Sejarah Indonesia
Modern: Pandangan M.C. Ricklefs dan Sartono Kartodirjo
Roger Kembuan
Kedua
artikel yang merupakan pengantar dalam dua buku mengenai Sejarah Indonesia Modern yang ditulis M.C Ricklefs tahun 1981
dengan jumlah halaman 501 dan buku Pengantar
Sejarah Indonesia Baru 1500-1900: dari Emporium sampai Imperium oleh
Sartono Kartodirjo diterbitkan tahun 1988 dengan jumlah halaman 406.
M.C Ricklefs
Ricklefs memandang bahwa Sejarah Indonesia
Modern diawali kira-kira pada tahun 1300 dengan mendasarinya pada asumsi:
-
Islamisasi
telah mulai kira-kira tahun 1300
-
Saling
Pengaruh antara orang Indonesia dan barat sejak kira-kira tahun 1500
-
Sumber
primer dalam historiografi telah ditulis dalam bahasa indonesia modern (Jawa
dan Melayu) dan eropa (portugis, Spanyol, Belanda)
Ricklefs mencoba membuat sebuah buku
teks sejarah Indonesia yang berdasarkan sebuah narasi yang berdasarkan bukti
sejarah yang rinci. Dalam bukunya, Ricklefs menekankan bahwa sejarah Indonesia
yang dia tulis secara sadar lebih mengutamakan mengenai sejarah Jawa ketimbang
luar Jawa. Alasan yang diambil adalah:
-
Jawa
lebih banyak dikaji daripada pulau-pulau lain
-
Penduduknya
mewakili separuh dari rakyat Indonesia
-
Jawa
menjadi pusat dari sejarah politik baik masa kolonial dan kemerdekaan
-
Dan
alasan pribadi, dimana penelitian Ricklefs kebanyakan tentang Jawa
Hal lain yang ia tekankan, ada bagian
dari isi bukunya merupakan uraian dan ringkasan dari karya orang lain sehingga
tidak lepas dari kemungkinan kesalahan-kesalahan. Oleh karenanya ia berusaha
meminimalkan persoalan mengenai kesalahan tersebut dengan meminta saran dari
rekan sekerja atas draf buku termasuk orang-orang Indonesia yang namanya tidak
mau disebutkan (apakah karena persoalan rezim Orde Baru yang otoriter dan
cenderung menekan sejarawan?). hal yang menarik lainnya ialah, Ricklefs meminta
mahasiswanya untuk membaca dan menentukan apa yang perlu untuk ditekankan pada
bukunya.
Ada hal lain yang menurut saya jelas
dalam tulisan ini, Ricklefs secara gamblang menyatakan bahwa dalam tulisannya
unsur Jawa menjadi dominan sebagai narasi sejarah Indonesia. Sehingga pada
dasarnya masih diperlukan sebuah studi lanjutan (disarankan Ricklefs) mengenai
kajian luar Jawa secara lebih memadai.
Sartono Kartodirjo
Dalam
pengantarnya Sartono menekankan bahwa yang akan ditulis adalah sejarah yang
menyeluruh mengenai perkembangan masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan. Dalam
bagian awal pengantarnya Sartono menyatakan bahwa perkembangan masyarakat
Indonesia dalam sejarahnya dipandang dalam suatu kesatuan dimana terjadi
interkasi ekonomi, politik dan sosial antara masyarakat indonesia dalam sebuah
jaringan yang kemudian menghasilkan struktur dan sistem yang utuh.
Dalam
tulisan ini, Sartono menekankan pada konsep integrasi sebagai konsep yang
digunakan sebagai alat analisis. Dan sebagai sebuah penulisan sejarah yang
berusaha menciptakan realitas seperti yang terjadi di masa lampau maka metode
sejarah kritis digunakan dalam menjauhkan sejarawan dalam subyektifitas
mengenai mitos. Sejarawan oleh Sartono
harus menggunakan metode sejarah kritis sehingga subyektifitas yang dihasilkan
akan dapat dipertanggungjawabkan scara ilmiah. Termasuk Sejarah Indonesia yang
ketika warga negara menghayati dan percara pada eksistensi Republik Indonesia
sebagai negara maka sejauh itu ia terikat pada mitos nasional. Sejarah Nasional
berfungsi sangat penting sebagai pemelihara kesatuan lewat kesadaran nasional.
Periodisasi
yang dibuat dalm buku ini hanya digunakan sebagai kerangka atau batasan waktu
yang tidak kaku. Karya ini secara umum berusaha merangkul sejarah-sejarah yang
terjadi ditingkatan lokal di Indonesia yang oleh penulis relevan yang kemudian
menjadi dasar dari struktur Sejarah Nasional. Sartono mengawali Sejarah
Indonesia Modern dengan mengambil kurun waktu awal sekitar tahun 1500 ketika Nusantara mengalami zaman baru yaitu
proliferasi kekuasaan dan mulai dominannya faktor luar (barat) dalam hal
pelayaran dan perdagangan yang membawa
kegoncangan dalam sistem tatanan lama. Perdagangan yang melampaui skala lokal
(walaupun belum menyatu sebagai suatu sistem yang skala “nasional”) secara
perlahan mulai menginterasikannya menjadi sebuah kesatuan. Walalupan sebagai
sebuah sejarah yang total tidak mungkin terwujud karena kompleksitas historis
yang berbeda dalam periode-periode tertentu dan wilayah tertentu.
Proto nasionlisme adalah istilah yang
digunakan Sartono untuk menjelaskan gejala sosial yang terjadi dimasa awal
penetrasi barat di Nusantara. Berbagai perlawanan didaerah-daerah terhadap
belanda dimaknai Sartono memang belum melingkupi sebuah skala yang bersifat
nasional yang menjadikannya berbeda dengan perjuangan nasional abad ke 20.
Sartono dalam tulisan ini berusaha
membuat sebuah kerangka sejarah nasional yang berusaha menjelaskan proses
menjadi Indonesia. Namun diluar narasi yang dibangun, Sartono menyarankan bahwa
dalam aspek sejarah sosial Indonesia harus ditulis secara tersendiri yang
olehnya merupakan tantangan bagi sejarawan Indonesia.
Hal yang
dikemukakan Sartono pada bagian awal pengantarnya mengenai masyarakat indonesia
yang satu dalam sebuah interaksi dan jaringan tersebut, menurut saya tidak
lepas dari pengaruh Eropa (terutama Belanda) dalam proses menafsikannya menjadi
sebuah sejarah Indonesia yang menyeluruh. Kolonisasi Belanda sangat penting
karena secara langsung (menjadi dasar berpikir) dalam menghasilkan Sejarah
Nasional.
Ada pertanyaan yang belum terjawab oleh
saya, apakah tulisan ini dibuat Sartono ketika SNI telah diterbitkan? Dan
apakah tulisan ini merupakan buku tandingan terhadap narasi yang dibangun dalam
Sejarah Nasional Indonesia versi Nugroho Notosusanto?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar