ada hal lain yang menurut saya jelas dalam tulisan ini, Ricklefs secara gamblang menyatakan bahwa dalam tulisannya unsur Jawa menjadi dominan sebagai narasi sejarah Indonesia. Sehingga pada dasarnya masih diperlukan sebuah studi lanjutan (disarankan Ricklefs) mengenai kajian luar Jawa secara lebih memadai.

Sartono Kartodirjo
           Dalam pengantarnya Sartono menekankan bahwa yang akan ditulis adalah sejarah yang menyeluruh mengenai perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan. Dalam bagian awal pengantarnya Sartono menyatakan bahwa perkembangan masyarakat Indonesia dalam sejarahnya dipandang dalam suatu kesatuan dimana terjadi interkasi ekonomi, politik dan sosial antara masyarakat indonesia dalam sebuah jaringan yang kemudian menghasilkan struktur dan sistem yang utuh.
       Dalam tulisan ini, Sartono menekankan pada konsep integrasi sebagai konsep yang digunakan sebagai alat analisis. Dan sebagai sebuah penulisan sejarah yang berusaha menciptakan realitas seperti yang terjadi di masa lampau maka metode sejarah kritis digunakan dalam menjauhkan sejarawan dalam subyektifitas mengenai mitos. Sejarawan  oleh Sartono harus menggunakan metode sejarah kritis sehingga subyektifitas yang dihasilkan akan dapat dipertanggungjawabkan scara ilmiah. Termasuk Sejarah Indonesia yang ketika warga negara menghayati dan percara pada eksistensi Republik Indonesia sebagai negara maka sejauh itu ia terikat pada mitos nasional. Sejarah Nasional berfungsi sangat penting sebagai pemelihara kesatuan lewat kesadaran nasional.
            Periodisasi yang dibuat dalm buku ini hanya digunakan sebagai kerangka atau batasan waktu yang tidak kaku. Karya ini secara umum berusaha merangkul sejarah-sejarah yang terjadi ditingkatan lokal di Indonesia yang oleh penulis relevan yang kemudian menjadi dasar dari struktur Sejarah Nasional. Sartono mengawali Sejarah Indonesia Modern dengan mengambil kurun waktu awal sekitar tahun 1500  ketika Nusantara mengalami zaman baru yaitu proliferasi kekuasaan dan mulai dominannya faktor luar (barat) dalam hal pelayaran dan perdagangan  yang membawa kegoncangan dalam sistem tatanan lama. Perdagangan yang melampaui skala lokal (walaupun belum menyatu sebagai suatu sistem yang skala “nasional”) secara perlahan mulai menginterasikannya menjadi sebuah kesatuan. Walalupan sebagai sebuah sejarah yang total tidak mungkin terwujud karena kompleksitas historis yang berbeda dalam periode-periode tertentu dan wilayah tertentu.
Proto nasionlisme adalah istilah yang digunakan Sartono untuk menjelaskan gejala sosial yang terjadi dimasa awal penetrasi barat di Nusantara. Berbagai perlawanan didaerah-daerah terhadap belanda dimaknai Sartono memang belum melingkupi sebuah skala yang bersifat nasional yang menjadikannya berbeda dengan perjuangan nasional abad ke 20.
Sartono dalam tulisan ini berusaha membuat sebuah kerangka sejarah nasional yang berusaha menjelaskan proses menjadi Indonesia. Namun diluar narasi yang dibangun, Sartono menyarankan bahwa dalam aspek sejarah sosial Indonesia harus ditulis secara tersendiri yang olehnya merupakan tantangan bagi sejarawan Indonesia.
            Hal yang dikemukakan Sartono pada bagian awal pengantarnya mengenai masyarakat indonesia yang satu dalam sebuah interaksi dan jaringan tersebut, menurut saya tidak lepas dari pengaruh Eropa (terutama Belanda) dalam proses menafsikannya menjadi sebuah sejarah Indonesia yang menyeluruh. Kolonisasi Belanda sangat penting karena secara langsung (menjadi dasar berpikir) dalam menghasilkan Sejarah Nasional.
Ada pertanyaan yang belum terjawab oleh saya, apakah tulisan ini dibuat Sartono ketika SNI telah diterbitkan? Dan apakah tulisan ini merupakan buku tandingan terhadap narasi yang dibangun dalam Sejarah Nasional Indonesia versi Nugroho Notosusanto?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar